Food Science and Culinary Education Journal

dokumen-dokumen yang mirip
INOVASI PENGOLAHAN KERIPIK SUKUN MENGGUNAKAN TEKNIK FERMENTASI

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

Food Science and Culinary Education Journal

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

Food Science and Culinary Education Journal

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

PENGARUH LAMA PENGGORENGAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA KERIPIK PEPAYA YANG DIGORENG MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN VAKUM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Food Science and Culinary Education Journal

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Food Science and Culinary Education Journal

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM DAN SUHU FERMENTASI TERHADAP MUTU KIMCHI LOBAK

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

Food Science and Culinary Education Journal

PROFIL USAHA KRIPIK TALES

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

PENGARUH PERBANDINGAN PISANG RAJA DAN TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK KUE KUKUS SKRIPSI. Oleh : RIA RUMINDO PURBA NIM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK MAICHI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENGARUH PENGGUNAAN SERAI (Cimbopogon citratus) PADA MUTU HASIL PENGOLAHAN BELUT (Monopterus albus) ASAP

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

Food Science and Culinary Education Journal

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

Food Science and Culinary Education Journal

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

Fashion and Fashion Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

FSCEJ 3 (1) (2014) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce INOVASI PENGOLAHAN KERIPIK SUKUN MENGGUNAKAN TEKNIK FERMENTASI Istiqomah Rizqi Maharani, Loekmonohadi, Titin Agustina Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima April 2014 Disetujui Mei 2014 Dipublikasikan Juni 2014 Keywords: Keripik sukun, Fermentasi, Nira siwalan Abstrak Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah inovasi pengolahan keripik sukun menggunakan teknik fermentasi dapat memperbaiki kualitas keripik sukun, lama fermentasi dan ph yang efektif untuk memperoleh tekstur keripik sukun yang tidak keras, kualitas keripik sukun hasil eksperimen terbaik, mutu kimiawi meliputi kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat serta kesukaan masyarakat terhadap keripik sukun hasil eksperimen terbaik. Objek penelitiannya adalah buah sukun jenis gundul yang tua, kulit buah halus dan berwarna hijau kekuningan, bagian dalam berwarna putih kekuningan, berat 1 3 kg, umur panen awal 4 bulan dan nira siwalan dengan ph 3, 4 dan 5. Metode penelitiannya adalah eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan inovasi pengolahan keripik sukun menggunakan teknik fermentasi pada rentang waktu 9 sampai dengan 21 hari relatif sama kemampuannya dalam memperbaiki kualitas keripik sukun. Lama fermentasi dan ph yang efektif untuk memperoleh keripik sukun yang tidak keras adalah 9 hari dan ph 3. Keripik sukun hasil eksperimen terbaik mempunyai kandungan air sebesar 1,16 % (b/b), abu 4,13 % (b/b), protein 3,43 % (b/b), lemak 32,15 % (b/b) dan karbohidrat 59,11 % (b/b). Kualitas keripik sukun yang terbaik adalah keripik sukun dengan lama fermentasi 9 hari ph 3. Kesukaan masyarakat terhadap hasil eksperimen terbaik menunjukan nilai rata-rata kriteria suka. Abstract The purpose of the study was to determine whether the innovation of processing breadfruit chips using fermentation technique could improve the quality of breadfruit chips, the fermentation length and the effective of ph to obtain the texture of breadfruit chips which were not that hard, the quality of sensory breadfruit chips of the best experimental results, the level of quality chemicals include water, ash, protein, fat, and carbohydrate, and the favorite of people towards the breadfruit chips of the best experimental results. The research objects were the old gundul type breadfruit, smooth and yellowish-green rind, yellowish-white inside, weighing 1-3 kg, age of initial harvest 4 months, and siwalan sap with ph 3, 4 and 5. The research method is experiment. The results showed the innovation of processing breadfruit chips using fermentation technique in the span of 9 to 21 days was relatively similar in terms of ability to improve the quality of breadfruit chips. The fermentation length and effective ph to obtain the breadfruit chips which were not hard were 9 days and ph 3. The breadfruit chips of the best experimental results had a water content of 1.16% (b/b), 4.13% (b/b) ash, 3.43% (b/b) protein, 32.15% (b/b) fat, and 59.11% (b/b) carbohydrate. The best quality of breadfruit chips was the breadfruit chips with the fermentation length of 9 days and ph 3. The favorite of people towards the best experimental results showed the average point of preference criteria. 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung E7 Lantai 2 FT Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: r.m_istiqomah@yahoo.com ISSN 2252-6587 56

