STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

Selamat liburan di Pulau Bali...

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

Wedding Chapel di Kuta Selatan BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

Paket Tour Bali 7 Hari

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

I. UMUM. Sejalan...

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL ,36 PERSEN

Paket Wisata di Bali 5 Hari 4 Malam : Edisi Free & Easy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. (

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

Notes: Harga sudah termasuk fasilitas dan pelayaanan:

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

- the Place for fun vacations -

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,56 PERSEN

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a)

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

DEFINISI- DEFINISI A-1

/ Whatsapp BBM: 5EB7F5A5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

Tiba di Bali dan transfer menuju hotel. Sarapan pagi di Hotel. Acara bebas. Sarapan pagi dihotel. Transfer out. Harga Paket : PAX

PROFIL PARIWISATA. Tabel Kawasan Pariwisata Di Kabupaten Badung. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan.

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,30 PERSEN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

3D2N BALI TOUR PACKAGE (A) Barong - Ubud - Tirta Empul - Kintamani - Sukawati (berlaku sampai 15 Des 2015, minimal 2 orang dewasa)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya, pendidikan serta hubungan-hubungan yang lain dalam usaha ikut

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2016

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

Transkripsi:

STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA PUSAT PENELITIAN KEBUDAYAAN DAN KEPARIWISATAAN UNIVERSITAS UDAYANA 12 MEI 2015 1

STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pengembangan pariwisata mengacu kepada UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, di mana kepariwisataan diselenggarakan sejalan dengan upaya untuk: (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat; (ii) mengatasi pengangguran dan menghapus kemiskinan; (iii) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; (iv) memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, dan mempererat persahabatan antarbangsa; serta (v) memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kepariwisataan nasional tersebut maka peranan wisatawan nusantara (wisnus) tidak kalah pentingnya dengan wisatawan mancanegara (wisman). Perkembangan kepariwisataan Indonesia didukung tidak hanya oleh keberadaan wisman, namun juga oleh adanya wisnus yang trendnya terlihat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Keberadaan wisnus bagi Bali juga signifikan. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisnus ke Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, dimana jumlah kunjungan wisnus ke Bali mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yaitu sebanyak 2.898.794 orang pada tahun 2008, menjadi 6.063.558 orang pada tahun 2012 (Dinas Pariwisata Provinsi Bali). Bagi Bali, pariwisata dinilai memiliki arti penting sebagai motor penggerak pembangunan daerah. Bali dengan keunikan budaya dan panorama alamnya yang indah senantiasa menjadi pesona dan daya tarik bagi wisatawan, baik wisman maupun wisnus. Apabila digarap secara lebih serius, peluang dan manfaat ekonomi pasar wisnus tidak kalah dengan pasar wisman, mengingat total populasi penduduk Indonesia sekitar 230 juta dan sekitar 53,34% dari mereka melakukan perjalanan wisata. Pergerakan wisnus juga semakin meningkat sejalan dengan kian berkembangnya sektor transportasi serta adanya kecenderungan pergeseran motif berwisata sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi ke arah life style atau gaya hidup. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa wisnus merupakan pangsa pasar yang sangat potensial yang selama ini cenderung terabaikan. Oleh karenanya, keberadaan wisnus merupakan hal yang patut diperhitungkan dan perlu mendapat perhatian lebih serius. Salah satu hal penting yang perlu diupayakan untuk mendukung pengembangan pasar wisnus adalah ketersediaan informasi mengenai karakteristik wisnus yag lebih terpercaya dan memadai. 2

Terkait dengan upaya untuk mengetahui karakteristik wisnus yang berkunjung ke Bali, maka diperlukan penelitian yang dapat memberikan berbagai informasi tentang karakteristik wisnus, antara lain mengenai akomodasi/tempat menginap, lama tinggal, moda transportasi yang digunakan, pengeluaran selama di destinasi wisata, serta ekspektasi dan tingkat kepuasan mereka terhadap destinasi yang dikunjungi. Informasi ini akan dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk perumusan kebijakan dan langkah-langkah strategis di bidang pemasaran dan penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan harapan wisatawan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penelitian survei karakteristik wisnus ini adalah: Mengukur persentase kedatangan wisnus ke Bali, yang dihitung dari jumlah penumpang domestik yang meninggalkan Bali baik melalui udara maupun laut. Mengidentifikasi karakteristik wisnus, yakni yang meliputi karakteristik demografis dan geografis, serta perilaku wisatawan tersebut selama melakukan kunjungan di Bali. Mengeksplorasi persepsi wisnus terhadap daya tarik wisata serta faktor-faktor penunjang lainnya terkait dengan kepariwisataan Bali. 1.3 Metode Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian survei dengan mengadakan wawancara terstruktur kepada wisnus yang meninggalkan Bali melalui udara dan laut. Dalam penelitian survei ini, wawancara kepada wisnus dilakukan di tiga lokasi, yakni (i) di termin al keberangkatan domestik Bandara Ngurah Rai; (ii) di dalam kapal ferry penyeberangan Gilimanuk-Ketapang; (iii) dan di terminal keberangkatan penumpang kapal penyeberangan Padangbai-Lembar. Dalam survei tahun 2013 ini, wawancara dilakukan kepada 2.100 responden di seluruh lokasi penelitian yang terdistribusi secara proporsional, yaitu: (i) di Pelabuhan Gilimanuk sebanyak 1.020 responden, (ii) di Bandara Ngurah Rai sebanyak 900 responden, dan di Pelabuhan Padangbai sebanyak 180 responden. Pelaksanaan survei dilakukan dalam dua tahap, yaitu survei tahap pertama dilakukan pada bulan April (mewakili periode low season); dan survei tahap kedua dilakukan pada akhir bulan Juli (mewakili periode high season). Pada setiap tahapan survei dilakukan selama lima hari di masing-masing lokasi penelitian. Adapun definisi wisatawan nusantara (wisnus) yang digunakan pada penelitian ini adalah penduduk Indonesia yang melaksanakan perjalanan dalam wilayah Indonesia secara 3

