Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

PENDAHULUAN Latar Belakang

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN Latar Belakang

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pisang adalah tanaman penghasil buah yang paling banyak dikonsumsi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. Pisang Cavendish merupakan komoditas pisang segar (edible banana) yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini pemanfaatan lahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

Teknik Pengujian In Vitro Ketahanan Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium Menggunakan Filtrat Toksin dari Kultur Fusarium oxysporum

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

sobir Pusat Kajian Hortikultura Tropika

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

Mekanisme Ketahanan, Pola Pewarisan Genetik Dan Screening Pada Varietas Unggul Tahan Hama

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

TEKNIK MUTASI DALAM PEMULIAAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PENDAHULUAN. Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. L) merupakan salah satu tanaman. bagian timur Indonesia dijadikan sebagai makanan pokok masyarakat.

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

RINGKASAN YULI NURHAYATI.

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

Transkripsi:

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena harganya relatif murah dan kualitas gizi yang baik. Luas panen dan produksi pisang menempati posisi pertama dibandingkan total produksi buah-buahan lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor pisang, volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1996 dengan nilai sekitar 18 juta dolar, namun pada tahun berikutnya menurun dan bahkan pada tahun 2004 hanya 1197 ton dengan nilai sekitar 778.000 dolar (Anonim, 2004). Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan tanaman pisang adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan penyakit layu Fusarium. Penyakit layu Fusarium disebabkan oleh Fusarium oxysporum Schlect f. sp. Cubense merupakan salah satu penyakit utama pisang yang dapat menghancurkan pertanaman pisang komersial di dunia (Cahyana, 2006). Menurut beberapa laporan, kerusakan pertanaman pisang di Taiwan, Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Cina disebabkan oleh Fusarium oxysporum ras 4. Penyakit layu tersebut dilaporkan telah menyebar luas di Asia, Amerika (Latin) dan Australia (http://hebenyamine. blog.com/3944447). Hampir semua tanaman pisang rentan terhadap penyakit ini dengan intensitas antara 24,5-49,5% (Eko, 2007). Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit ini dapat mencapai 63,33%. Fusarium oxysporum f. sp. cubense merupakan patogen tular tanah yang dapat merusak tanaman karena menghasilkan senyawa toksin disebut asam fusarat. Jamur ini mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai klamidospora sehingga sulit dikendalikan. Penyakit ini menular melalui tanah, menyerang akar dan masuk ke dalam bonggol pisang. Di dalam bonggol, jamur merusak pembuluh sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. Gejala-gejala dari penyakit tersebut adalah: 1. Menguningnya daun pisang, dimulai dari daun yang tua. 2. Pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh. 3. Ruas daun memendek. 4. Perubahan warna pada bonggol pisang. 5. Biasanya batang yang terserang mengeluarkan bau busuk. Sampai saat ini belum ditemukan satupun kultivar pisang yang benar-benar tahan terhadap penyakit layu fusarium. Kalaupun ditemukan kultivar yang tahan, pemuliaan tanaman pisang untuk memindahkan gen ketahanan dari suatu kultivar ke kultivar lain melalui persilangan secara konvensional mengalami hambatan karena sebagian besar kultivar pisang bersifat steril, selain itu terdapat variasi genom yang tinggi, heterozigositas dan poliploidi. Dengan demikian diperlukan pendekatan

