BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Siklus Anggaran Siklus Pengelolaan Keuangan Negara Siklus Akuntansi. tedi last 09/17

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BUPATI BURU SELATAN PERATURAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR : 07 TAHUN 2012 T E N T A N G SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kabupaten Magelang

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

Bupati Garut P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 382 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 81 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah disempurnakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 31,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG


PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB IV PENUTUP. dibandingkan dengan basis akrual penuh di BPKAD Kota Madiun tahun. ini dibuktikan dengan adanya paket Undang-Undang Keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BAN BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

DINAS KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

BAB I PENDAHULUAN. negara/daerah dimulai dengan diterbitkannya 2 (dua) undang-undang yang

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

TABEL : 9 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BPKAD TAHUN 2014 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2015 KABUPATEN TULUNGAGUNG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberi kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagai berikut Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang tersebut memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan sendiri serta melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri. Kewenangan yang luas, utuh dan bulat pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada pemberi wewenang dan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan.

2 Pengelolaan keuangan dimaksud telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan otonom di daerah dalam penyediaan sumber-sumber keuangan berdasarkan kewenangan pemerintah pusat, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pengelolan keuangan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dilakukan melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sedangkan pengelolaan keuangan desentraslisasi mengikuti mekanisme Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam hal pengelolaan keuangan dan guna mencapai tata pemerintahan yang baik, sumber daya manusia yang unggul saja tidak akan berhasil tanpa didukung oleh suatu sistem tata kerja yang handal dan relevan. Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat dewasa ini membawa pengaruh terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Dengan demikian, kebutuhan akan data dan informasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tujuan organisasi dapat tercapai. Perkembangan teknologi saat ini mendorong suatu organisasi untuk mengolah datanya dengan cepat, lengkap dan akurat, serta dapat diintegrasikan secara menyeluruh sehingga mampu memberikan informasi yang handal dan relevan dalam pelaksanaan pelaporan data keuangan. Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem yang bersifat menyeluruh, bertujuan untuk menyajikan informasi yang jauh lebih luas daripada informasi akuntansi yang bersifat historis (Widjayanto, 2001:21).

3 Dengan penggunaan Sistem Informasi Manajemen yang selalu menggunakan teknologi, pengolahan data elektronik seperti komputer, maka tingkat efisiensi pekerjaan akan semakin meningkat. Lebih jauh lagi sistem informasi manajemen dapat mengkomunikasikan seluruh output yang dihasilkan dari masing-masing subsistem yang kemudian diintegrasikan menjadi sebuah informasi yang diperlukan bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Pemerintah pusat melalui kementerian keuangan kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah menyebutkan bahwa Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Pemerintah dalam hal pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara juga menetapkan standar akuntansi berbasis akrual dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Dimana dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 dikatakan Pemerintah menerapkan Standar Akuntansi

4 Pemerintah Berbasis Akrual. Hal ini juga mengharuskan pemerintah daerah menggunakan basis akrual dalam pengelolaan keuangannya. Untuk merealisasikan tuntutan tersebut, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengeluarkan sebuah sistem informasi keuangan daerah diberi nama Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) untuk memfasilitasi pemerintah daerah dalam mempersiapkan aparatnya dalam menghadapi perubahan, mendorong pelaksanaan tata kelola keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Adapun yang merupakan produk data yang dihasilkan dari Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) dimaksud meliputi : 1. Data gaji pegawai pada belanja pegawai melalui SIMDA Gaji; 2. Data barang milik daerah pada belanja modal dan aset tetap melalui SIMDA Aset; 3. APBD beserta perubahannya, SPM, SP2D, Jurnal transaksi akrual, Buku besar, Neraca, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan perubahan SAL, Laporan Arus Kas, serta Peraturan Daerah pertanggung jawaban melalui SIMDA Keuangan. Terkait dengan SIMDA Keuangan, program ini pada tahun 2015 diperbaharui menjadi berbasis akrual dengan label SIMDA Keuangan Versi 2.7 dimana SIMDA Keuangan sebelumnya masih berbasis kas. Dasar pengembangan aplikasi SIMDA Keuangan Versi 2.7 berbasis akrual antara lain adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013

