I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalam bidang pertanian. Bidang peternakan sangat potensial dalam

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

III. METODE PENELITIAN. Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lampung Selatan berupa data PAD

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. Saat dunia mengalami krisis bahan bakar, Indonesiapun ikut terkena imbasnya.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

Coding Kota / Kabupaten Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan merupakan subsektor yang sangat penting bagi Indonesia

I. PENDAHULUAN. (income multiplier) dan pengganda tenaga kerja (employment multiplier).

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

Lampiran I.18 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih tetap berbasis

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 5-20 DESEMBER Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI I PERIODE 6-21 JANUARI Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 21 DESEMBER - 5 JANUARI 2016 Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR G/ fjll.. /III.16/HK/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani, tetapi sekaligus dapat mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (Iqbal dan Sudaryanto, 2008). Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh. (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008) Pembangunan pertanian meliputi banyak sektor diantaranya subsektor peternakan yang harus diperhatikan dan ditingkatkan, mengingat peternakan memiliki peranan penting dalam memberikan devisa melalui komoditas ekspor seperti sapi, babi, domba, kambing, dan ayam. Salah satu usaha dalam sektor peternakan yaitu usaha penggemukan sapi potong. Usaha ini sangat potensial untuk dikembangkan, dikarenakan usaha ini memiliki peluang keberhasilan bisnis yang tinggi. Usaha penggemukan sapi di Indonesia saat ini sangat berkembang yang dapat dilihat dari semakin banyaknya masyarakat maupun daerah yang mengusahakan

2 penggemukan sapi. Hal ini terkait akan kesadaran masyarakat terhadap manfaat daging sapi yang sangat besar bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani sehingga permintaan terhadap daging sapi semakin tinggi. Menurut Dinas Peternakan Provinsi Lampung (2011), populasi ternak sapi di Provinsi Lampung saat ini mencapai 742.776 ekor, yang sebagian besar tersebar di pedesaan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung (2012), populasi ternak sapi di Provinsi Lampung tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung Tahun 2007-2011 Tahun Sapi Jantan (ekor) Sapi Betina (ekor) Jumlah Total Populasi Ternak Sapi (ekor) 2007 139.333 270.836 410.169 2008 144.55 280.976 425.526 2009 157.29 305.742 463.032 2010 168.512 327.554 496.066 2011 242.367 500.409 742.776 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2012 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi di Provinsi Lampung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan di Provinsi Lampung termasuk sentra penggemukan sapi impor dan daerah penghasil daging sapi nasional sehingga usaha ternak sapi dapat memberikan prospek yang cerah untuk Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan menempati urutan ketiga tertinggi dalam populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung. Pada Tabel 2 dapat dilihat Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per kabupaten/ kota Tahun 2007-2011.

3 Tabel 2. Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota Tahun 2007-2011 No. Kabupaten/Kota Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) 1 Lampung Barat 15.284 15.492 25.552 26.297 18.527 2 Tanggamus 14.968 15.436 6.488 7.15 4.414 3 Lampung Selatan 47.968 48.337 49.640 50.966 108.896 4 Lampung Timur 59.245 75.171 80.806 95.823 152.17 5 Lampung Tengah 138.433 140.579 150.401 163.019 288.449 6 Lampung Utara 19.307 19.892 20.46 22.079 33.279 7 Waykanan 26.422 26.566 27.15 27.383 35.185 8 Tulang Bawang 77.332 70.892 27.079 27.667 28.363 9 Pesawaran 7.751 9.45 12.877 13.041 17.916 10 Pringsewu - - 9.612 10.093 14.402 11 Mesuji - - 14.468 15.891 9.358 12 Tulang bawang Barat - - 34.837 33.048 24.484 13 Bandar Lampung 1.253 1.334 1.384 1.272 1.688 14 Metro 2.202 2.377 2.278 2.337 5.645 Jumlah 410.165 425.526 463.032 496.066 742.776 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Lampung, 2012 Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi pengembangan penggemukan sapi potong yang cukup besar, hal ini disebabkan oleh populasi ternak sapi di Kabupaten Lampung Selatan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Potensi bibit/bakalan yang belum digunakan saat ini masih tersisa 89,76 sedangkan luas potensi bibit/bakalan yang baru digunakan saat ini hanya 10,24 persen, sehingga membuka peluang investasi sektor peternakan sapi di daerah tersebut karena potensi yang tersedia masih sangat besar (Rusyana, 2012).