sukarela kurang dari 6 bulan, dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji). Sedangkan kriteria wisatawan nusantara (wisnus) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria yang digunakan dalam Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas 2004), yaitu: (i) mereka yang melakukan perjalanan ke tempat wisata komersial, baik yang menginap ataupun tidak menginap di hotel/penginapan komersial; (ii) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke tempat wisata komersial tetapi menginap di hotel/penginapan komersial; (iii) mereka yang melakukan perjalanan ke suatu tempat dengan jarak perjalanan lebih dari 100 km pp. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan tabulasi data dengan menggunakan komputer. Selanjutnya dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif, yaitu analisis rata-rata hitung dan persentase. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu: (i) tahap pertama dilakukan analisis perbadingan karakteristik wisnus pada saat low season dan high season di masing-masing lokasi penelitian secara terpisah, sehingga dapat diketahui kemungkinan adanya perbedaan karakteristik wisnus pada saat low season dengan high season di masing-masing lokasi penelitian. (ii) Tahap kedua dilakukan analisis gabungan dari keseluruhan data penelitian tanpa membedakan musim ( seasons) dan lokasi penelitian sehingga dapat diketahui karakteristik wisnus secara utuh dan menyeluruh. II. KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap wisnus yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, dan Bandara Ngurah Rai, baik pada pada musim dengan tingkat kunjungan rendah ( low season) maupun pada musim dengan tingkat kunjungan tinggi ( high season), maka diperoleh gambaran tentang karakteristik wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jml. (%) 1 Laki-laki 48,6 2 Perempuan 51,4 4

Jumlah wisnus berjenis kelamin laki-laki yang berkunjung ke Bali sedikit di bawah wisnus berjenis kelamin perempuan, yakni 48,8% (laki-laki) dan 51,4% (perempuan). 2 Usia Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan kelompok usia dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 2 Berdasarkan Usia No. Kelompok Umur Jml. (%) 1 15 Tahun 5,9 2 16-25 Tahun 42,9 3 26-55 Tahun 46,9 4 56 Tahun 4,3 Persentase tertinggi wisnus yang yang berkunjung ke Bali terdapat pada kelompok usia 26-55 tahun, yakni mencapai 46,9%. Menyusul kemudian kelompok usia 16-25 sebesar 42,9%; kelompok usia di bawah 15 tahun sebesar 5,9%; dan kelompok usia 56 tahun ke atas sebesar 4,3%. 3. Kota/Daerah Asal Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan daerah asalnya dapat disajikan seperti dalam Tabel 5.3. Berdasarkan daerah asalnya, persentase tertinggi wisnus yang berkunjung ke Bali dicapai oleh Jawa Timur (24,6%), disusul Jakarta (23,6%), Jawa Tengah (11,4%), Jawa Barat (10,5%), NTB/NTT (10,2), Yogyakarta (6,6%), Sumatera (5,1%), Sulawesi (3,9%), Kalimantan (3,2%), dan sejumlah daerah lainnya sebesar 0,9%. Tabel 3 Berdasarkan Daerah Asal No. Kota/Daerah Asal Jml. (%) 1 Jakarta 23,6 2 Jawa Barat 10,5 3 Jawa Tengah 11,4 4 Yogyakarta 6,6 5 Jawa Timur 24,6 6 Sumatera 5,1 7 Kalimantan 3,2 8 Sulawesi 3,9 9 NTB/NTT 10,2 10 Lainnya 0,9 5

4. Status Pekerjaan Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan status pekerjaannya dapat disajikan seperti dalam dalam Tabel 5.4. Persentase tertinggi wisnus yang berkunjung ke Bali dicapai oleh pelajar/mahasiswa ( 38,6%), disusul golongan pegawai swasta (21,1%), PNS (14,8%), wirausaha (10,0%), profesional (3,3%), dan TNI/POLRI (0,4%). Selain itu juga terdapat kelompok wisnus dengan status pekerjaan lainnya mencapai 11,8%. Tabel 4 Berdasarkan Status Pekerjaan No. Status Pekerjaan Jml. (%) 1 Pelajar/Mahasiswa 38,6 2 PNS 14,8 3 TNI/POLRI 0,4 4 Profesional 3,3 5 Pegawai Swasta 21,1 6 Wirausaha 10,0 7 Lainnya 11,8 5. Jalur Transportasi Berdasarkan jalur transportasi yang ditempuh dalam rangka melakukan kunjungan ke Bali, persentase wisnus yang berkunjung ke Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 5 Berdasarkan Jalur Transportasi yang Ditempuh untuk Berkunjung ke Bali No. Jalur Transportasi yang Ditempuh Jml. (%) 1 Darat 50,7 2 Laut 1,3 3 Udara 48,0 Kelompok wisnus yang berkunjung ke Bali melalui jalur udara dan darat menunjukkan persentase yang hampir berimbang, yakni 48,0% (udara) dan 50,7% (darat), sementara persentase kelompok wisnus yang menempuh jalur laut relatif rendah, yakni 1,3%. 6. Moda Transportasi yang Digunakan Selama di Bali Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan moda transportasi yang digunakan selama melakukan kunjungan di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 6. 6

