BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH II YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Gagal ginjal adalah keadaan penurunan fungsi ginjal, penimbunan racun dan sampah metabolisme. Berat ringannya gejala tergantung kerusakan ginjal yang terjadi. Gagal ginjal kronik adalah merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif, dimana ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007). Depkes RI (2009) pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, menyatakan bahwa hingga saat ini terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan penanganan terapi cuci darah. Tetapi hanya 7.000 pasien gagal ginjal kronik atau 10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin dan Askeskin. Di negara berkembang, morbiditas dan mortalitas pasien dengan Chronic Kidney Deases (CKD) masih tinggi, dengan angka mortalitas sekitar 22%. Dari 340.000 pada tahun 1999 dan mencapai 651.000 pada tahun 2011. Menurut laporan tahunan dari Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) pada tahun 2008, diperkirakan jumlah penderita penyakit 1

2 ginjal kronik di Indonesia sebanyak 150.000 pasien. Dari jumlah total pasien tersebut 21% berusia 15-34 tahun, 49% berusia 35-55 tahun, dan 30% berusia diatas 56 tahun (Wibisono & Kandarini, 2007). Meningkatnya pengetahuan tentang proses penyakit ini, pandangan baru tentang patogenesis, dan pilihan terapeutik yang baru dapat meningkatkan angka ketahanan hidup dan kualitas hidup pada pasien dengan CKD. Sampai saat ini ada 3 jenis terapi ginjal pengganti yaitu hemodialisis (cuci darah), dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien. Ada dua teknik utama yang digunakan dalam dialisis, yaitu Hemodialisa dan Dialisis Peritoneal (Suharyanto, 2009). Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani hemodialisa (Depkes RI, 2009). Hemodialisis merupakan suatu proses pengobatan yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD; end-stage renal disease) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen (Smeltzer & Bare, 2009). Amira (2011) menggungkapkan prevalensi pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Universitas Lagos (Araba) mengalami depresi, adalah 118 pasien hemodialisa, yang mengalami depresi tertinggi

3 pada jenis kelamin laki-laki 61,9% dan pasien wanita sebanyak 38%. Berdasarkan hasil penelitian Chang, et all. (2010) menjelaskan pada penelitiannya di Taiwan ada 200 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, 70 pasien (35%) diantaranya mengalami depresi. Kepustakaan mencatat bahwa tindakan bunuh diri pada penderita gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Amerika Serikat bisa mencapai 500 kali lebih banyak dari pada populasi umum. Selain tindakan nyata dalam melakukan tindakan bunuh diri, penolakan terhadap kegiatan terapi hemodialisa yang terjadwal juga merupakan salah satu hal yang sering dilakukan sebagai upaya halus untuk bunuh diri pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis (Kompasiana, 2012). Lubis (2009) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi terbagi menjadi dua, yaitu faktor fisik dan faktor psikologi. Faktor fisik antara lain mencakup faktor genetika, susunan kimia otak dan tubuh, faktor usia, gender, gaya hidup, penyakit fisik, obat-obatan dan kurangnya cahaya matahari. Sedangkan faktor psikologis antara lain mencakup faktor kepribadian seperti konsep diri yang negatif, pola pikir yang salah, pesimis, kepribadian yang introvert, faktor kehilangan / kekecewaan, harga diri, stres, lingkungan keluarga dan akibat efek yang disebabkan oleh penyakit jangka panjang. Salah satu faktor psikologis yang menyebabkan depresi adalah gangguan konsep diri. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi

4 individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu mengenai sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri terdiri atas komponen citra tubuh atau gambaran diri (body-image), ideal diri (self-ideal), identitas diri (selfidentity), peran diri (self-role ) dan harga diri (self-esteem). Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif (Suliswati dkk. 2005; Stuart, 2006; Dalami, 2009). Individu dengan konsep diri positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur. Konsep diri positif adalah individu yang dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur serta dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan realistik, sedangkan konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Suliswati dkk. 2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga diketahui bahwa jumlah pasien hemodialisa pada tahun jumlah pasien hemodialisa tahun 2014 mencapai sebanyak 65 orang. Hasil kuesioner tingkat depresi dan observasi di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga terhadap 10 orang pasien yang mendapat terapi hemodialisa ditemukan 5 menggalami depresi berat, 3 orang pasien menggalami depresi sedang dan 2 orang pasien menggalami

5 depresi ringan, dikarenakan dengan kondisinya yang terus menerus setiap bulan menjalani terapi hemodialisa. Atas dasar latar belakang diatas maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan antara komponen konsep diri dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan antara komponen konsep diri dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara komponen konsep diri dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tentang identitas diri pasien yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. b. Mengetahui tentang gambaran diri pasien yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. c. Mengetahui tentang ideal diri pasien yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