4 Populasi ternak sapi di Kabupaten Lampung Selatan dapat ditingkatkan karena potensi pengembangan di daerah ini masih tersedia cukup luas. Untuk mewujud -kan potensi itu dibutuhkan budidaya peternakan sapi yang perlu dikembangkan di setiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2011 No. Kecamatan 2010 (ekor) 2011 (ekor) 1 Natar 5.915 17.656 2 Jati Agung 6.602 20.469 3 Tanjung Bintang 12.564 7.129 4 Tanjung Sari 4.295 4.198 5 Katibung 3.986 7.192 6 Merbau Mataram 1.238 6.623 7 Way Sulan 1.994 1.710 8 Sidomulyo 4.167 20.186 9 Candipuro 1.698 5.310 10 way Panji 2.083 3.097 11 Kalianda 1.585 6.069 12 Rajabasa 2.520 97 13 Palas 1.304 2.637 14 Sragi 875 1.891 15 Penengahan 526 270 16 Ketapang 1.620 3.181 17 Bakauheni 263 181 Jumlah 80.806 108.896 Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan, 2012 Kecamatan Jati Agung tahun 2010 memiliki populasi ternak sapi sebanyak 6.602 ekor sedangkan tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 20.469 ekor sapi. Populasi ternak sapi di Jati Agung terdiri dari peternakan kecil skala rumah tangga

5 dan peternakan perusahaan skala besar. Perusahaan peternakan berskala besar di Kecamatan Jati Agung hanya terdapat perusahaan Haji Sony. B. Perumusan Masalah Peternakan sapi potong Haji Sony merupakan salah satu peternakan yang berada di Kecamatan Jati Agung. Perkembangan populasi sapi di peternakan Haji Sony tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Populasi ternak sapi potong di Peternakan Haji Sony Tahun 2009-2013 No Tahun Populasi Sapi (ekor) 1 2009 680 2 2010 721 3 2011 579 4 2012 1.024 5 2013 833 Jumlah 3.837 Sumber : Informasi sinder peternakan Haji Sony Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 populasi sapi mengalami penurunan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut informasi sinder peternakan Haji Sony, penurunan ini dikarenakan tingginya harga pakan ternak sapi dan harga bibit/bakalan sapi serta menurunnya kinerja perusahaan* ). Penurunan harga sapi menyebabkan kerugian yang cukup besar untuk usaha penggemukan sapi potong Haji Sony. Hal ini mengakibatkan perubahan sistem managemen pakan peternakan, dimana peternakan sapi Haji Sony mulai memberikan pakan berupa konsentrat. *Komunikasi pribadi dengan Sinder Peternakan Haji Sony, (17 februari 2013)

6 Kemajuan suatu perusahaan dapat dinilai dari kinerja perusahaan tersebut. Data yang ada dapat dilihat bahwa produksi peternakan Haji Sony berfluktuasi sehingga kinerja mengalami kenaikan dan penurunan, berdasarkan fluktuasi yang cenderung menurun di tahun tersebut populasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa pengaruh terhadap kinerja dari pengalaman usaha, penurunan bibit/bkalan sapi, pakan hijuauan, curahan tenaga kerja dan luas kandang berpengaruh terhadap kinerja usaha penggemukan sapi, oleh karena itu perlu ada pengukuran terhadap kinerja apakah sudah baik atau belum, dimana penilaian kinerja peternakan sapi potong Haji Sony dapat dilihat dari aspek produktivitas dan pendapatan Peternakan sapi potong dalam mengembangkan usahanya mengalami kendala yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan dari dalam perusahaan berupa variabel-variabel yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan dari luar perusahaan berupa variabel-variabel yang merupakan peluang dan ancaman bagi peternakan sapi potong. Kendala lingkungan internal yang dihadapi peternakan adalah kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga kerja dikarenakan hanya mampu memanfaatkan ilmu yang sudah diwariskan oleh orang tuanya. Kendala lain yang juga harus dipegang peternakan adalah bagaimana mengenal tipe sapi potong saat membeli bibit/bakalan sapi. Pengetahuan ini diberikan agar peternak dapat memilih bibit tipe sapi potong yang berkualitas.

7 Kendala lingkungan eksternal yang dihadapi oleh peternak adalah pasokan pakan untuk sapi yang dipengaruhi oleh musim, apabila musim hujan pasokan pakan akan melimpah dan beraneka ragam sebaliknya pasokan pakan sapi akan berkurang pada musim kemarau. Kendala lain dalam lingkungan eksternal yaitu lokasi yang harus menempuh jarak yang cukup jauh dari jalan raya karena lokasi peternakan yang berada di dalam pedesaan dengan kondisi jalan yang kurang baik untuk dilintasi. Peternakan sapi potong Haji Sony memiliki pesaing dari peternak kecil skala rumah tangga dan perusahaan peternak skala besar yang berada di luar kecamatan Jati Agung. Persaingan yang ketat dalam usaha penggemukan sapi menyebabkan peternakan sapi potong Haji Sony perlu menerapkan strategi untuk usahanya. Strategi yang sesuai dengan kondisi peternakan sapi akan mampu meningkatkan pendapatan dengan potensi yang telah dimiliki oleh peternakan sapi potong Haji Sony tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan : 1. Bagaimana kinerja usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan? 2. Faktor internal dan faktor eksternal apakah yang dapat digunakan untuk penentuan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi potong Haji Sony? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha penggemukan sapi Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari kinerja usaha peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan 2. Mengidentifikasikan faktor internal dan faktor eksternal sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan 3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Bagi Pemerintah dan Instansi terkait, sebagai informasi dalam penentuan kebijakan mengenai usaha penggemukan sapi di daerah pedesaan khususnya desa Karang Anyar kecamatan Jati Agung. 2. Bagi peternak, sebagai informasi dan masukan untuk pengembangan usaha peternak penggemukan sapi 3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan dan referensi pada waktu yang akan datang.