Berdasarkan Moda Transportasi yang Digunakan Selama di Bali No. Moda Transportasi Jml. (%) 1 Mobil Pribadi 17,1 2 Mobil Sewaan 62,7 3 Kendaraan Umum 7,8 4 Sepeda Motor 12,4 Moda transportasi yang paling banyak digunakan selama melakukan kunjungan di Bali adalah mobil sewaan (62,7%), disusul mobil pribadi (17,1%), kendaraan umum (7,8%), dan sisanya sepeda motor (12,4%). 7. Periodisitas Kunjungan Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan periodisitas kunjungan dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 7 Berdasarkan Periodisitas Kunjungan No. Periodisitas Kunjungan Jml. (%) 1 Kunjungan Pertama kali 28,2 2 Kunjungan Ulang (2-5 Kali) 45,0 3 Kunjungan Ulang > 5 Kali 19,3 4 Kunjungan Reguler Tiap Bln/Thn 7,5 Berdasarkan periodisitas kunjungan, persentase tertinggi wisnus yang mengunjungi Bali adalah wisnus yang melakukan kunjungan ulang 2 hingga 5 kali, yakni mencapai 45,0%. Selanjutnya disusul oleh wisnus yang baru melakukan kunjungan untuk pertama kalinya ( 28,2%), wisnus yang melakukan kunjungan ulang lebih dari 5 kali ( 19,3%), dan wisnus yang melakukan kunjungan reguler tiap bulan/tahun sebesar 7,5%. 8. Tujuan Kunjungan Berdasarkan tujuan kunjungan, persentase wisnus yang mengunjungi Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 8 Berdasarkan Tujuan Kunjungan No. Tujuan Kunjungan Jml. (%) 1 Berlibur/Rekreasi 64,4 7

2 Mengunjungi Teman/Famili 12,4 3 Tugas Kantor/Perusahaan 7,6 4 Konferensi, Seminar, Rapat 3,6 5 Bisnis 2,2 6 Lainnya 9,8 Sebagian besar ( 64,4%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan tujuan kunjungannya ke Bali adalah untuk berlibur atau rekreasi, disusul mengunjungi teman/famili mencapai 12,4%, tujuan tugas kantor/perusahaan mencapai 7,6%, tujuan konferensi, seminar, rapat mencapai 3,6%, tujuan bisnis mencapai 2,2%, dan untuk sejumlah tujuan lainnya mencapai 9,8%. 9. Tipologi Perjalanan Berdasarkan tipologi perjalanannya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, persentase wisnus yang mengunjungi Bali dapat disajikan seperti dalam Tabel 5.9. Terkait dengan tipologi perjalanannya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, jumlah wisnus yang tidak menggunakan paket tour menunjukkan persentase yang lebih tinggi (6 1,9%) dibandingkan dengan wisnus yang menggunakan paket tour (38,1%). Tabel 9 Berdasarkan Tipologi Perjalanan No. Tipologi Perjalanan Jml. (%) 1 Menggunakan Paket Tour 38,1 2 Tidak Menggunakan Paket Tour 61,9 10. Partner Berkunjung Berdasarkan partner berkunjung, persentase wisnus yang mengunjungi Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 10 Berdasarkan Partner Berkunjung No. Partner Berkunjung Jml. (%) 1 Sendiri 14,6 2 Dengan Teman 56,4 3 Dengan Keluarga 27,6 4 Lainnya 1,4 Dalam melakukan kunjungan wisata ke Bali, lebih dari separuh (5 6,4%) wisnus melakukan kunjungan dengan disertai teman, menyusul kemudian mereka yang melakukan 8

kunjungan dengan keluarga (27,6%), dan melakukan kunjungan sendiri (14,6%). Di samping itu juga terdapat 1,4% yang melakukan kunjungan ke Bali ditemani pihak-pihak lainnya, seperti dengan majikan atau pembantu rumah-tangga, dengan pimpinan atau staf, dan dengan partner bisnis. 11. Jenis Sumber Informasi Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis sumber informasi dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 11 Berdasarkan Jenis Sumber Informasi No. Jenis Sumber Informasi Jml. (%) 1 Teman/Relasi 43,2 2 Agen perjalanan 14,4 3 Media Elektronik 35,7 4 Media Cetak 6,4 5 Lainnya 0,3 Berdasarkan jenis sumber informasi, diketahui bahwa 43,2% wisnus yang mengunjungi Bali memperoleh informasi dari teman/relasi. Menyusul kemudian 35,7% memperoleh informasi dari media elektronik, 14,4% dari agen perjalanan, dan 6,4% dari media cetak. Di samping itu juga terdapat 0,3% wisnus yang memperoleh informasi dari sumber-sumber lainnya. 12. Daya Tarik Utama untuk Berkunjung ke Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan daya tarik utama untuk berkunjung ke Bali, dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 12 Berdasarkan Daya Tarik Utama untuk Berkunjung ke Bali No. Daya Tarik Utama Jml. (%) 1 Keunikan budaya 35,2 2 Keindahan alam 37,5 3 Keramahtamahan penduduk 9,1 4 Fasilitas pariwisata yang berkualitas 5,4 5 Harga/biaya berlibur yang relatif murah 4,9 6 Atraksi wisata yang beragam 7,6 7 Lainnya 0,3 Berdasarkan daya tarik utama untuk berkunjung ke Bali, persentase tertinggi ditunjukkan oleh kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keindahan alam 9

(37,5%). Menyusul kemudian kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keunikan budaya (35,2%), keramah-tamahan penduduk ( 9,1%), atraksi wisata yang beragam ( 7,6%), fasilitas pariwisata yang berkualitas ( 5,4%), harga/biaya berlibur yang relatif murah (4,9%), dan sejumlah daya tarik lainnya (0,3%). 13. Jenis Daya Tarik Wisata Alam yang Diminati Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis daya tarik wisata alam yang diminati, dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 13 Berdasarkan Jenis Daya Tarik Wisata Alam yang Diminati No. Jenis Daya Tarik Wisata Alam Jml. (%) 1 Pantai/Laut 54,1 2 Pegunungan 18,2 3 Danau 9,3 4 Sungai 1,1 5 Air Terjun 1,9 6 Air Panas 0,9 7 Hutan 1,5 8 Persawahan 9,9 9 Perkebunan 2,9 10 Lainnya 0,2 Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, ternyata lebih dari separoh (5 4,1%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan lebih berminat pada pantai/laut. Menyusul kemudian kelompok wisnus yang menyatakan lebih berminat pada pegunungan (18,2%), persawahan (9,9%), danau ( 9,3%), perkebunan (2,9%), dan sisanya adalah wisnus yang menyatakan lebih berminat pada jenis wisata sungai, air panas, air terjun, hutan, dan lainnya masing-masing di bawah 2,0%. 14. Jenis Daya Tarik Wisata Budaya yang Diminati Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis daya tarik wisata budaya yang diminati dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 14 Berdasarkan Jenis Daya Tarik Wisata Budaya yang Diminati No. Jenis Daya Tarik Wisata Budaya Jml. (%) 1 Tradisi/adat-istiadat 30,3 2 Kesenian daerah 31,6 3 Arsitektur 8,7 4 Makanan khas (kuliner) 8,9 10