6 d. Mengetahui tentang peran diri pasien yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. e. Mengetahui tentang harga diri pada pasien yang mendapat terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. f. Mengetahui tingkat depresi pasien hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. g. Mengetahui hubungan antara konsep diri (identitas diri, gambaran diri, ideal diri, peran diri, dan harga diri) dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal melakukan terapi hemodialisa di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Pasien Penelitian konsep diri dan tingkat depresi ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pasien serta keluarga pasien yang mendapat terpi hemodialisa dalam upaya mendampingi dan memahami gejala depresi yang dialami pasien terpi hemodialisa. b. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tentang tingkat depresi pasien melakukan terapi hemodialisa. Selain itu juga dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien hemodialisa.

7 c. Bagi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga mengenai hubungan antara konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas) dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal melakukan terapi hemodialisa sehingga dapat dijadikan wacana dalam meningkatkan pelayanan terapi hemodialisa, sehingga diharapkan dapat lebih mengurangi tingkat depresi pasien hemodialisa untuk melakukan terapi hemodialisa. d. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang hubungan antara konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas) dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal melakukan terapi hemodialisa mengaplikasikan mata kuliah Metodologi Riset dan Riset Keperawatan, serta merupakan pengalaman dalam melakukan peneliti. 2. Manfaat Teoritis Menambah khasanah pustaka hubungan antara komponen konsep diri dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal yang mendapat terapi hemodialisa, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi ilmiah tentang tingkat depresi dan juga dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis.

8 E. Penelitian Terkait Penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dan strategi koping terhadap tingkat depresi pada pasien hemodialisa belum pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian terkait : 1. Jurnal Peran Konsep Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Terapi Hemodialisis oleh Mega Azahra Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun 2013,. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Konsep Diri, Skala Dukungan Sosial dan Skala Beck Depression inventory (BDI). Hasil menunjukkan : (1) Adanya Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Depresi pada Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisis dengan R = 0,616 dan nilai F = 17,400 dengan p = 0,000 (p < 0,01), (2) Adanya peran negatif konsep diri terhadap depresi dengan nilai t = -2,957 dan p = 0,005 (p<0,01), (3) Adanya peran negatif dukungan sosial terhadap depresi dengan nilai t= - 3,820 dan p=0,000 (p<0,01). 2. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Menjalani Hemodialisa oleh Rani Afnia Sinaga di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien CRF menjalani hemodialisis di rumah sakit Arifin Achmad Pekanbaru. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif. Sampel diambil dengan

9 Accidental Sampling studi pada pasien yang menjalani hemodialisis Rumah Sakit Arifin Achmad. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Menganalisa digunakan univariat dan analisis bivariat. Chi Square, hasil uji statistik diperoleh ρv ( 0,000 ) < α ( 0,05 ), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat depresi pada pasien CRF menjalani hemodialisis. Dukungan keluarga yang lebih positif dan akan mengurangi tingkat depresi pada pasien CRF menjalani hemodialisis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Lembaga pendidikan keperawatan khususnya, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk hasil penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Ruangan Hemodialisa Blu Rsup Prof. Dr. R D. Kandou M Anado oleh Suryaningsi h. M. Saraha, Esrom Kanine, Ferdinan d Wowiling tahun 2010. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan emosi yang menunjukan perasaan tertekan, sedih, tidak berharga, tidak berarti, tidak memiliki semangat dan pesimis tentang masa depan yang dirasakan oleh individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Cross Sectionalstudy, sampel

10 59 responden yang terdiri dari keluarga dan pasien.pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan diisi oleh responden. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS untuk dianalisis dengan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α)0.05. Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga baik (83,1%) dengan tidak depresi (79,6%) sdangkan depresi (20,4%) dan dukungan kurang (16,9%) dengan depresi (70,0%) dan tidak depresi (30,0%). Kesimpulanada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan depresi,dengan nilai p=0,004. Saran bagi instansi kesehatan di rumah sakit agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien agar dapat mencegah resiko terjadinya depresi pada pasien penyakit ginjal kronik. Perbedaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dari pervariabel antara konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas) dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal melakukan terapi hemodialisa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan desain survey analitik mengunakan jenis pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel teknik menggunakan Simpel Random Sampling, sehingga dapat diketahui yang paling dominan antara komponen konsep diri yang meliputi gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri dengan tingkat depresi pasien yang mendapatkan terapi hemodialisa.