cukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil.

dokumen-dokumen yang mirip
HUTAN, KEHUTANAN, DAN ILMU KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

Pengertian Hutan. Pengertian hutan: Konsep ekologi. Pengertian hutan: Konsep ekologi. Pengertian hutan: Konsep biofisik

Our Biome 0 HUTAN CONIFER 0 HUTAN MUSIM BERIKLIM SEDANG

Ekologi Padang Alang-alang

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

5.1 PENGERTIAN SUKSESI

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

EKOSISTEM. Sistem tertutup : ditandai dengan tidak adanya energi atau materi yang menyebrang perbatasan luar sistem

Sistem silvikultur. Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUKSESI AUTEKOLOGI. Daubenmire (1962) Autekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu tumbuhan dan lingkungannya.

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

DEFINISI DAN JENIS HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

A. Usaha pertanian dipengaruhi oleh kondisi lingkungan:

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KEBAKARAN HUTAN

MODEL KAWASAN HUTAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL

PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi

KLASIFIKASI IKLIM. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB VI R E K O M E N D A S I

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM KERJA ALAM TEMPAT KITA TINGGAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan.

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. gunung dan ketinggiannya mencapai lebih dari 600 mdpl. Sedangkan pegunungan

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TANAMAN HUTAN. Oleh : Sri Wilarso Budi R. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

INDONESIA DIJULUKI NEGARA RING OF FIRE KARENA DIKELILINGI GUNUNG BERAPI YANG AKTIF. MEMILIKI BANYAK DEPOSIT MINERAL UNTUK MEMPERTAHANKAN KESUBURAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Pada klasifikasi ini hutan dilihat bagaimana cara terbentuknya, apakah hutan itu berasal dari bijibijian atau dari trubusan (tunas-tunas batang atau akar) atau berasal dari keduanya. Dalam klasifikasi ini dikenal nama : 1. High Forest, (di Jerman disebut Hochwald) ialah hutan terbentuk dari pembiakan biji. 2. Coppice Forest, ialah hutan berasal dari trubusan atau pembiakan vegetatif. 3. Middle Forest, atau Coppice with Standart Forest, ialah hutan terbentuk dari kombinasi keduanya.

Hutan Primer (Virgin Forest) Pada beberapa tempat dapat dibedakan antara : a) Hutan Dara atau Hutan Primer (Virgin Forest) dan b) Hutan Sekunder atau hutan pertumbuhan kedua. Hutan dara umumnya mempunyai ciri-ciri pohonpohonnya besar, umumnya cukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil.

Dibedakan menjadi : a) Hutan Murni (Monoculture) atau Pure Forest yaitu apabila dalam hutan tersebut terdapat satu spesies, dan ada batasan lain yaitu dikatakan murni apabila 90% atau lebih tajuknya disusun dari spesies utama. b) Hutan Campur (Mixed Forest) apabila dalam hutan itu terdapat banyak spesies.

Hutan murni mungkin terbentuk dengan kondisi berikut (Baker 1950) : 1. Apabila keadaan edafis atau iklimnya sebegitu rupa sehingga memang hanya satu spesies pohon saja mampu hidup di daerah itu untuk membentuk hutan. 2. Tadinya merupakan hutan alam campur, kemudian terjadi kebakaran atau bencana alam lainnya. Dengan tumbangnya atau musnahnya vegetasi semula, terjadi (datang) satu jenis mampu tumbuh/hidup di situ. 3. Ada spesies yang agresif merupakan suatu spesies toleran dan mampu hidup di situ. 4. Hutan murni itu terjadi secara permudaan buatan.

Perbandingan hutan murni dan campur dari segi biologis : 1. Pemanfatan tempat/ruang tumbuh. Hutan murni kurang dapat memanfaatkan ruang tumbuh, tanah dan unsur hara. 2. Kebutuhan unsur hara/makanan pada tempat tumbuh. Pada hutan campur unsur-unsur makanan yang dikehendaki spesies dapat merata dan penghancuran seresah-seresah lebih cepat daripada satu spesies saja. 3. Pembentukan tanah. Hutan murni konifer mengalami penghancuran seresah yang sangat lambat, karena ada pembentukan humus mentah asam daun jarum yang jatuh masih utuh tidak mengalami penghancuran dan menghalangi perkecambahan biji yang jatuh.

