BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata dasar sidik yang artinya memeriksa dan meneliti. Kata sidik diberi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan pada si pembuatnya. Untuk adanya pertanggungjawaban

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

I. PENDAHULUAN. mendapatkan suatu perlindungan khusus agar kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB II HUBUNGAN KUHP DENGAN UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

Kata kunci : Penyidikan Tindak Pidana Persetubuhan dan Anak di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan No.13/Pid.B/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. dan semuanya dapat tercapai apabila berpedoman pada peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. melanda Indonesia berdampak pada penyebab terjadinya tindak pidana. Salah

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

P U T U S A N Nomor : 14 /PID.A/2013/PT-MDN.-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan mekanisme pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

P U T U S A N NOMOR : 687/PID.SUS/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

ALUR PERADILAN PIDANA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penganiayaan adalah: perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian. pidana adalah menyangkut tubuh manusia. Meskipun pengertian

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

OPTIMALISASI PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DI SEMARANG UTARA S K R I P S I. Oleh : S U H A R N O NIM :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 05 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DALAM KABUPATEN PROBOLINGGO BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. di gunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga dalam setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Penyelidikan dan Penyidikan dipisahkan artinya oleh Kitap Undangundang Hukum Pidana (KUHAP), menurut bahasa Indonesia kedua kata tersebut berasal dari kata dasar sidik yang artinya memeriksa dan meneliti. Kata sidik diberi sisipan el menjadi selidik yang artinya banyak menyelidik. Jadi dengan kata lain, menyelidik dan menyidik sama artinya. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur undang-undang. 1 Sedangkan Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat terang suatu tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 2 Dalam hal penyidik telah memulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang diduga merupakan perbuatan pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum dengan (SPDP) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan, 3 yang dilampiri : 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 1 angka 4. 2 Ibid. Pasal 1 angka 2. 3 Ibid. Pasal 109 ayat(1). 1

- Laporan Polisi. - Resume BAP saksi. - Resume BAP tersangka. - Berita Acara Penangkapan. - Berita Acara Penggeledahan. - Berita Acara Penyitaan. Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara merupakan kegiatan akhir dari penyidikan perbuatan pidana, meliputi : 1. Pembuatan Resume. 2. Penyusunan isi berkas perkara. 3. Pemberkasan. Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara saja kepada kejaksaan pada tahap kedua dalam hal penyidikan sudah dinyatakan lengkap (P21), penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti kepada pihak Kejaksaan. Tindak pidana pencabulan adalah suatu tindak pidana yang bertentangan dan melanggar nilai kesopanan dan kesusilaan seseorang mengenai dan berhubungan dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu seksual. Misalnya mengelus - elus atau menggosok - gosokan penis atau vagina, memegang buah dada, dan mencium mulut seorang perempuan. 4 4 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Raja Grafindo, Jakarta, Hal 80. 2

Ada beberapa bentuk dan jenis istilah tentang pencabulan yaitu : 5 1. Exhibitionism seksual yaitu sengaja memamerkan alat kelamin pada orang lain secara tak terduga. Kelainan seksual ini termasuk pada kelainan mental yaitu obsesi untuk melakukan kegiatan seksual yang nyleneh, pelaku sengaja dan sadar melakukan dan mempertontonkan organ seksualnya untuk membuat orang lain kaget, sedangkan beberapa lainya berharap bahwa orang lain terangsang untuk melakukan hubungan seksual setelah diperlihatkan organ seksualnya. 2. Voyeurism seksual yaitu adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang berlainan jenis atau sejenis tergantung orientasi seksual Seperti seseorang yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian, atau melakukan kegiatan seksual sehingga penderita memperoleh kepuasan seksual. 3. Fellatio seksual adalah aktifitas seksual dengan cara oral doiaman mulut dan lidah seseorang melakukan stimulus pada penis dengan cara menjilat atau menghisap.. Seseorang dikatakan sebagai korban kekerasan apabila menderita kerugian fisik, mengalami luka atau kekerasan psikologi, trauma emosional dan seksual tidak hanya dipandang dari aspek legal tetapi social dan cultural. Tindak kekerasan mempunyai cakupan yang luas seperti kekerasan fisik, psikologi dan seksual. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) di sebutkan bahwa: 5 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Mandar Maju, Bandung, Hlm 264. 3