lain untuk mendapatkan tanaman pisang yang tahan terhadap penyakit ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit ini adalah dengan membuang/membakar tanaman pisang yang sudah terlanjur terserang penyakit, menanam lebih dari satu varietas, membersihkan gulma di sekitar areal pertanaman, atau menggunakan bibit yang bebas penyakit, dan lain-lain. Cara yang paling efektif dan efisien untuk mengatasi masalah penyakit tersebut adalah penggunaan varietas tahan. Salah satu metode alternatif untuk memperoleh genotipe baru yang tidak tersedia pada sumber plasma nutfah yang ada adalah penggunaan teknik kultur jaringan, antara lain melalui metode keragaman somaklonal, mutasi dan seleksi in vitro. Kultur jaringan atau kultur in vitro merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengkulturkan bagian-bagian tanaman pada kondisi aseptik. Teknik kultur jaringan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, di antaranya adalah perbanyakan tanaman (produksi bibit), perbaikan sifat genetik tanaman, produksi metabolit sekunder, dan penyimpanan secara in vitro. Pemanfaatan teknik kultur jaringan untuk meningkatkan keragaman genetik, terutama pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif telah banyak dilakukan, karena metode tersebut terbukti lebih efektif dan efisien serta memerlukan waktu yang lebih singkat untuk menghasilkan varietas baru. Penggunaan Teknik Kultur Jaringan untuk Perakitan Pisang Tahan Layu Fusarium Dalam pemuliaan tanaman keragaman genetik yang tinggi mutlak diperlukan sebagai bahan untuk seleksi. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk memperluas keragaman genetik tanaman tanpa harus tergantung kepada sumber genetik yang ada di alam adalah kultur in vitro, yaitu dengan menginduksi keragaman yang berasal dari sel-sel somatik (keragaman somaklonal). Penggunaan metode tersebut telah banyak digunakan untuk menghasilkan varietas baru pada berbagai tanaman. Keragaman somaklonal pada kultur in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh yang aktivitasnya kuat seperti 2,4-D atau dicamba, penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang tinggi ataupun dengan perlakuan subkultur berulang. Keragaman somaklonal yang ditimbulkan dalam kultur in vitro merupakan sumber keragaman genetik yang berpotensi untuk digunakan dalam pemuliaan tanaman. Perubahan sifat genetik yang terjadi akan meningkat apabila dikombinasikan dengan mutasi induksi. Mutasi induksi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen tertentu antara lain mutagen fisik (radiasi sinar x, sinar gamma) dan mutagen kimia (EMS, des, MMS, dan lain-lain). Keragaman somaklonal yang

Gambar 1. Pertumbuhan tanaman hasil seleksi in vitro di lahan endemik penyakit layu Fusarium pada generasi ke-2 menghasilkan buah normal. diharapkan adalah keragaman yang dapat diwariskan pada turunannya, bersifat stabil pada silklus seksual atau perbanyakan vegetatif yang berulang. Untuk mengarahkan perubahan sifat yang terjadi secara spesifik dapat digunakan teknik seleksi in vitro, yaitu dengan menggunakan komponen seleksi tertentu yang ditambahkan ke dalam media pertumbuhan, misalnya AlCl 3 untuk sifat ketahanan terhadap lahan masam, PEG untuk sifat ketahanan terhadap kekeringan, atau dengan menggunakan filtrat atau toksin dari patogen penyebab penyakit. Seleksi untuk mendapatkan sifat ketahanan terhadap faktor biotik seperti patogen dapat dilakukan dengan melakukan simulasi serangan patogen secara in vitro dengan menambahkan toksin atau filtrat dari patogen tersebut pada media kultur (Svaboda dan Lebeda, 2005). Teknik ini sudah berhasil dilakukan antara lain pada panili, abaka, gandum, dan pisang, sedangkan Tang (2006) telah menghasilkan pisang cavendish resisten layu fusarium yang stabil dan sudah 10

tahun ketahanannya belum terpatahkan. Metode ini juga telah berhasil diterapkan pada beberapa tanaman untuk menghasilkan varietas baru dengan sifat tertentu, antara lain tanaman padi toleran aluminium dan kekeringan, tanaman kedelai toleran aluminium dan kekeringan, dan lain-lain. Penelitian perakitan pisang untuk mendapatkan sifat ketahanan terhadap layu fusarium telah dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) bekerjasama dengan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, menggunakan varietas Ambon Kuning dan Ambon Hijau. Metode yang digunakan adalah induksi keragaman somaklonal pada populasi sel menggunakan mutagen fisik yaitu, iradiasi sinar gamma. Untuk mengarahkan perubahan sifat yang terjadi, maka digunakan asam fusarat sebagai media seleksi pada kultur in vitro. Bibit yang dihasilkan dari metode tersebut selanjutnya diuji sifat ketahanannya di rumah kaca dengan mengggunakan inokulum spora Fusarium oxysporum. Tanaman yang tahan (terseleksi) kemudian ditanam di lahan endemik yang sudah terinfeksi oleh Fusarium oxysporum dan menunjukkan adanya sifat ketahanan yang tetap dipertahankan pada anakannya. Tanaman pisang yang dihasilkan mempunyai morfologi yang sama dengan induknya, demikian juga dengan kualitas buah pisang yang dihasilkan (Gambar 1). Saat ini pengujian masih terus dilanjutkan pada anakannya/turunan ke-4. Ragapadmi Purnamaningsih Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111 Telp. (0251) 8337975, 8339793; Faks. (0251) 8338820 E-mail: raga_padmi@yahoo.com HP: 08179000071