Perbandingan hutan murni dan campur dari segi biologis : 4. Serangan hama dan penyakit. Serangan hama penyakit pada tegakan umumnya terbatas pada satu atau beberapa pohon inang, sehingga tegakan campur lebih sedikit diserang oleh hama penyakit daripada tegakan murni. 5. Bahaya tumbang karena angin. Hutan murni dengan jenis berakar dangkal mudah ditumbangkan angin dalam hutan ini, bila dicampur dengan jenis pohon perakarannya dalam, bahaya kerusakan pohon-pohon dapat dikurangi. 6. Bahaya kebakaran hutan. Hutan murni konifer memberi peluang lebih besar terhadap kebakaran hutan dibanding dengan hutan dicampur dengan jenis pohon berdaun lebar.

Menurut Koster (1950), keuntungan tegakan campur dari segi biologis adalah : 1. Bila perakaran dangkal dicampur dengan perakaran dalam akan menambah ketahanan (resistensi) tegakan terhadap gangguan angin. 2. Siklus hara diperbaiki dengan penghancuran yg lebih cepat. 3. Pemanfaatan ruang antar tajuk dan penutupan tajuk lebih baik, terutama campuran yang terdiri dari jenis toleran dan intoleran. 4. Keadaan iklim mikro dalam tegakan campur menunjukkan lebih sedikit goncangan/perubahan. 5. Tegakan campur lebih sehat dan kurang terpengaruh terhadap berbagai macam penyebab kerusakan.

Keuntungan hutan murni dari segi ekonomis : 1. Seluruh wilayah hutan dapat diusahakan untuk mengarah satu spesies yang paling berharga/bernilai tinggi di pasaran. 2. Pengelolaan tegakannya lebih sederhana dan tidak membutuhkan biaya dan perlengkapan tinggi. 3. Biaya pemungutan hasil dan pemasaran rendah. 4. Permudaannya lebih mudah diamankan daripada hutan campur.

Kelemahan hutan murni dari segi ekonomis : 1. Hutan murni kurang fleksibel dalam antisipasi tren pasar. 2. Hutan murni kurang mempunyai nilai estetis dan kurang berfungsi sebagai pelindung tata air. 3. Kurang mempunyai nilai serbaguna.

Hutan seumur vs tak seumur. Hutan alam klimaks seluruh tahapan hidup pohon dapat dijumpai. Hutan tanaman umumnya seumur, bisa tidak seumur. Hutan dengan permudaan alam seumur jika terjadi perkecambahan serempak pada jenis dominan setelah bencana alam (kebakaran, angin kencang yang menumbangkan sebagian besar pohon-pohon tua).

Kanopi Bahaya angin SEUMUR Kanopi datar dan dangkal pada batang ramping Pengelolaan hati-hati dikehendaki untuk melindungi kerusakan akibat angin, terutama untuk jenis berakar dangkal TIDAK SEUMUR Kanopi dalam, tidak teratur dengan batang kuat Bahaya angin sangat kecil Pohon kecil Pohon kecil tertekan, pembebasan tidak mungkin Pohon kecil merupakan penghasil kayu di kemudian hari berespon terhadap pembebasan

Regenerasi Tempat tumbuh Kontrol tempat tumbuh SEUMUR Terjadi pada periode pendek Tempat tumbuh mengalami kemunduran akibat erosi angin dan air hujan selama periode generasi pohon berikutnya pada waktu masih muda Tempat tumbuh bisa bebas dari invasi. Dapat menjadi bentuk terbaik untuk kendalikan vegetasi yang tidak diinginkan TIDAK SEUMUR Tersebar pada seluruh umur rotasi pohon-pohon utama Tempat tumbuh di tempat terbuka selalu terlindung oleh pohon-pohon di sekitarnya Kondisi tempat tumbuh stabil, vegetasi yang tidak diinginkan sulit dikontrol