Negara Indonesia adalah Negara Hukum 6 yang maknanya adalah setiap tindakan / perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memenuhi unsur di dalam undang-undang maka harus dipertanggung jawabkan menurut aturan yang mengaturnya. Jadi sama halnya dengan pelaku kekerasan terhadap perempuan yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di muka hukum. Deklarasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan (declaration on the eliminationif women againt of women) menjelaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan perempuan secara fisik, psikologi atau seksual termasuk ancaman tindakan tertentu atau perampasan. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan Undang - Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 76 E.Jo pasal 82 disebutkan setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul. Mulyana W. Kusumah dalam bukunya Hukum dan Hak Anak-anak mengemukakan bahwa tangal 20 Nopember 1958 disahkanlah deklarasi hak anak - anak oleh majelis umum PBB. Jiwa dokumen ini tercermin dalam mukadimah 6 Amandemen Undang-undang Dasar 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat, Media Presindo, Yogyakarta, tahun 2004, hal 5. 4

deklarasi tersebut, yang menyatakan antara lain umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik. 7 Pada tanggal 21 Desember 1979, Majelis Umum mensahkan sebuah resolusi yang menyatakan 1979 sebagai Tahun Internasional Anak-anak. Resolusi ini menganjurkan semua negara, baik kaya maupun miskin untuk meninjau kembali kegiatan mereka dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anak-anak. Resolusi ini juga mengingatkan bahwa 1979 merupakan ulang tahun ke 20 deklarasi hak anak anak dan sekaligus menjadikan peristiwa ini titik tolak bagi peningkatan pelaksanaan selanjutnya. 8 Universal declaration of human right dimaksud sebagai common standard of achievement for Human all Nation. Sebagai suatu landasan tanggung jawab moral telah melahirkan sejumlah konvensi seperti convention all farm off discrimination againt woman tahun 1979 dan Indonesia telah meratifikasi melalui UU No. 7 tahun 1984 9 Ini berarti negara peserta konvensi tersebut wajib melindungi dan melaksanakan persamaan hukum antara pria dan wanita, serta memberikan perlindungan terhadap mereka. Masalah perlindungan anak adalah sesuatu yang kompleks dan dapat menimbulkan berbagai macam persoalan lebih lanjut yang tidak selalu dapat diatasi secara perorangan, tetapi harus secara bersama sama dan penyelesaiannya menjadi tanggung jawab kita bersama. 7 Kusumah Mulyana, W; Hukum dan Hak Anak-anak, Rajawali, Jakarta, 1986, hal 63. 8 Shanti Dellyana, SR, Wanita dan anak di mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2004, hal 8. 9 Romani Sihite, Kejahatan dalam Analisa Kriminilogi, Forum Kajian Mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia, tahun 2004, hal 22. 5

Bahwa perlindungan anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya interaksi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu apabila kita mau mengetahui tentang terjadinya perlindungan anak yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat maka kita harus memperhatikan fenomena mana yang relevan yang mempunyai peran penting dalam terjadinya kegiatan perlindungan anak. Perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan kondisi yang melindungi anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajiban. Perlindungan anak merupakan wujud adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. 10 Salah satu masalah yang tidak jarang terjadi pada anak-anak adalah terjadinya tindak pidana cabul terhadap dirinya yang dilakukan oleh orang dewasa sebagaimana terjadi diwilayah hukum Polrestabes Semarang. Dari Uraian diatas melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : PROSES PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN OLEH POLRI TENTANG TINDAK PIDANA PERBUATAN CABUL TERHADAP ANAK DI WILAYAH HUKUM POLRESTABES SEMARANG. 10 Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di mata Hukum, liberty, yogyakarta, 2004, hal 37. 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian peneliti diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses penyelidikan dan penyidikan oleh Polri tentang tindak pidana pencabulan terhadap anak di wilayah Kepolisian Resort Kota Besar Semarang? 2. Bagaimana Hambatan dalam penyidikan dan bagaimana solusinya? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pencabulan terhadap anak di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Kota Besar Semarang. 2. Hambatan hambatan dalam penyidikan dan solusinya. D. Sistematika Untuk jelasnya dalam penulisan ini, penulis membagi isi skripsi menjadi 5 (lima) bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub dan ditutup dengan kesimpulan. Bab I PENDAHULUAN berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II TINJAUAN PUSTAKA berisi pengertian tindak pidana, pengertian tindak pidana pencabulan, pengertian anak, tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penyidikan menurut ketentuan Undang-Undang 7

Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Bab III METODE PENELITIAN berisi metode pendekatan yuridis normatif, spesifikasi penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data. Bab IV HASIL PENELITIAN membahas pengaturan hukum pidana positif di Indonesia mengenai tindak pidana pencabulan terhadap anak dan proses penyelidikan dan penyidikan oleh Polri tentang tindak pidana pencabulan terhadap anak di wilayah Kepolisian Resort Kota Besar Semarang Bab V PENUTUP berisi kesimpulan dan saran 8