PENDAHULUAN Keripik sukun adalah produk makanan ringan, dibuat dari irisan daging buah sukun (artocarpus altilis) segar dan digoreng dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-4279-1996). Berdasarkan hasil survey keripik sukun dipasaran, peneliti menemukan bahwa tekstur keripik sukun cenderung keras, dan tidak dapat renyah. Tekstur keripik sukun yang keras disebabkan oleh kandungan amilopektin yang tinggi. Menurut Loekmonohadi (2010: 32) bahan makanan yang memiliki kandungan amilopektin relatif kecil maka ketika dimasak teksturnya menjadi pera sedangkan apabila kandungan amilopektinnya lebih banyak maka makanan tersebut menjadi pulen ketika dimasak, tetapi apabila digoreng menyebabkan tekstur menjadi keras. Hasil survey di lapangan tersebut memunculkan ide peneliti untuk melakukan percobaan pendahuluan untuk memperbaiki kerenyahan pada keripik sukun agar lebih disukai masyarakat, dengan melakukan inovasi pada proses pembuatannya. Inovasi proses pembuatannya peneliti tekankan pada proses perendaman sukun dengan nira siwalan sebagai media proses fermentasi. Media fermentasi harus mengandung senyawa yang dapat dioksidasikan dan difermentasikan oleh mikroorganisme. Glukosa termasuk senyawa yang paling sering digunakan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi tersebut. Kandungan gula pada nira siwalan dapat digunakan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi (Susana Ristiarini, dkk, 2001: 3). Menurut Indy Ainun Hakimah (2010: 176) nira siwalan adalah air yang disadap dari pohon buah siwalan. Adapun kandungan nira siwalan meliputi: Total gula (10,93 g), Gula reduksi (0,96 g), Protein (0,35 g), Nitrogen (0,056 g), ph (6,7 6,9), Spesific gravity (1,07), Mineral sebagai abu (0,54 g), sedikit kalsium, Fosfor (0,14 mg), Besi (0,14 mg), Vitamin C (13,25 mg), Vitamin B1 (3,9 mg). Berdasarkan percobaan pendahuluan yang telah peneliti lakukan menunjukkan gejala bahwa semakin lama perendaman sukun dalam nira siwalan teksturnya semakin baik. Lama perendaman sukun pada nira siwalan yang paling baik dalam percobaan pendahuluan ini adalah 9 dan 12 hari, namun peneliti belum dapat memastikan lama perendaman yang optimum. Oleh karena itu, peneliti memprediksi bahwa semakin lama perendaman sukun dalam nira siwalan akan meningkatkan kualitas kripik sukun khususnya untuk aspek kerenyahan, warna, maupun cita rasanya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk membuktikannya dengan melakukan penelitian yang diberi judul Inovasi Pengolahan Keripik Sukun Menggunakan Teknik Fermentasi 57