5 Barang kerajinan 11,1 6 Peninggalan sejarah dan purbakala 3,3 7 Religi/spiritualitas 3,1 8 Spa, aromatherapy, dsb. 1,3 9 Kehidupan masyarakat pedesaan 1,6 10 Lainnya 0,1 Berdasarkan jenis daya tarik wisata budaya yang diminati, persentase wisnus yang mengunjungi Bali yang berminat pada kesenian daerah menempati posisi tertinggi, yakni 31,6%. Menyusul kemudian wisnus yang berminat pada tradisi/adat-istiadat (3 0,3%), barang-barang kerajinan (1 1,1%), makanan khas (kuliner) ( 8,9%), arsitektur (8, 7%), peninggalan sejarah dan purbakala ( 3,3%), religi/spiritualitas ( 3,1%), dan sejumlah daya tarik lainnya masing-masing di bawah 1,4%. 15. Perbandingan daya Tarik Alam dan Budaya Penggolongan wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan perbandingan daya tarik alam dan budaya dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 15 Berdasarkan Perbandingan Daya Tarik Alam dan Budaya No. Perbandingan Daya Tarik Alam dan Budaya Jml. (%) 1 Alam lebih menarik 19,9 2 Budaya lebih menarik 8,1 3 Alam dan budaya sama-sama menarik 72,0 Sebagian besar (72,0%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan daya tarik alam dan budaya Bali sama-sama menarik, menyusul kemudian wisnus yang menyatakan alam lebih menarik berjumlah 19,9%, sedangkan wisnus yang menyatakan budaya lebih menarik memiliki persentase terendah, yakni 8,1%. 16. Jenis Kegiatan/Atraksi Wisata yang Dilakukan Selama di Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis-jenis kegiatan/atraksi wisata yang dilakukan selama di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 16 Berdasarkan Jenis Kegiatan/Atraksi Wisata yang Dilakukan Selama di Bali No. Jenis Daya Tarik Wisata Alam Jml. (%) 1 Sight seeing (melihat-lihat) 45,2 2 Adventure (trekking, rafting, surfing, dsb.) 5,7 11

3 Shopping (berbelanja) 43,5 4 Religius/spiritual 2,0 5 Wellness (kesehatan) 0,8 6 Night Life (hiburan malam) 2,7 7 Lainnya 0,1 Selama berwisata di Bali, jenis kegiatan/atraksi wisata yang paling banyak dilakukan oleh wisnus yang mengunjungi Bali adalah sight seeing (melihat-lihat), yakni mencapai 45,2%. Menyusul kemudiaan shopping (berbelanja) sebanyak 43,5%, adventure ( trekking, rafting, surfing, dsb.) sebanyak 5,7%, night life (2,7%), serta religius/spiritual sebanyak 2,0%, wellness (kesehatan) sebanyak 0,8%, dan sejumlah kegiatan/atraksi wisata lainnya masing-masing di bawah 0,1%. 17. Lama Tinggal di Bali Dari keseluruhan wisnus yang mengunjungi Bali diperoleh informasi lama tinggal rata-rata wisnus di Bali adalah 3,7 hari. Berikut ini disajikan tabel penggolongan wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan lama tinggal di Bali. Tabel 17 Berdasarkan Lama Tinggal di Bali No. Lama Tinggal di Bali Jml. (%) 1 < 1 malam (1 hari) 7,4 2 1 malam (2 hari) 11,6 3 2 malam (3 hari) 37,4 4 3 malam (4 hari) 22,6 5 4 malam (5 hari) 9,0 6 5 malam (6 hari) 4,1 7 6 malam (7 hari) 2,7 8 > 6 malam (> 7 hari) 5,2 Rata-rata Lama Tinggal (hari) 3,7 Berdasarkan lama tinggal di Bali, persentase tertinggi wisnus yang mengunjungi Bali adalah mereka yang memiliki lama tinggal 2 malam (3 hari), yakni mencapai 37, 4%. Persentase terbesar kedua adalah wisnus yang memiliki lama tinggal 3 malam (4 hari) mencapai 22,6%. Persentase terbesar ketiga adalah wisnus yang memiliki lama tinggal 1 malam (2 hari) mencapai 11,6%. Posisi berikutnya adalah wisnus yang memiliki lama tinggal 4 malam (5 hari) mencapai 9,0%, disusul wisnus yang memiliki lama tinggal kurang dari 1 malam (1 hari) mencapai 7,4%, wisnus yang memiliki lama tinggal lebih dari 6 malam (> 7 hari) sebesar 5,2%, wisnus yang memiliki lama tinggal 5 malam (6 hari) mencapai 4,1%, dan wisnus yang memiliki lama tinggal 6 malam (7 hari) mencapai 2,7%, 12