Anca man ba haya Sisa tebang an SEUMUR Menjadi sasaran api, penyakit, serangan serangga serius Akumulasi banyak pada suatu waktu menambah kemungkinan bahaya api dan serangan serangga TIDAK SEUMUR Lebih kecil kemungkinan bahaya api, penyakit dan serangga serius Sisa tebangan selalu sedikit dan bahaya kecil

Kelas - kelas Pertengahan 1. Hutan-hutan Bertingkat (Storied Forests) Biasanya dimulai bila suatu tegakan seumur tua mendadak mulai tumbang dan menjadi jarang jumlahnya, atau bila suatu spesies toleran membentuk tambahan lapisan di bawahnya, atau karena keadaan lingkungan yang cocok untuk perkembangbiakannya. 2. Hutan-hutan Tak Teratur (Irregular Forest) Berkembang ketika pohon-pohon secara tunggal atau berkelompok mengalami kematian dalam tegakan seumur. Tempat-tempat terbuka ini kemudian terisi permudaan yang bertahan lebih lanjut sebagai tegakan bawah.

Kelas-Kelas Pertengahan 3. Hutan Seumur Berkelompok (Even-aged Group Forest) Hutan-hutan Asli (Virgin Forest) umumnya berbentuk tipe ini terutama di daerah di mana permudaannya terjadi secara tak teratur, atau di mana tegakan yang umurnya kelewat tua cenderung tumbang mendadak karena suatu sebab. 4. Hutan Bentuk Cadangan (Reserve Form Forest), adalah kesengajaan sering dilakukan dalam pengelolaan silvikultur, di mana beberapa pohon dipertahankan pada suatu wilayah untuk menghasilkan hasil baru di bawah pohon-pohon tersebut.

1. Hutan Produksi 2. Hutan Lindung 3. Hutan Suaka-Alam 4. Hutan Wisata 5. Hutan Serbaguna Hutan Produksi

6.Klasifikasi menurut KEPEMILIKAN Hutan Negara Hutan Pribadi (Private Forest) Hutan Rakyat (HTR, HKm) Hutan Negara Hutan Rakyat

1. Hutan Tropika Terdapat di daerah kanan-kiri garis katuliswa. Batas utara dan selatan adalah di sekitar garis lintang 22º. Suhu rata-rata permukaan daerah ini lebih tinggi dari 18º C. Hutan tropika dibagi lagi menjadi beberapa kelompok, yaitu hutan tropika humida, hutan tropika gugur daun, hutan tropika musim, hutan sabana dan hutan belukar Hutan Tropika Humida Hutan Tropika Gugur Daun Sabana

2. Hutan Sub-Tropika Terletak di daerah antara isoterm 18 sampai 10 C. Umumnya curah hujan di daerah ini berkisar antara 250 1.000 mm/th. Termasuk daerah sub-tropika di dunia adalah Asia : Jepang Selatan, Cina Selatan, Amerika : Florida, Chile, Brasil Tenggara, dan Australia Utara.

3. Hutan Daerah Dingin (Temperate) Terletak di daerah antara isoterm 10º sampai -10º C. Kadang hutan daerah dingin ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Daerah temperate sedang, terletak pada isoterm 10º dan - 5º C, dengan CH tahunan 250-1000 mm/tahun; di sini masih banyak dijumpai hutan jenis daun lebar sehingga kadang-kadang hutan ini juga disebut hutan temperate campuran. b. Daerah temperate dingin, terletak pada isoterm - 5º dan - 10ºC, mempunyai CH tahunan 150-1.000 mm dan hutannya didominir oleh jenis konifer.

4. Hutan Daerah Kutub, yaitu hutan yang terletak di daerah dengan suhu tahunan < -10ºC. Hutan daerah kutub ini dapat dibagi 3 yaitu : a. Daerah boreal merupakan daerah hujan salju dan hanya jenis daun jarum saja dapat tumbuh disini, seperti; Pinus, Picea, Abies dan Larix. b. Daerah sub kutub kehadiran pohon sudah sangat kurang, pohon menjadi kerdil dan pertumbuhannya sangat lambat. Daerah ini sebagian besar tertutup oleh padang lumut (tundra). c. Daerah kutub merupakan daerah paling dingin, tidak terdapat tumbuh-tumbuhan dan hampir selalu tertutup oleh salju sepanjang tahun.