METODE PENELITIAN Obyek dalam penelitian ini adalah buah sukun tua jenis sukun gundul yang kulit buah sudah tidak kasar atau halus dan berwarna hijau kekuningan, bagian dalamnya berwarna putih kekuningan dengan berat 1 3 kg dengan umur panen awal 4 bulan dan nira siwalan dengan ph 3, 4 dan 5. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan dengan kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama fermentasi yang berbeda dan ph yang bervariasi. Lama fermentasi yang dilakukan adalah lama perendaman sukun dalam nira siwalan, yaitu 9, 12, 15, 18, dan 21 hari dan ph yang bervariasi yaitu 3, 4 dan 5. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas keripik sukun hasil eksperimen dengan indikator warna, tekstur dan rasa; kesukaan masyarakat; dan kualitas kimiawi (air, abu, protein, lemak dan karbohidrat). Hasil uji inderawi dianalisis dengan menggunakan anava 2 jalur dan uji t-test sedangkan untuk uji kesukaan menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penilaian obyektif dianalisis dengan membandingkan hasil uji laboratorium pada keripik sukun terbaik dan kontrol berdasarkan SNI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Warna Hasil uji inderawi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan warna ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti Tekstur Kerenyahan dari F hitung jika dilihat secara bersama sama interaksi pada kedua sumber sebesar 0,093 dan nilai signifikan 0,999. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0,999 > 0,05. Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel hasil analisis anova dua jalur berikut ini : Tabel 1. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Warna dk Lama Fermentasi 1,212 4 0,303 0,926 0,451 ph 0,303 2 0,152 0,463 0,630 Interaksi 0,242 8 0,030 0,093 0,999 Error 49,091 150 0,327 Total 50,848 164 Hasil uji inderawi aspek tekstur kerenyahan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tekstur kerenyahan ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti dari F hitung jika dilihat secara bersama sama interaksi pada kedua sumber sebesar 0,112 dan nilai signifikan 0,999. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0,999 > 0,05. Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel hasil analisis anova dua jalur berikut ini : Tabel 2. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Tekstur Kerenyahan Lama Fermentasi 3,248 4 0,812 1,281 0,280 ph 4,885 2 2,242 3,853 0,023 Interaksi 0,570 8 0,071 0,112 0,999 Error 95,091 150 0,643 Total 103,794 164 58

Tekstur Keempukan Hasil uji inderawi aspek tekstur keempukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tekstur keempukan ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti dari F hitung jika dilihat secara bersama sama interaksi pada kedua sumber sebesar 0,148 dan Tekstur Kegetasan Hasil uji inderawi aspek tekstur kegetasan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tekstur kegetasan ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti F hitung jika dilihat secara bersama sama nilai signifikan 0,997. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0,997 > 0,05. Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel hasil analisis anova dua jalur berikut ini : Tabel 3. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Tekstur Keempukan Lama Fermentasi 1,212 4 0,303 0,781 0,593 ph 1,358 2 0,679 1,750 0,177 Interaksi 0,461 8 0,058 0,148 0,997 Error 58,182 150 0,388 Total 61,212 164 interaksi pada kedua sumber sebesar 0,341 dan nilai signifikan 0,949. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0,949 > 0,05. Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel 4 halaman 5. Tabel 4. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Tekstur Kegetasan Lama Fermentasi 6,993 4 1,733 1,962 0,103 ph 5,285 2 2,642 2,990 0,53 Interaksi 2,412 8 0,302 0,341 0,949 Error 132,545 150 0,884 Total 147,176 164 Rasa Sukun bersama sama interaksi pada kedua sumber Hasil uji inderawi aspek rasa sukun sebesar 0,244 dan nilai signifikan 0,982. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0,982 > 0,05. menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rasa sukun ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti F hitung jika dilihat secara Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel hasil analisis anova dua jalur berikut ini : Tabel 5. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Rasa Sukun Lama Fermentasi 20,642 4 5,161 4,922 0,001 ph 1,345 2 0,673 0,642 0,528 Interaksi 2,048 8 0,256 0,244 0,982 Error 157,273 150 1,048 Total 181,309 164 59