18. Jenis Akomodasi yang Digunakan Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis akomodasi yang digunakan selama melakukan kunjungan wisata di Bali, dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 18 Berdasarkan Jenis Akomodasi yang Digunakan Selama Tinggal di Bali No. Jenis Akomodasi yang Digunakan Jml. (%) 1 Hotel Bintang 22,2 2 Hotel Melati 40,7 3 Pondok Wisata 0,8 4 Villa 1,2 5 Rumah Keluarga/Teman 21,2 6 Tidak menginap 6,5 t Lainnya 7,4 Berdasarkan jenis akomodasi yang digunakan wisnus selama berkunjung di Bali, ternyata hotel melati menempati persentase tertinggi, yakni digunakan oleh 40,7% wisnus. Menyusul kemudian hotel bintang (2 2,2%), rumah keluarga/teman ( 21,2%), villa ( 1,2%), pondok wisata (0,8%), dan 7,4% menginap di beberapa tempat lainnya seperti perkemahan (camping ground), perumahan/mess kantor, mushola/masjid, dan rumah sakit. Selain itu, juga terdapat wisnus yang tidak menginap (6,5%). 19. Jumlah Hunian Perkamar Penggunaan fasilitas akomodasi (jumlah hunian perkamar) di kalangan wisnus yang berkunjung ke Bali dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 19 Persentase Wisnus yang Meninggalkan Bali Berdasarkan Jumlah Hunian Perkamar No. Jumlah Hunian Perkamar Jml. (%) 1 1 orang 9,6 2 2 orang 42,8 3 3 orang 16,6 4 > 3 orang 31,0 Total 100,0 Penggunaan fasilitas akomodasi (jumlah hunian perkamar) di kalangan wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh mereka yang menghuni 1 kamar untuk 2 orang (2 orang perkamar), yakni mencapai 42,8%, menyusul kemudian lebih dari 3 orang perkamar (31,0%), 3 orang perkamar (16,6%), dan seorang perkamar (9,6%). 13

20. Pengeluaran Rata-rata Perhari Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata perhari dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 20 Berdasarkan Pengeluaran Rata-rata Perhari No. Pengeluaran Rata-rata perhari Jml. (%) 1 < Rp. 200.000 22,7 2 Rp. 200.000 Rp. 400.000 33,1 3 Rp. 401.000 Rp. 600.000 16,7 4 Rp. 601.000 Rp. 800.000 10,5 5 Rp. 801.000 Rp. 1.000.000 6,7 6 > Rp. 1.000.000 10,3 Rata-rata Pengeluaran Perhari (Rp) 494.000 Berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata perhari, diketahui bahwa wisnus yang mengunjungi Bali dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp. 200.000 Rp. 400.000 menempati posisi teratas, yakni mencapai 33,1%. Berikutnya adalah kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari di bawah Rp.200.000 (22, 7%), kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp. 401.000 Rp. 600.000 (16,7%), kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari di atas Rp. 1.000.000 (1 0,3%), kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp. 601.000 Rp. 800.000 (1 0,5%), dan kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp. 801.000 Rp. 1.000.000 ( 6,7%). Sementara pengeluaran rata-rata wisnus perorang perhari mencapai Rp. 494.000. 21. Alokasi Pengeluaran Selama di Bali Alokasi pengeluaran wisnus selama melakukan kunjungan wisata di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 21 Persentase Pengeluaran Wisnus Selama Melakukan Kunjungan Wisata di Bali No. Pengeluaran Jml. (%) 1 Akomodasi 23,4 2 Konsumsi 18,4 3 Transportasi Lokal 7,6 4 Souvenir 41,2 5 Guide 0,5 6 Atraksi 3,2 7 Hiburan 2,2 8 Lain-lain 3,5 14

Berdasarkan alokasi pengeluaran biaya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, ternyata persentase pengeluaran untuk souvenir menduduki peringkat tertinggi, yakni mencapai 41,2%. Menyusul kemudian pengeluaran untuk akomodasi (2 3,4%), konsumsi (18,4%), transportasi lokal ( 7,6%), atraksi (3, 2%), hiburan ( 2,2%), dan guide (0,5%). Di samping itu juga terdapat beberapa jenis pengeluaran lainnya (seperti pembelian pulsa telepon seluler, sewa internet, dan laundry) sebesar 3,5%. 22. Kesan tentang Keramahan Orang Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan kesannya tentang keramahtamahan Orang Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 22 Berdasarkan Kesannya tentang Keramahtamahan Orang Bali No. Kesan tentang Keramahan Jml. (%) 1 Sangat Ramah 27,8 2 Ramah 65,1 3 Cukup Ramah 5,8 4 Kurang Ramah 1,2 5 Sangat Kurang Ramah 0,1 Berdasarkan kesannya tentang keramah-tamahan orang Bali, sebagian besar (98,7%) wisnus yang berkunjung ke Bali menyatakan kesan positif dengan rincian 65,1% menyatakan ramah, 27,8% menyatakan sangat ramah, dan 5,8% menyatakan cukup ramah. Sebaliknya wisnus yang menyatakan kesan negatif tentang keramahtamahan orang Bali berjumlah 1,3% dengan rincian 1,2% menyatakan kesan kurang ramah dan tidak 0,1% yang menyatakan kesan sangat kurang ramah. 23. Kesan tentang Kebersihan Kesan wisnus yang mengunjungi Bali terhadap kebersihan lingkungan di Bali, dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 23 Berdasarkan Kesannya tentang Kebersihan Lingkungan di Bali No. Kesan tentang Kebersihan Lingkungan Jml. (%) 1 Sangat Bersih 9,9 2 Bersih 63,1 3 Cukup Bersih 20,1 4 Kurang Bersih 6,5 5 Sangat Kurang Bersih 0,4 15

Berdasarkan kesannya tentang kebersihan lingkungan di Bali, diketahui bahwa 93,1% wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif, dengan rincian 63,1% menyatakan bersih, 20,1% menyatakan cukup bersih, dan 9,9% menyatakan sangat bersih. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kebersihan lingkungan di Bali berjumlah 6,9%, yang terdiri dari 6,5% menyatakan kurang bersih, dan 0,4% menyatakan sangat kurang bersih. 24. Kesan tentang Kondisi Keamanan di Bali Kesan wisnus yang mengunjungi Bali terhadap kondisi keamanan lingkungan di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 24 Berdasarkan Kesannya tentang Kondisi Keamanan di Bali No. Kesan tentang Kondisi Keamanan di Bali Jml. (%) 1 Sangat Aman 17,7 2 Aman 70,1 3 Cukup Aman 10,8 4 Kurang Aman 1,4 5 Sangat Kurang Aman 0,0 Berdasarkan kesannya tentang kondisi keamanan di Bali, diketahui bahwa pada umumnya (98,6%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif, dengan rincian 70,1% menyatakan aman, 17,7% menyatakan sangat aman, dan 10,8% menyatakan cukup aman. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kondisi keamanan di Bali berjumlah 1,4%, dengan rincian 1,4% menyatakan kurang aman, dan tidak ada 0,0% yang menyatakan sangat kurang aman. 25. Tingkat Kepuasan Selama Berkunjung di Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan tingkat kepuasannya selama berkunjung di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 25 Berdasarkan Tingkat Kepuasan Selama Berkunjung di Bali No. Tingkat Kepuasan Selama Berkunjung di Bali Jml. (%) 1 Sangat Puas 26,7 2 Puas 64,5 3 Cukup Puas 7,5 4 Kurang Puas 1,3 5 Sangat Kurang Puas 0,0 16

Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan tingkat kepuasannya selama berkunjung di Bali menunjukkan bahwa 64,5% menyatakan puas, menyusul kemudian 26,7% menyatakan sangat puas, dan 7,5% menyatakan cukup puas. Sebaliknya mereka yang menyatakan kurang puas 1,3%, dan tidak ada (0,0%) yang menyatakan sangat kurang puas. 26. Keinginan untuk Melakukan Kunjungan Ulang Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan keinginannya untuk melakukan kunjungan ulang dapat disajikan seperti tabel berikut: Tabel 26 Berdasarkan Keinginan untuk Melakukan Kunjungan Ulang No. Keinginan untuk Melakukan Kunjungan Ulang Jml. (%) 1 Ya 97,5 2 Ragu-ragu 2,3 3 Tidak 0,2 Hampir seluruhnya (97,5%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan keinginannya untuk melakukan kunjungan ulang ke Bali. Hanya 2,3% yang menyatakan ragu-ragu, dan tidak ada (0,2%) yang menyatakan tidak berkeinginan melakukan kunjungan ulang ke Bali. 27. Daya Tarik Wisata yang Paling Populer Bali memiliki daya tarik wisata yang beragam, yakni mulai dari pantai sampai pegunungan dengan berbagai aktivitas budaya masyarakatnya, dan peninggalan budaya yang masih aktif digunakan dan terpelihara dengan baik. Beberapa daya tarik wisata tersebut sangat populer di kalangan wisnus, seperti pada Tabel 5.27 berikut. Tabel 27 Daya Tarik / Atraksi Wisata di Bali Yang Paling Diminati oleh Wisnus No. Daya Tarik / Atraksi Wisata 1 Kuta 2 Tanah Lot 3 GWK 4 Sanur 17

5 Tanjung Benoa (watersport) 6 Uluwatu 7 Jimbaran (Dreamland, Suluban, dll) 8 Sangeh 9 Nusa Dua 10 Tari Barong 11 Nusa Dua 12 Pulau Penyu 13 Sukawati 14 Kintamani (Penelokan, Danau Batur) 15 Tampaksiring 16 Bedugul (Danau Beratan) 17 Museum (Bajrasandhi) 18 Ubud (Monkey Forest) 19 Bali Safari 20 Besakih III. SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian survei terhadap wisnus yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai, baik pada pada musim dengan tingkat kunjungan rendah ( low season) maupun pada musim dengan tingkat kunjungan tinggi ( high season) pada tahun 2013, maka dapat ditarik simpulan tentang beberapa karakteristik umum wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali sebagai berikut : 1. Dari keseluruhan penumpang yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai, diketahui bahwa 72,9% di antaranya tergolong wisatawan nusantara (wisnus). 2. Persentase wisnus berjenis kelamin laki-laki yang berkunjung ke Bali sedikit di bawah wisnus berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 48,8% (laki-laki) dan 51,4% (perempuan). Jika dilihat berdasarkan lokasi penelitian, dominasi wisnus berjenis kelamin perempuan hanya dijumpai di Bandara Ngurah Rai, yakni mencapai 55,6%, sedangkan di Pelabuhan Gilimanuk dan Padang Bai didominasi oleh wisnus berjenis kelamin laki-laki, masing-masing berjumlah 52,4% dan 52,6%. 3. Wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh golongan usia 26-55 tahun ( 46,9%) dan golongan usia 16-25 tahun ( 42,9%), sehingga sebagian besar ( 89,8%) termasuk dalam kategori usia produktif (16-55 tahun). 4. Pulau Jawa merupakan pasar wisnus potensial bagi pariwisata Bali. Hal ini ditunjukkan oleh wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh wisnus yang berasal dari empat 18

