BAB IV KESIMPULAN. tahun 2012 lomba karawitan se-kabupaten klaten.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

PRESTASI KARAWITAN LANSIA NGUDI LARAS DI GANTIWARNO KLATEN

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini

BAB IV PENUTUP. sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, tentang gending Gaya Yogyakarta yang diangkat sebagai materi

BAB IV PENUTUP. Adapun rangkaian struktur komposisi yang disajikan yaitu Lagon Wetah laras

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

TABUHAN PANCER PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SEBUAH KAJIAN MUSIKAL

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL

BAB IV PENUTUP. disimpulkan bahwa gending-gending bentuk lancaran karya Ki Tjokrowasito

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian II Kiriman I Nyoman Kariasa, Dosen PS Seni MKarawitan

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

BAB IV KESIMPULAN. memiliki cengkok sindhenan yang unik terdapat pada cengkok sindhenan

BAB IV PENUTUP. tentang penyimpangan terhadap pola musikal karawitan konvensional.

BAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

BAB IV PENUTUP. Peran karawitan dan acara pernikahan di Keraton Yogyakarta menjadi

GENDHING KARAWITAN: KAJIAN FUNGSI DAN GARAP KARAWITAN GAYA SURAKARTA

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

GARAP KENDHANGAN GENDING PATALON LAMBANGSARI LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI KARAWITAN NGRIPTO LARAS. Skripsi

GARAP KENDHANGAN GENDING PATALON LAMBANGSARI LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI KARAWITAN NGRIPTO LARAS

GARAP GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARAP BONANG BARUNG GENDING BEDHAYA LARAS PELOG PATHET BARANG KENDHANGAN MAWUR

JURNAL KARAWITAN TARI SARASWATI ISI YOGYAKARTA KARYA SUNYATA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)

JURNAL TABUHAN SLENTHO

BAB IV KESIMPULAN. mengakibatkan perubahan teknik tabuhan pada beberapa instrument bonang

PANGKUR JENGGLENG AYOM-AYEM DI TVRI YOGYAKARTA: SUATU TINJAUAN PENYAJIAN KARAWITAN. Skripsi

IRINGAN KESENIAN THÈTHÈLAN DENGAN CERITA SEDUMUK BATHUK SENYARI BUMI DI TAMAN BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: KAJIAN GARAP KARAWITAN.

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

GARAP LADRANG ELING-ELING PIKUKUH KARYA KI NARTOSABDO

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

ANALISIS GARAP GENDING DOLANAN EMPLÈK-EMPLÈK KETEPU LARAS SLENDRO PATET MANYURA ARANSEMEN TRUSTHO. Skripsi

BAB IV KESIMPULAN. yang tidak melibatkan kesenian lain, lebih khusus lagi hanya disajikan untuk

Gamelan, Orkestra a la Jawa

PADA GAMELAN KYAI KANCILBELIK KERATON SURAKARTA

UCAPAN TERIMA KASIH...

PERMAINAN RICIKAN KENONG DALAM KARAWITAN JAWA GAYA SURAKARTA

PROSES BELAJAR SENI KARAWITAN SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI KASIHAN BANTUL: SEBUAH STUDI KASUS

GARAP GENDING LONTHANG, JATIKUSUMA, RENYEP DAN LUNG GADHUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

KARAWITAN. Apa itu KARAWITAN?

FUNGSI SENI KARAWITAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA. Oleh : Drs. KARTIMAN, M. Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA.

JURNAL KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017

SUWUK GROPAK DALAM KARAWITAN PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA

Catharsis: Journal of Arts Education

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

BAB IV PENUTUP. dengan penyajian karawitan mandiri atau uyon-uyon. Tidak hanya penyajian

JURNAL IRINGAN KESENIAN THÈTHÈLAN DENGAN CERITA SEDUMUK BATHUK SENYARI BUMI DI TAMAN BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: KAJIAN GARAP KARAWITAN.

Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori

Rebab Instrumen Gesek Gamelan: Analisis Hubungan Antara Posisi Gesekan dan Komponen Penyusun Sinyal Suara

Tabuh Kreasi Pepanggulan Gamelan Smarandhana Lemayung, Bagian II

Kiriman Saptono, SSen., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

PANCER DALAM KARAWITAN GAYA SURAKARTA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. Komparasi Gending Ganggong dan Miyanggong Laras pelog patet nem. Susanti 1

Kendangan Matut. Latar Belakang

MARS ISI YOGYAKARTA KARYA SUHARDJONO: SUATU TINJAUAN GARAP MUSIKAL

Identifikasi Pola Pasangan Notasi Gending Lancaran Berbasis Kemiripan Atribut

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV PENUTUP. Saryanto di grup karawitan Tirta Kencana adalah sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

PEMBINAAN KARAWITAN KELOMPOK KARAWITAN NGESTI LARAS, PAGUYUBAN NGEKSI GONDO DIBAWAH NAUNGAN YAYASAN ADI BUDAYA DENPASAR TAHUN 2009

KOMPOSISI IRINGAN TARI SUMUNARING ABHAYAGIRI (SENDRATARI BOKO)

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Variasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PERAN PAGUYUBAN KARAWITAN KIRANA BUDAYA KWARASAN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN DALAM PELESTARIAN SENI KARAWITAN. Skripsi

BAGAIMANA BERMAIN GAMELAN

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab

PENERAPAN TLUTUR DALAM PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA VERSI KI TIMBUL HADIPRAYITNA, KI SUTEDJO, KI SUGATI, DAN KI MARGIONO.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

RICIKAN STRUKTURAL SALAH SATU INDIKATOR PADA PEMBENTUKAN GENDING DALAM KARAWITAN JAWA

PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA

PERAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN JAWA UNTUK MENANAMKAN NILAI CINTA BUDAYA PADA ANAK DI SD ANTONIUS 01 SEMARANG

IDENTIFIKASI FITUR MELODI DALAM MUSIK GAMELAN BERDASARKAN HUBUNGAN ASOSIASI ANTAR-NOTASI

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada

V. PENUTUP. A. Kesimpulan. Unang Uning sebagai suatu karya musik merupakan ekspresi perasaan

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Berdasar analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras Gantiwarno Klaten adalah paguyuban karawitan lansia yang berkembang, berpotensi, dan eksis di wilayah Kabupaten Klaten dan sekitarnya. Berbagai prestasi telah diraih sampai sekarang dan yang paling bergengsi dan menjadi penyemangat sampai saat ini adalah Juara I (pertama) tahun 2012 lomba karawitan se-kabupaten klaten. Faktor penyebab Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras berprestasi adalah organisasi yang baik meliputi kepengurusan yang solid, manajemen yang baik, dan para anggota yang aktif serta berbakat. Prestasi yang telah diraih juga tidak lepas dari bimbingan Basuki dan Sugeng sebagai pelatih yang telah memiliki berbagai pengalaman khususnya dalam seni karawitan. Proses pembelajaran yang baik dengan berbagai metode pembelajaran secara akademik yang disampaikan/diajarkan dengan mengukur kemampuan dan kondisi anggota. Gending-gending yang dipelajari tidak hanya gending alit seperti lancaran dan ketawang juga mempelajari gending yang cukup rumit yakni gending kethuk loro kerep dan ketawang gending. Dari materi pembelajaran, Karawitan lansia memiliki gending pambuka, yang isinya wajib dipahami yakni visi misi untuk membangun semangat anggota supaya tidak lemah dan putus asa dalam belajar karawitan yakni Nadyan rungsit marginira, anggepen kalamun gampil, aja mendha ing panggodha, golong gumelenging kapti. Faktor terakhir penyebab 90