Rasa Asin Hasil uji inderawi aspek rasa asin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rasa asin ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti F hitung jika dilihat secara bersama sama interaksi pada kedua sumber sebesar 0,529 dan nilai signifikan 0,833. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0,833 > 0,05. Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel hasil analisis anova dua jalur berikut ini : Tabel 6. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Rasa Asin Lama Fermentasi 3,176 4 0,794 1,825 0,127 ph 3,309 2 1,655 3,802 0,025 Interaksi 1,842 8 0,230 0,529 0,833 Error 65,273 150 0,435 Total 73,600 164 Rasa Gurih Hasil uji inderawi aspek rasa gurih sebesar 0,087 dan nilai signifikan 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 1,000 > 0,05. menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rasa gurih ditinjau dari ph fermentasi maupun lama fermentasi terbukti F hitung jika dilihat secara Untuk mempermudah dan memperjelas dapat dilihat pada tabel hasil analisis anova dua jalur berikut ini : bersama sama interaksi pada kedua sumber Tabel 7. Hasil Analisis Anova Dua Jalur untuk Aspek Rasa Gurih Lama Fermentasi 12,521 4 3,130 6,193 0,000 ph 1,891 2 0,945 1,871 0,158 Interaksi 0,325 8 0,044 0,087 1,000 Error 75,818 150 0,505 Total 90,582 164 Berdasarkan hasil analisis uji inderawi oleh 11 panelis agak terlatih dan setelah dianalisis menggunakan statistik anova dua jalur menunjukkan bahwa inovasi pengolahan keripik sukun menggunakan teknik fermentasi relatif sama kemampuannya dalam memperbaiki kualitas keripik sukun. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai signifikan jika dilihat secara bersama sama interaksi pada kedua sumber menunjukkan bahwa lebih besar dari 0,05. Dengan demikian jawaban atas hipotesis H o diterima, H a ditolak karena perbedaan lama fermentasi dan ph yang bervariasi tersebut secara nyata relatif sama dalam memperbaiki kualitas yang ada pada keripik sukun. Pada proses fermentasi karbohidrat, monosakarida akan diubah menjadi akohol oleh khamir (Loekmonohadi, 2011: 67). Proses selanjutnya akan mengubah alkohol menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat. Semua jenis mikroba Laktobasilus dapat merubah gula, tetapi bakteri yang bekerja dalam fermentasi ini khususnya bakteri Lactobasilus Lactic. Proses fermentasi inilah yang akan menjadikan 60

perubahan pada tekstur sukun yang semula keras saat digoreng karena terdapat kandungan amilopektin akan menjadi renyah karena proses pemecahan amilopektin. Kerenyahan pada Pada sumber variasi lama fermentasi aspek tekstur kerenyahan, keempukan dan kegetasan menunjukkan nilai signifikansi > 0,05. Hal ini berarti lama fermentasi memiliki kemampuan yang relatif sama untuk memperoleh tekstur keripik sukun yang tidak keras. Proses fermentasi tersebut sudah barang tentu membutuhkan waktu yang optimum, sehingga dapat efektif dan efisien dalam penggunaannya. Lama fermentasi yang efektif untuk memperoleh keripik sukun yang tidak keras adalah 9 hari karena semakin singkat waktu yang dibutuhkan dalam teknik fermentasi akan semakin efektif. Penggunaan ph yang efektif untuk memperoleh tekstur keripik sukun yang tidak keras dapat dilihat dari aspek kerenyahan dengan hasil nilai signifikan < 0,05, artinya ada perbedaan kualitas tekstur kerenyahan keripik sukun pada ph yang bervariasi. Dengan Kualitas Keripik Sukun Eksperimen Terbaik dengan Keripik Sukun Kontrol menggunakan T-test. Ringkasan hasil analisis t-test dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini : keripik juga akan mempengaruhi keempukan dan kegetasan pada keripik tersebut. Pada Keripik yang kualitasnya baik, maka tekstur keempukan dan kegetasan menjadi baik pula. demikian jawaban atas hipotesis H o ditolak, H a diterima. Penggunaan ph yang efektif untuk memperoleh tekstur keripik sukun yang tidak keras adalah ph 3. Menurut Loekmonohadi (2011: 34) besarnya ph atau derajat keasaman suatu substrat sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Pada proses fermentasi karbohidrat, terjadi pemecahan kimiawi senyawa polisakarida menjadi monosakarida dibantu dengan air. Air tersebut dilepaskan dan saat air dilepaskan, otomatis air akan semakin encer dan ph semakin naik. PH 3 merupakan ph yang efektif untuk memperoleh tekstur keripik sukun yang tidak keras. Pada ph 3 mikroorganisme akan melakukan proses fermentasi yang lebih sempurna yaitu memecah amilopektin menjadi alkohol dan asam laktat sehingga tekstur pada keripik sukun menjadi lebih renyah karena kandungan amilopektin yang semakin berkurang. Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis T-test Terhadap Kualitas Inderawi Keripik Sukun Hasil Eksperimen Dengan Keripik Sukun Kontrol. Mean N Sig. Aspek Sampel Sampel o Terbaik Kontrol Ket. 1. Keseluruhan 3,6 3,23 0,040 BN 2. Warna 3,55 2,82 0,012 BN 3. Tekstur a. Kerenyahan b. Keempukan c. Kegetasan 4. Rasa a. Sukun b. Asin c. Gurih 3,36 3,55 3,36 4,09 3,73 3,55 2,45 2,55 2,55 4,55 3,45 4,27 0,016 0,004 0,02 0,138 0,192 0,038 BN BN BN TBN TBN BN 61