provinsi yang ada di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jakarta, Jawa Tengah, dan J awa Barat), yakni mencapai 70,1%, sedangkan selebihnya (29,%) berasal dari sejumlah kota/daerah lainnya di Indonesia. 5. Pulau Bali cukup potensial untuk tujuan wisata pendidikan atau study tour. Hal ini ditunjukkan oleh persentase wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh golongan pelajar/mahasiswa ( 38,6%), disusul pegawai swasta, (21,1%), PNS (14,8%), wirausaha (10,0%), profesional (3,3%), dan TNI/POLRI (0,4%). Selain itu juga terdapat kelompok wisnus dengan status pekerjaan lainnya mencapai 11,8%. 6. Wisnus yang berkunjung ke Bali melalui jalur udara dan darat menunjukkan persentase yang hampir berimbang, yakni 48,0% (udara) dan 50,7% (darat), sementara kelompok wisnus yang menempuh jalur laut relatif rendah, yakni 1,3%. 7. Moda transportasi yang paling banyak digunakan wisnus selama melakukan kunjungan di Bali adalah mobil sewaan ( 62,7%), disusul mobil pribadi ( 17,1%), kendaraan umum (7,8%), dan sisanya sepeda motor (12,4%). 8. Hampir separoh wisnus yang mengunjungi Bali adalah wisnus yang melakukan kunjungan ulang 2 hingga 5 kali (45,0%), disusul kunjungan pertama kali ( 28,2%), kunjungan ulang lebih dari 5 kali ( 19,3%), dan kunjungan reguler tiap bulan/tahun (7,5%).9 Sebagian besar wisnus yang mengunjungi Bali bertujuan untuk berlibur atau rekreasi (64,4%), disusul mengunjungi teman/famili (12,4%), tugas kantor/perusahaan (7,6%), konferensi, seminar, rapat (3,6%), bisnis (2,2%), dan untuk sejumlah tujuan lainnya (9,8%).10. Sebagian besar wisnus yang berkunjung ke Bali cenderung memilih untuk mengatur sendiri perjalanan wisata mereka. Hal ini ditunjukkan oleh 61,9% wisnus tidak menggunakan paket tour dan 38,1% menggunakan paket tour. 11. Dalam melakukan kunjungan wisatanya ke Bali, lebih dari separuh (5 6,4%) wisnus melakukan kunjungan disertai teman, disusul dengan keluarga (2 7,6%), sendiri (14,6%). Di samping itu juga terdapat 1,4% yang melakukan kunjungan ke Bali ditemani pihak-pihak lainnya, seperti dengan majikan atau pembantu rumah-tangga, dengan pimpinan atau staf, dan dengan partner bisnis. 12. Informasi dari teman atau relasi tampaknya cukup efektif untuk mempengaruhi wisnus dalam mengambil keputusan untuk berkunjung ke Bali. Hal ini terbukti dari 43,2% wisnus yang mengunjungi Bali memperoleh informasi dari teman/relasi, disusul 35,7% dari media elektronik, 14,4% dari agen perjalanan, dan 6,4% dari media cetak. Di samping itu juga terdapat 0,3% wisnus yang memperoleh informasi dari sumbersumber lainnya, seperti dari pameran tentang Bali, Taman Mini Indonesia Indah, pertunjukan kesenian Bali di daerah asalnya. 19

13. Keindahan alam dan keunikan budaya Bali merupakan daya tarik wisata utama dengan kekuatan yang hampir berimbang. Hal ini ditunjukkan oleh perbandingan antara kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keindahan alam dan kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keunikan budaya adalah 37,5% (alam) berbanding 35,2% (budaya). Selebihnya adalah keramah-tamahan penduduk ( 9,1%), atraksi wisata yang beragam ( 7,6%), fasilitas pariwisata yang berkualitas (5,4%), harga/biaya berlibur yang relatif murah (4,9%), dan sejumlah daya tarik lainnya (0,3%). 14. Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separoh (54,1%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan lebih berminat pada pantai/laut, disusul pegunungan (1 8,2%), persawahan ( 9,9%), danau ( 9,3%), perkebunan ( 2,9%), dan sisanya adalah wisnus yang menyatakan lebih berminat pada jenis wisata sungai, air panas, air terjun, hutan, dan lainnya (masing-masing di bawah 2,0%). 15. Dari berbagai jenis daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, ternyata kesenian daerah dan tradisi/adat-istiadat merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati dengan perbandingan yang hampir berimbang, yakni 31,6%. berbanding 30,3%, disusul barang-barang kerajinan (1 1,1%), makanan khas (kuliner) (8,9%), arsitektur (8,7%), peninggalan sejarah dan purbakala (3,3%), religi/spiritualitas (3,1%), dan sejumlah daya tarik lainnya masing-masing di bawah 1,4%. 16. Komparasi antara daya tarik wisata alam dan budaya Bali menunjukkan bahwa Sebagian besar ( 72,0%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan daya tarik alam dan budaya Bali sama-sama menarik, disusul wisnus yang menyatakan alam lebih menarik (19,9%), sedangkan wisnus yang menyatakan budaya lebih menarik memiliki persentase terendah (8,1%). 17. Selama berwisata di Bali, jenis kegiatan/atraksi wisata yang paling banyak dilakukan oleh wisnus yang mengunjungi Bali adalah sight seeing atau melihat-lihat ( 45,2%), disusul shopping atau berbelanja ( 43,5%), adventure ( trekking, rafting, surfing, dsb.) (5,7%), night life (2,7%), serta wellness (kesehatan), religius/spiritual (1,2%), dan sejumlah kegiatan/atraksi wisata lainnya masing-masing di bawah 2,1%. 18. Rata-rata lama tinggal wisnus di Bali adalah 3,7 hari. Berdasarkan lama tinggal di Bali, persentase tertinggi ditunjukkan oleh kelompok wisnus dengan lama tinggal 2 malam (3 hari) mencapai 37,4%, disusul 3 malam (4 hari) mencapai 22,6%, 1 malam (2 hari) mencapai 11,6%, 4 malam (5 hari) mencapai 9,0%, kurang dari 1 malam (1 hari) mencapai 7,4%, lebih dari 6 malam (> 7 hari) sebesar 5,2%, 5 malam (6 hari) mencapai 4,1%, dan 6 malam (7 hari) mencapai 2,7%, 20

