BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, dan (3) memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. kurikulum 2013 pada semua jenjang pendidikan dasar hingga. menengah. Dalam pengimplementasiannya kurikulum ini telah diuji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB I PENDAHULUAN. Dampak globalisasi yang bersifat multidimensional dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia, dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB V PENUTUP. SMP Negeri 2 Tulungagung, maka melalui penelitian ini dapat. 1. a. Pelaksanaan KTSP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah pelaksana dari suatu kurikulum. Menurut Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen guru adalah pendidik

NAMA : DEMALINDA, M.Pd GURU SMAN 10 PADANG DINAS PENDIDIKAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan hidupnya di masa depan. Kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang Dasar RI Tahun 1945, sedangkan perbedaannya terletak pada penekanan

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dari lahir hingga akhir hayat.pendidikan menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting saat ini untuk setiap. insan manusia. Dalam perkembangannya, banyak berbagai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) saat ini menjadi isu nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, terutama dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa sehingga sangat menarik untuk diteliti. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Kemajuan suatu negara selalu dihubungkan dengan tingkat pendidikan masyarakatnya, sehingga usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat menjadi prioritas dalam mendorong kemajuan. Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Menurut Suparlan, kurikulum pertama Indonesia adalah Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu, istilah kurikulum belum digunakan. Kemudian, Rencana Pelajaran 1947 ini dirubah menjadi Rencana Pelajaran 1950. Selanjutnya diganti dengan Rencana Pelajaran 1958. Rencana pelajaran ini kemudian direvisi menjadi Rencana Pelajaran 1964. Setelah itu rencana pelajaran ini diganti menjadi Kurikulum 1968. Sejak inilah istilah rencana pelajaran yang sudah digunakan selama bertahuntahun berganti nama menjadi kurikulum. Kemudian, kurikulum ini dirubah lagi menjadi Kurikulum 1975. Selanjutnya, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dan terakhir K13 (Ahmad, 2014). Menurut BPSDM Dikbud dan PMP (2014), pengembangan K13 dilakukan karena adanya tantangan internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal terkait tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan dan faktor perkembangan penduduk Indonesia. Sementara itu, tantangan eksternal

2 berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka. K13 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Implementasi K13 merupakan salah satu kebijakan pendidikan yang besar yang bersifat nasional karena melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), seperti guru, kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan di daerah, dan sekolah serta peserta didik, dalam jumlah yang cukup besar maka diperlukan pengelolaan yang bisa menggerakkan stakeholders tersebut dengan efektif dan efisien (Winingsih, 2016). Seperti yang dikuatkan oleh Kusumastuti dan Octoria (2016), bahwa untuk menyukseskan proses pendidikan, kurikulum yang baik saja masih belum cukup. Dibutuhkan peran dari komponen pendidikan yang lain sebagai pelaksana kurikulum yaitu guru. Guru memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan kurikulum, karena guru merupakan orang yang terlibat langsung dalam proses pendidikan dengan peserta didik di kelas. Peran guru ini, menuntut guru memiliki kompetensi dan pemahaman mengenai kurikulum. Demikian pula dalam implementasi K13, guru dituntut untuk mampu melaksanakan K13 dengan baik, mampu mengarahkan pembelajaran sesuai dengan tujuan K13 yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik melalui pendekatan saintifik/pendekatan ilmiah. Menurut Alawiyah (2014), pada awal diluncurkannya kebijakan dan mulainya implementasi kurikulum ini telah menuai berbagai kontroversi. Penyiapan K13 dinilai terlalu terburu-buru dan tidak mengacu pada hasil kajian yang sudah matang berdasarkan hasil evaluasi KTSP, dan kurang memperhatikan kesiapan satuan pendidikan dan guru. Fakta di lapangan menunjukan bahwa banyak guru belum sepenuhnya mengimplementasikan KTSP, namun sekarang harus mengimplementasikan K13 yang memiliki prinsip mengintegrasi banyak materi (Silaban, 2016b). Terjadi kesenjangan yang sangat signifikan antara

3 perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru di kelas. Banyak dijumpai guru-guru yang belum siap dengan seiring diberlakukan kurikulum baru tersebut. Menurut survei lapangan dalam Hamalik (2008), hambatan dalam pengembangan kurikulum pada pelaksanaan kurikulum yaitu proses sosialisasi terhadap kurikulum baru yang belum mengenai sasaran (guru, personel sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat pemakai tamatan dan lain-lain). Guru merupakan agen yang langsung terlibat dalam proses pembelajaran sehingga sosialisasi dalam perubahan kurikulum harus benar-benar mengenai guru. Faktanya, guru dan personel sekolah sulit mengubah pola pikir lama ke pola pikir baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam kurikulum. Hasil penelitian Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada tahun 2013 menyangkut pelatihan dan persiapan implementasi kurikulum 2013 di 17 kabupaten/kota di 10 provinsi di tanah air menunjukkan bahwa terdapat sejumlah masalah krusial dan kegagalan sistemik pelatihan persiapan guru. Pelatihan tidak merubah mindset guru, yaitu menggunakan pendekatan tradisional, tutor ceramah, peserta mendengar. Dalam pelatihan tersebut tidak ditekankan pendekatan scientific, yaitu murid mengamati, bertanya, mencoba, mengeksplorasi dan berkomunikasi. Perubahan mindset guru ke pendekatan scientific tidak mudah dan butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar dan membiasakan diri. Sayangnya, penerapan K13 dipaksakan secepatnya (Ahmad, 2014). Kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib peminatan bidang MIPA dalam K13. Nurhidayani dan Kartowagiran (2015) menyatakan bahwa kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mengalami perubahan signifikan pada implementasi K13. Pada KTSP tiap-tiap materi pelajaran dapat menggunakan variasi pendekatan secara umum dalam proses pembelajarannya. Berbeda dengan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran kimia yang tergolong mata pelajaran perminatan menggunakan pendekatan saintifik. Penyampaian pembelajaran kimia oleh guru kimia tanpa pemahaman mendalam tentang K13 tidak akan mencapai sasaran tujuan sesuai dengan yang digariskan dalam tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, diperlukan kajian-kajian tentang pelaksanaan K13 pada mata