Berdasarkan analisis t-tes keseluruhan hasil kualitas inderawi keripik sukun eksperimen dengan keripik sukun kontrol, diketahui ada perbedaan. Kualitas inderawi keripik sukun hasil eksperimen lebih baik bila dibandingkan dengan keripik sukun kontrol jika dilihat dari aspek warna, tekstur kerenyahan, tekstur keempukan dan tekstur kegetasan. Sedangkan apabila dilihat dari aspek rasa gurih, sampel kontrol lebih baik dibandingkan sampel eksperimen. Rasa gurih yang terdapat pada keripik sukun kontrol lebih baik dibandingkan dengan keripik sukun eksperimen karena keripik sukun kontrol menggunakan food additive dalam proses pembuatannya, misalnya menggunakan bahan penyedap rasa dalam proses pencampuran bumbu. Sedangkan rasa gurih pada keripik sukun eksperimen adalah murni dari bumbu bumbu alami dan perpaduan rasa gurih akibat dari proses fermentasi. Menurut Loekmonohadi (2011: 56) kandungan karbohidrat pada sukun dipecah menjadi asam asam organik misalnya asam laktat dan alkohol. Asam organik yang terbentuk bereaksi dengan alkohol membentuk ester ester yang selanjutnya menjadi senyawa pembangkit citarasa dan aroma, dan sering disebut sebagai umami. Proses pembentukan rasa umami lebih lama dibandingkan rasa gurih yang ditimbulkan dengan penambahan penyedap rasa. Uji Kandungan Kimiawi Hasil uji kandungan kimiawi pada keripik sukun hasil eksperimen terbaik dan kontrol adalah sebagai berikut: N o Parameter Ambang batas SNI Hasil Analisa Keripik Sukun Kontrol Keripik Sukun Fermentasi 1 Air % (b/b) Maks 5 3,76 1,16 2 Abu % (b/b) Maks 1,5 4,60 4,13 3 Protein (factor=6,25) - 6,95 3,43 4 Lemak % (b/b) Maks 40 38,53 32,15 5 Karbohidrat % (b/b) Min 30 46,15 59,11 Tabel 9. Hasil Uji Kandungan Kimawi Keripik Sukun Hasil Eksperimen Terbaik dan Kontrol Hasil uji kandungan kimiawi pada keripik sukun hasil eksperimen terbaik dan kontrol menunjukan bahwa kandungan air dan lemak pada keripik sukun kontrol maupun eksperimen telah memenuhi persyaratan bahkan lebih baik dari SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996 yaitu berada dibawah ambang batas maksimum. Pada SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996, persyaratan maksimum yang diperbolehkan untuk kandungan air adalah 5 % (b/b) apabila berada diatas 5 % (b/b) artinya tidak memenuhi syarat. Kandungan air pada keripik sukun kontrol (keripik sukun tanpa perlakuan fermentasi) sebesar 3,76 % (b/b), untuk keripik sukun yang dikenai perlakuan fermentasi sebesar 1,16 % (b/b) sedangkan pada kandungan lemak, persyaratan maksimum yang diperbolehkan dalam SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996 adalah 40 % (b/b) artinya apabila berada diatas 40 % (b/b) berarti tidak memenuhi syarat. Kandungan lemak pada keripik sukun kontrol sebesar 38,53 % (b/b) dan untuk keripik sukun yang dikenai perlakuan fermentasi adalah 32,15 % (b/b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein pada keripik sukun kontrol 62