19. Dari berbagai jenis pilihan akomodasi yang tersedia di Bali, ternyata wisnus yang memilih untuk menginap di hotel melati menempati persentase tertinggi (4 0,7%), disusul hotel bintang (2 2,2%), rumah keluarga/teman ( 21,2%), villa ( 1,2%), pondok wisata ( 0,8%), dan 7,4% menginap di beberapa tempat lainnya. Selain itu, juga terdapat wisnus yang tidak menginap (6,5%). 20. Penggunaan fasilitas akomodasi (jumlah hunian perkamar) di kalangan wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh mereka yang menghuni 1 kamar untuk 2 orang (2 orang perkamar), yakni mencapai 42,8%, lebih dari 3 orang perkamar (31,0%), 3 orang perkamar (16,6%), dan seorang perkamar (9,6%). 21. Pengeluaran rata-rata wisnus perorang perhari selama berkunjung di Bali adalah Rp. 494.000. Berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata perhari, ternyata wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp. 200.000 Rp. 400.000 menempati posisi teratas (33,1%), berikutnya di bawah Rp.200.000 (22, 7%), Rp. 401.000 Rp. 600.000 (16,7%), di atas Rp. 1.000.000 (10,3%), Rp. 601.000 Rp. 800.000 (10,5%), dan Rp. 801.000 Rp. 1.000.000 (6,7%). 22. Minat wisnus untuk membeli berbagai jenis souvenir ternyata relatif tinggi, terbukti dengan alokasi pengeluaran biaya wisnus selama melakukan kunjungan wisata di Bali didominasi pengeluaran untuk belanja souvenir (41,2%), disusul akomodasi (2 3,4%), konsumsi (18,4%), transportasi lokal (7,6%), atraksi (3,2%), hiburan (2,2%), dan guide (0,5%). Di samping itu juga terdapat beberapa jenis pengeluaran lainnya (seperti pembelian pulsa telepon seluler, sewa internet, dan laundry) sebesar 3,5%. 23. Sebagian besar ( 98,7%) wisnus yang berkunjung ke Bali menyatakan kesan positif terhadap keramahtamahan orang Bali, dengan rincian 65,1% menyatakan ramah, 27,8% menyatakan sangat ramah, dan 5,8% menyatakan cukup ramah. Sebaliknya wisnus yang menyatakan kesan negatif tentang keramahtamahan orang Bali berjumlah 1,3% dengan rincian 1,2% menyatakan kesan kurang ramah dan tidak 0,1% yang menyatakan kesan sangat kurang ramah. 24. Sebagian besar ( 93,1%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif terhadap kebersihan lingkungan di Bali, dengan rincian 63,1% menyatakan bersih, 20,1% menyatakan cukup bersih, dan 9,9% menyatakan sangat bersih. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kebersihan lingkungan di Bali berjumlah 6,9%, yang terdiri dari 6,5% menyatakan kurang bersih, dan 0,4% menyatakan sangat kurang bersih. 25. Pada umumnya ( 98,6%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif terhadap kondisi keamanan di Bali, dengan rincian 70,1% menyatakan aman, 17,7% menyatakan sangat aman, dan 10,8% menyatakan cukup aman. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kondisi keamanan di Bali berjumlah 1,4%, 21

dengan rincian 1,4% menyatakan kurang aman, dan tidak ada 0,0% yang menyatakan sangat kurang aman. 26. Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan tingkat kepuasannya selama berkunjung di Bali menunjukkan bahwa 64,5% menyatakan puas, 26,7% menyatakan sangat puas, dan 7,5% menyatakan cukup puas. Sebaliknya mereka yang menyatakan kurang puas 1,3%, dan tidak ada (0,0%) yang menyatakan sangat kurang puas. 27. Pulau Bali tampaknya masih menjadi destinasi wisata pavorit di kalangan wisnus. Hal ini ditunjukkan dengan hampir seluruhnya (97,5%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan keinginannya untuk melakukan kunjungan ulang ke Bali. Hanya 2,3% yang menyatakan ragu-ragu, dan tidak ada (0, 2%) yang menyatakan tidak berkeinginan melakukan kunjungan ulang ke Bali. 3.2 Saran/Rekomendasi Berdasarkan analisis data hasil penelitian survei terhadap wisnus yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai (2013), maka berikut ini disampaikan beberapa saran/rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di provinsi Bali. 1. Berdasarkan moda transportasi yang paling banyak digunakan wisnus selama melakukan kunjungan di Bali, diketahui bahwa sebagian besar wisnus menggunakan mobil sewaan (62,7%). Oleh karenanya perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga bahkan meningkatkan fasilitas dan kualitas layanan usaha angkutan wisata di antaranya melalui standarisasi dan uji sertifikasi usaha angkutan wisata. 2. Keindahan alam dan keunikan budaya Bali merupakan daya tarik wisata utama dengan kekuatan yang hampir berimbang. Atas dasar itu, maka konsep pengembangan pariwisata berwawasan budaya dan lingkungan kiranya masih sangat relevan untuk dijadikan acuan bagi pengembangan kepariwisataan di Bali. 3. Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separoh wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan lebih berminat pada pantai/laut, disusul pegunungan, persawahan, danau, dan lainnya. Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya konservasi dan penataan lingkungan pantai/laut, pegunungan, persawahan, dan danau. 4. Dari berbagai jenis daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, ternyata kesenian daerah dan tradisi/adat-istiadat merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati. Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya revitalisasi kesenian dan tradisi/adat- 22

istiadat lokal. Hal ini dianggap penting tidak hanya untuk kepentingan pariwisata semata, melainkan juga sebagai upaya meningkatkan ketahanan identitas kultural di tengah ancaman globalisasi yang kian meningkat. 5. Dari berbagai jenis pilihan akomodasi yang tersedia di Bali, ternyata wisnus yang memilih untuk menginap di hotel melati menempati persentase tertinggi (4 0,7%). Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan lebih diarahkan pada upaya-upaya peningkatan kualitas fasilitas dan layanan akomodasi hotel melati di antaranya melalui standarisasi dan uji sertifikasi. 6. Minat wisnus untuk membeli berbagai jenis souvenir ternyata relatif tinggi, terbukti dengan alokasi pengeluaran biaya wisnus selama melakukan kunjungan wisata di Bali didominasi pengeluaran untuk belanja souvenir (41,2%). Atas dasar itu, maka maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan lebih diarahkan antara lain pada upaya-upaya peningkatan kualitas dan diversifikasi souvenir dan pemberdayaan bagi kelompok-kelompok pengerajin. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2005. Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2004. Jakarta: Biro Pusat Statistik Republik Indonesia. Depbudpar. 2006. Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2005 2009. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Diparda Bali. 2013. Statistik Pariwisata Bali 2012. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta. Wiranatha, A. S. 2001. A Systems Model for Regional Planning Towards Sustainable Development in Bali, Indonesia. Unpublished Ph.D. Thesis. Brisbane: University of Queensland. 23