91 karawitan lansia berprestasi yakni perhatian dari Pemerintah dan tokoh masyarakat sebagai penyandang dana maupun fasilitator (sarana dan prasarana). Kantor Pemerintahan Kabupaten Klaten, BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Klaten, Dinas Kebudayaan Pariwisata Klaten, dan Kantor Kecamatan Klaten yang seluruhnya sebagai penyandang dana mengembangkan Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras. Tokoh masyarakat sebagai pendorong karawitan lansia adalah Djaetun yang sangat mendukung dalam berproses ataupun belajar karawitan dari awal berdiri sampai sekarang dengan menyediakan sarana gamelan dan sebagai penyandang dana. Selain itu Camat Gantiwarno Klaten yang sekarang dijabat oleh Dwi Purwanto sebagai pendorong yang sepenuhnya mendukung kegiatan karawitan lansia khususnya di wilayahnya baik sebagai pelindung maupun penyandang dana. Dampak kegiatan Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras pada anggotanya adalah tidak mudah emosi dan paguyuban juga menjadi tempat mencari hiburan positif yang terlihat dari memainkan gamelan, tembang-tembang yang dinyanyikan menyebabkan rasa nyaman, dapat bermanfaat dalam usia yang sudah usia lanjut, dan paling utama mereka belajar karawitan adalah meningkatkan musikalitas lansia.

DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Tertulis Dewantara, Ki Hadjar. Kebudajaan Bangsa II A: Kabudajaan. Jogyakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1967. Djo, Ngudi Laras Sosialisasi Gemar Olahraga dalam Joglo Pos Senin, 3 November 2014. Endraswara, Suwardi, laras Manis: Tuntunan Praktis Karawitan Jawa. Yogyakarta: Kuntul Press Yogyakarta, 2008. Heru Satoto, Budiono. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2008. Martopangrawit, Pengetahuan Karawitan I. Surakarta: ASKI Surakarta, 1975. Merriam, Alan P, Antropologi Musik Bagian 3 Bab XII-XV. Terjemahan Triyono Bramantyo. Yogyakarta: Northwestern University Press, 1964. Mlayawidada, Gending-Gending Jawa Gaya Surakarta, Jilid I, II, dan III. Surakarta: ASKI Surakarta, 1977. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Ilmu, 1988. Nugraha, Cahyo. Parmi Terampil Buat Tas Di Usia 114 Tahun dalam Tribun Jogja Sabtu, 7 Maret 2015. Palgunadi, Bram. Serat Kandha Karawitan Jawi. Bandung: ITB, 2002. Papalia, Danie E., Old, Wendkos Sally & Feldman Duskin Ruth. Human Development (Psikologi Perkembangan). Terj. A.K. Anwar, Kencana, Jakarta, 2008. Permas, Achsan. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta: Lembaga manajemen PPM, 2003. Poerwadarminto, W.J.S. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters Uitsgevers Maatschappij N.V. Groningen, 1939. Pramono, Waluyo Adi. Profil Dan Peranan Pelatih Karawitan dalam Proses Pelestarian Karawitan di Beberapa Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi untuk mencapai derajat S-1 di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2008. 92

93 Probosini, Agustina Ratri. Fungsi Hiburan Dalam Macapatan Sebagai Penguat Emosi Kenyamanan Lansia. Tesis Pengkajian Seni untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister dalam bidang seni, Minat Utama Seni Musik Nusantara pada Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2012. Satori, Djam an dan Aan Komariah, Metodologi Penelititan Kualitatif Bandung: Alfabeta, 2009. Soedarsono. Karawitan Ibu-ibu Satu Fenomena Sasio Kultural Masyarakat Jawa Pada Tengah Abad 20, Laporan Penelitian ISI Yogyakarta, 1987/1988.. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: MSPI, 2001.. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002. Soeroso. Kamus Istilah Karawitan Jawa. Yogyakarta: ASKI Yogyakarta, 1999. Sri Hastanto, Konsep Pathet dalam Karawitan Jawa. Surakarta: ISI Press dan Pascasarjana ISI Surakarta, 2009. Sugiarto, Kumpulan Gendhing Jawa Karya Ki Narto Sabdho: Proyek Pengembangan Kesenian Dan Kebudayaan Jawa Tengah, 1998/1999. Sumarsam, Hayatan Gamelan: Kedalaman Lagu, Teori dan Perspektif. Surakarta: ISI Press Surakarta, 2002. Supanggah, Rahayu. Bothekan Karawitan I. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2002., Bothekan Karawitan II: Surakarta: Program Pasca Sarjana Bekerjasama dengan ISI Press Surakarta, 2009. Trustho. Kendang Dalam Tradisi Tari Jawa. Surakarta: STSI Press, 2005. Yudoyono, Bambang. Gamelan Jawa: Awal Mula Makna Masa Depannya. Jakarta, 1984. B. Sumber Internet http://kamus.ugm.ac.id/jowo.php http://matakristal.com/pengertian-paguyuban/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22201/4/chapter%20ii http://www.pustakasekolah.com/pengertian-lanjut-usia/