sebesar 6,95 % (b/b) sedangkan keripik sukun yang dikenai perlakuan fermentasi sebesar 3,43. Kandungan protein pada SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996 tidak disebutkan karena protein tidak menjadi faktor penting dalam makanan ringan seperti keripik sukun. Kandungan abu pada keripik sukun kontrol maupun eksperimen berada diatas ambang batas maksimum SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996. Pada SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996, persyaratan maksimum yang diperbolehkan adalah 1,5 % (b/b). Namun pada SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996, abu yang dihitung adalah abu tanpa garam sedangkan pada keripik sukun kontrol dan keripik sukun eksperimen yang diujikan di UGM, kandungan abu yang diperiksa termasuk garam dalam perhitungannya. Kandungan abu pada keripik sukun kontrol sebesar 4,60 % (b/b) dan keripik sukun yang dikenai perlakuan fermentasi sebesar 4,13 % (b/b), sedangkan kandungan karbohidrat pada keripik sukun kontrol maupun eksperimen telah memenuhi persyaratan SNI keripik sukun nomor 01-4279- 1996 yaitu berada diatas batas minimal. Pada SNI keripik sukun nomor 01-4279-1996, persyaratan minimum yang diperbolehkan adalah 30 % (b/b) artinya apabila berada dibawah 30 berarti tidak memenuhi syarat. Kandungan karbohidrat pada keripik sukun kontrol sebesar 46,15 % (b/b) dan keripik sukun yang dikenai perlakuan fermentasi sebesar 59,11 % (b/b). Uji Kesukaan Hasil uji kesukaan masyarakat berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terhadap keripik sukun hasil eksperimen terbaik, dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Hasil Uji Kesukaan Masyarakat Indikator Rata rata (%) Kriteria Warna 78,70 Suka Kerenyahan 86,70 Suka Keempukan 80,00 Cukup Suka Kegetasan 88,00 Suka Rasa Sukun 96,00 Suka Rasa Asin 80,00 Cukup Suka Rasa Gurih 84,90 Suka Hasil uji kesukaan masyarakat menunjukkan bahwa tingkat kesukaan masyarakat paling tinggi pada keripik sukun hasil eksperimen terbaik yaitu rasa sukun yaitu mencapai 88,70%. Tingkat kesukaan masyarakat kedua yaitu pada aspek rasa gurih sebesar 88,40%, diikuti aspek tekstur kegetasan 85,10%, kerenyahan 84,90% dan aspek warna 84,20 %. Persentase tingkat kesukaan pada aspek aspek tersebut diatas menunjukkan kriteria suka dengan kriteria persentase 84,00 100,00%. Sedangkan pada aspek tekstur keempukan dan rasa asin menunjukkan kriteria cukup suka dengan kriteria persentase 68,00 83,99 yaitu 83,80 % untuk tekstur keempukan dan 82,00 % untuk rasa asin. Rasa pada keripik sukun fermentasi menjadi daya tarik pertama bagi masyarakat untuk mengkonsumsi keripik sukun. Menurut Loekmonohadi (2011: 56) kandungan karbohidrat pada sukun dipecah menjadi asam asam organik misalnya asam laktat dan alkohol. Asam organik yang terbentuk bereaksi dengan alkohol membentuk ester ester yang selanjutnya menjadi senyawa pembangkit citarasa dan aroma, dan sering disebut sebagai 63