4 pelajaran kimia, khususnya SMA di Kota Medan. Penelitian tentang kajian pelaksanaan kurikulum di beberapa sekolah sudah pernah dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suharno (2014) yang berjudul Implementasi Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Tulungagung. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa proses pembelajaran kreatif mata pelajaran biologi yang mengacu kurikulum 2013 di kelas X MIA di SMA Negeri 1 Gondang kabupaten Tulungagung belum berjalan sesuai dengan konsep saintifik tetapi masih menggunakan pola lama yaitu teacher center (berpusat pada guru). Guru menggunakan model pembelajaran ceramah. Permatasari (2014) dalam jurnalnya Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Sejarah juga menyimpulkan bahwa guru sejarah di SMA Negeri 2 Batang, telah memahami tentang K13, namun salah satu guru sejarah belum begitu menguasai dan memahami tentang penerapan K13. Walaupun guru tersebut telah mengikuti pelatihan mengenai penerapan kurikulum 2013 untuk pembelajaran sejarah, namun pada proses pembelajaran di dalam kelas guru masih menjadi pusat atau obyek. Guru telah memahami tentang kurikulum 2013, namun dalam penerapannya guru belum siap untuk sepenuhnya menggunakan kurikulum 2013. Berdasarkan uraian masalah diatas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang kajian tentang pelaksanaan K13 pada mata pelajaran kimia SMA Negeri di Kota Medan. Adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana pelaksanaan K13 pada mata pelajaran kimia SMA Negeri di Kota Medan, sehingga dapat dicari solusi alternatif untuk membuat kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut. 1. Perubahan KTSP menjadi K13 mengundang berbagai pendapat dari berbagai pihak

5 2. Banyak guru belum sepenuhnya mengimplementasikan KTSP, namun sekarang harus mengimplementasikan K13 yang memiliki prinsip mengintegrasi banyak materi. 3. Guru dan personel sekolah sulit mengubah pola pikir lama ke pola pikir baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam kurikulum. 4. Diperlukan kajian-kajian tentang pelaksanaan K13 pada mata pelajaran kimia 5. Penyampaian pembelajaran kimia oleh guru kimia tanpa pemahaman mendalam tentang K13 tidak akan mencapai sasaran tujuan sesuai dengan yang digariskan dalam tujuan pendidikan nasional. 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Lokasi penelitian, yaitu enam SMA negeri yang telah diberlakukan K13 di Kota Medan 2. Subjek penelitian, yaitu guru-guru pengampu mata pelajaran kimia 3. Fokus penelitian, yaitu: (1) pelaksanaan sosialisasi K13; (2) kemampuan menyusun RPP; (3) kemampuan memilih metode dan media pembelajaran yang tepat; dan (4) kemampuan melakukan variasi penilaian. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana pelaksanaan K13 pada mata pelajaran kimia SMA negeri di Kota Medan? 2. Bagaimana hasil kajian pelaksanaan K13 ditinjau dari kesesuaian antara RPP yang disusun guru dengan kemampuan mengajar guru sesuai dengan K13? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

6 sebagai berikut. 1. Mengetahui pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran kimia SMA negeri di Kota Medan 2. Mengetahui hasil kajian pelaksanaan K13 ditinjau dari kesesuaian antara RPP yang telah disusun guru dengan kemampuan mengajar guru sesuai dengan K13 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat secara praktis dan teoritis. Manfaat secara teoritis yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan guru sekaligus sebagai bahan pengembangan ilmu dalam meningkatkan keprofesionalitasnya terutama tentang cara mengimplementasikan K13 sebagaimana mestinya seperti yang telah ditetapkan. Sedangkan manfaat secara praktis yaitu: (1) bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam mengimplementasikan K13 di sekolah; (2) bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki pembelajaran kimia sesuai dengan K13; serta (3) bagi peneliti, dapat menjadi bahan acuan untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu menyajikan pembelajaran yang baik sesuai dengan K13. 1.7. Definisi Operasional 1. Kajian yang dimaksud dalam proposal penelitian ini yaitu upaya penyelidikan, analisis, maupun observasi terhadap mekanisme pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang menjadi sasaran penelitian, yang ditinjau dari sosialisasi K13, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Kajian adalah hasil mengkaji. Mengkaji adalah memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dan sebagainya); menguji; menelaah. (KBBI, 2008). 2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

7 pendidikan tertentu (Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan) 3. RPP adalah singkatan dari rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. (Trianto, 2010).