5 tentang Pedoman Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Dairi telah menerapkan penggunaan aplikasi SIMDA Keuangan versi 2.7 Berbasis Akrual sejak tahun anggaran 2015 untuk menggantikan Sistem Pengelola Keuangan sebelumnya yakni Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) yang dirasa kurang maksimal dalam menghasilkan output berupa laporan pertanggungjawaban kepada stakeholder, pemeriksa maupun kepada Pemerintah Pusat secara e-audit. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini menyatakan bahwa disyaratkan kepada tiap-tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) untuk keperluan APBD dan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD). Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah serta melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. Sistem ini diharapkan dapat membantu seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi dalam mengolah data keuangan serta melaporkan data dimaksud melalui

6 Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Dairi sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Namun dalam penerapannya, sistem ini masih menemui beberapa kendala teknis terkait dengan proses pelaporan keuangan maupun keterbatasan sumber daya manusia dan prasarana yang ada. Beberapa kendala dalam pelaksanaan SIMDA keuangan versi 2.7 berbasis akrual khususnya dalam hal pengentrian data Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD Pemerintah Kabupaten Dairi adalah pengentrian yang tidak sesuai dengan Keputusan Bupati Dairi Nomor 910/561/XII/2016 tentang Kode Rekening Penganggaran di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi dan batas waktu pengentrian data RKA yang tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Badan Pengelola Pendapatan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Dairi. Padahal sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelola Keuangan Daerah, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Dairi sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sudah mengeluarkan surat edaran terkait dengan batas waktu pengentrian RKA-SKPD setelah Kebijakan Umum APBD serta Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun pada kenyataannya tidak seluruh SKPD yang dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. Oleh karena itu, dirasa perlu melakukan penelitian untuk untuk memperoleh gambaran lebih jauh terkait pelaksanaan SIMDA Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual dan produk yang dihasilkan SIMDA Keuangan Versi 2.7

7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi, maka Penulis mengajukan judul Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Sistem Informasi Manajemen (SIMDA) Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi. 1.3. Tujuan Penelitian Berpedoman pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai Implementasi SIMDA Keuangan Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi; 2. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan SIMDA Keuangan Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi. 1.4. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Peneliti, dapat menambah ilmu yang bermanfaat dan menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman bagi peneliti mengenai penerapan SIMDA Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual, dari kajian yang diperoleh saat mengikuti perkuliahan di Magister Administrasi Publik Universitas Medan Area; 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan Evaluasi kualitas Informasi

8 laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SIMDA Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual serta sebagai referensi mengenai penerapan SIMDA Keuangan Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual; 3. Bagi Akademisi, diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian- penelitian selanjutnya; 4. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan edukasi terhadap informasi keuangan daerah. 1.5. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran GAMBARAN PELAKSANAAN SIMDA KEUANGAN VERSI 2.7 BERBASIS AKRUAL 1. KOMUNIKASI 2. SUMBER DAYA 3. DISPOSISI 4. STRUKTUR BIROKRASI (Model Implementasi George C. Edwards III) PRODUK YANG DIHASILKAN SIMDA KEUANGAN VERSI 2.7 BERBASIS AKRUAL 1. PENGANGGARAN (Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah) 2. PENATAUSAHAAN (Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah) 3. AKUNTANSI DAN PELAPORAN (Permendagri No. tentang Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual) IMPLEMENTASI SIMDA KEUANGAN VERSI 2.7 BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI

9 Dari gambar 1.1 kerangka berpikir, dapat dijelaskan bahwa yang menjadi konsep penelitian adalah Implementasi Sistem Informasi Manajemen (SIMDA) Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi Sedangkan yang menjadi aspek penelitian adalah sebagai berikut: 1. Gambaran Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi ; 2. Produk yang dihasilkan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan Versi 2.7 Berbasis Akrual pada Pemerintah Kabupaten Dairi.