94 http:/b/mbyarts.wordspress.com/2011/01/17/fungsi-karawitan/ C. Sumber Lisan Basuki, 48 tahun dan Sugeng, 75 tahun, seniman karawitan di Surakarta serta pelatih Karawitan Lansia Ngudi Laras Gantiwano Klaten. CH Tum Sukardi, 67 tahun, wakil ketua anggota Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras Gantiwarno Klaten. Dwi Purwanto, 50 tahun, Camat Gantiwarno Klaten. Kris Suyoto, 55 tahun, penabuh instrumen demung pada Paguyuban Karawian Lansia Ngudi Laras. Leonardus Sukiman, 80 tahun, ketua anggota Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras Gantiwarno Klaten Slamet Rusmanto, 59 tahun, penabuh instrumen gambang pada Paguyuban Karawian Lansia Ngudi Laras. Sri Budiarti, 64 tahun, penabuh instrumen saron I (satu) pada Paguyuban Karawian Lansia Ngudi Laras. Sri Suwati 69 tahun, penabuh instrumen saron IV (empat) pada Paguyuban Karawian Lansia Ngudi Laras. Sri Widaryanti, 52 tahun, staf pegawai Dinas Kebudayaan Psriwisata Klaten. Sugeng, 67 tahun, wiraswara pada Karawitan Lansia Ngudi Laras. Sukarni, 66 tahun, swarawati pada Paguyuban Karawitan lansia Ngudi Laras. Surati, 65 tahun, seniman pengrawit berperan sebagai penabuh instrumen kendang di Paguyuban Karawitan Lansia Ngudi Laras Gantiwarno Klaten. Suwarni, 65 tahun, penabuh instrumen saron II (dua) pada Paguyuban Karawian Lansia Ngudi Laras. Tupan, 85 tahun, penabuh instrumen kenong pada Karawitan Lansia Ngudi Laras. Widiastuti, 64 tahun, selaku bendahara Karawitan Lansia Ngudi Laras serta berperan sebagai swarawati. Wignyo, 70 tahun, penabuh instrumen saron III (tiga) pada Paguyuban Karawian Lansia Ngudi Laras. Yustina Sunarni, 64 tahun, penabuh instrumen saron penerus (peking) pada Karawitan Lansia Ngudi Laras.

DAFTAR ISTILAH balungan buka dados demung garap gendèr : kerangka lagu komposisi gamelan, sebagaimana dinyanyikan dalam hati seorang musisi atau pengrawit. : kalimat lagu yang digunakan untuk mengawali suatu penyajian gending. : dalam karawitan berarti irama II, bagian pertama setelah buka. : instrumen dalam gamelan termasuk keluarga saron, terdiri dari 6 hingga 7 bilah yang diletakkan di atas bingkai kayu dengan paku pengaman. : kreativitas untuk mengembangkan nada dalam instrumen tertentu. : instrumen gamelan yang terdiri dari 13 hingga 14 bilah yang digantung dengan tali direntangkan pada bingkai kayu di atas resonator sebagai penghantar suara atau bunyinya. Gending Ageng : gending kethuk 4 awis dan kethuk 8 atau kethuk 4 kerep. Gending Alit : gending berukuran ladrang ke bawah. Gending Tengah : gending kethuk 2 kerep. gending inggah : lagu; satu istilah umum untuk menyebut komposisi gamelan, secara tradisi juga digunakan untuk menyebut nama sebu bentuk komposisi gamelan yang terdiri dari bentuk, mérong, dan inggah. : bagian kedua dari sebuah gending yang terdiri dari empat macam bentuk yang dibedakan berdasarkan posisi gong, kenong, dan kethuk. irama : mengembang dan menciutnya tempo dan bagaimana pengaruhnya terhadap bentuk gending, lagu, dan kecepatan hitungan instrumen pembawaannya. kempul : gong gantung yang ukurannya kecil. 95