umami. Melalui teknik fermentasi, menurut kelompok kapang akan menghasilkan enzyme amilolitik, yang akan memecah amilum dalam bahan dasar menjadi gula sederhana yaitu monosakarida dan disakarida. Kelompok khamir ini akan mengubah gula sederhana menjadi alkohol, senyawa inilah yang menyebabkan rasa dan aroma keripik sukun menjadi alkoholis dan cenderung manis. Proses fermentasi berlanjut hingga menghasilkan senyawa asam laktat oleh bakteri Laktobasilus khususnya bakteri Lactobasilus Lactic. Produk SIMPULAN Inovasi pengolahan keripik sukun menggunakan teknik fermentasi pada rentang waktu 9 sampai dengan 21 hari relatif sama memperoleh keripik sukun yang tidak keras adalah ph 3. Keripik sukun hasil eksperimen terbaik mempunyai kandungan air sebesar 1,16 % (b/b), abu sebesar 4,13 % (b/b), protein sebesar 3,43 % (b/b), lemak sebesar 32,15 % (b/b) dan karbohidrat sebesar 59,11 % (b/b). Kualitas inderawi yang terbaik antara PENUTUP Manuskrip ini dapat diselesaikan karena dukungan, kerjasama, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya manuskrip ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada : DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung : Angkasa Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Blogspot. 2012. Ada Obat di Sekitar Kita. http://adaobat.blogspot.com/2010/03/efek-negatifpenyedap-rasa msg.html (13 Oktober 2012). Bpdas. 2010. Sukun. www.bpdas-pemalijratun.net ( 1 Januari 2012). Hakimah, I.A. 2010. 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Bantul: Syura Media Utama. Loekmonohadi (2011: 67) mikroorganisme dari produk yang dihasilkan cenderung dominan pada rasa gurih. Rasa khas pada keripik sukun fermentasi merupakan perpaduan antara rasa yang dihasilkan melalui proses fermentasi menjadi alkohol dan asam laktat ditambah dengan berbagai macam bumbu yaitu bawang putih, garam, dan ketumbar yang berfungsi sebagai penambah rasa. kemampuannya dalam memperbaiki kualitas keripik sukun. Lama fermentasi yang efektif untuk memperoleh keripik sukun yang tidak keras adalah 9 hari. PH yang efektif untuk keripik sukun kontrol dengan keripik sukun eksperimen adalah keripik sukun eksperimen yaitu keripik sukun dengan lama fermentasi 9 hari ph 3. Kesukaan masyarakat terhadap keripik sukun hasil eksperimen terbaik menunjukan nilai rata-rata kriteria suka. 1. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan kritik dan saran selama proses bimbingan penelitian ini 2. Laboratorium Biotek Pangan UGM Yogyakarta atas bantuannya dalam pengujian kandungan kimiawi produk hasil penelitian ini. Kartika, Bambang, dkk.1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia. Loekmonohadi. 2010. Kimia Makanan. Semarang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi Universitas Negeri Semarang. Loekmonohadi. 2011. Mikrobiologi Pangan. Semarang: Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik UNNES. Maligan, J.M, dkk. 2011. Kripik Umbi dan Inferior Aneka Bentuk dan Rasa. Malang: Jurusan Teknologi 64

Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Pangan Licious. 2010. Perubahan perubahan yang Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: terjadi Selama Proses Fermentasi. Gadjah Mada University Press. http://panganlicious.blogspot.com/2010//11/peruba Soekidjo Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian han-perubahan-yang-terjadi-selama.html (15 Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta September 2012). Standar Nasional Indonesia. 1996. Keripik Sukun. SNI Ristiani, S, dkk. 2011. Pola Suksesi Mikroflora Alami 01-4279-1996. Dewan Standarisasi Nasional. pada Fermentasi Nira Siwalan dan Pemanfaatannya Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. dalam Minuman Fermentasi. Surabaya: Fakultas Bandung: Tarsito Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala.. 65