96 kempyang ketawang kethuk 2 Kerep kethuk ladrang Lagu Dolanan lamba lancaran laras minggah Patet Barang Patet Lima Patet Manyura : paduan dua nada yang dipukul secara bersamaan dan diselingi oleh dua nada. : bentuk komposisi gending Jawa dalam satu kali tabuhan gong terdiri dari dua tabuhan kenong dan satu tabuhan kempul (gaya Surakarta). : istilah yang digunakan untuk menyebut bentuk gending yang dalam satu tabuhan kenong terdapat dua kali tabuhan kethuk, dimana tabuhan kethuk tersebut berada pada setiap akhir gatra ganjil (satu dan tiga), dalam satu gongan terdiri dari empat kali tabuhan kenong. : salah satu jenis instrumen kolotomik. : sebuah bentuk gending sebagaimana ditentukan oleh posisi gong, kempul, kethuk, dan kenong, atau bentuk komposisi gending Jawa dalam satu tabuhan gong terdiri dari 4 tabuhan kenong dan 3 tabuhan kempul. : susunan nada-nada yang diatur dalam bentuk lagu yang dinyanyikan dan dimainkan oleh anak-anak, bernuansa santai dan riang-gembira. : tunggal, dalam konteks musik berarti sederhana, lugu, permainan sederhana dalam tempo lambat. : sebuah bentuk gending dalam gamelan yang komposisinya yang terdiri dari empat tabuhan kenong (tiap kenongan terdiri atas empat hitungan nada) dang setiap gongan terdiri dari tiga tabuhan kempul. : tata nada atau tangga nada dalam gamelan, pada dasarnya ada dua macam yaitu laras slendro dan laras pelog. : beralih ke bagian lain. : salah satu patet dalam laras pelog dengan dasar nada (dong) 6, nada pokok terdiri dari 7, 2, 3, 5, 6. : salah satu patet dalam laras pelog dengan dasar nada (dong) 5, nada pokok terdiri dari 1, 2, 4, 5, 6. : salah satu patet dalam laras slendro dengan dasar nada (dong) 6, nada pokok terdiri dari 1, 2, 3, 5, 6.

97 Patet Nem Patet Sanga : salah satu patet dalam laras pelog atau laras slendro dengan dasar nada (dong) 2, nada pokok terdiri dari 1, 2, 3, 5, 6. : salah satu patet dalam laras slendro dengan dasar nada (dong) 5, nada pokok terdiri dari 1, 2, 3, 5, 6. patet : sistem pemakaian nada-nada dalam gamelan dan pengaruhnya pada teknik permainannya. Ada tiga macam patet dalam laras slendro disebut patet nem, patet sanga, dan patet manyura; dalam laras pelog disebut patet lima, patet nem, dan patet barang. pelog : nama salah satu laras dalam gamelan Jawa dengan nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. peking : sebuah instrumen gamelan Jawa yang terdiri dari 6 atau 7 bilah nada yang mirip dengan saron berukuran kecil, diletakkan di atas bingkai kotak yang berfungsi sebagai resonator. Di antara kelompok balungan, peking berbunyi lebih tinggi daripada saron. rebab : instrumen jenis gesek dalam gamelan. slendro : salah satu nama laras dalam gamelan Jawa dengan nada 1, 2, 3, 5, 6. slenthem : jenis keluarga saron, yang beroktaf paling rendah; bilah slenthem digantungkan di atas bumbung-bumbung resonator sebagaimana gendér. suwuk swarawati umpak inggah umpak wiraswara : berhenti, dalam arti penyajian gending telah selesai. : vokalis putri. : bagian yang menjadi jembatan dari bagian merong menuju bagian inggah atau minggahnya. : bagian gending yang biasanya disajikan sebelum penyajian ngelik. Dalam bentuk ladrang berarti bagian pokok atau bagian yang baku (semestinya disajikan). : vokalis putra.