BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rumah sakit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Apotek RSU

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DIREKTUR RS BAPTIS BATU MENIMBANG

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif), dan serta pelayanan secara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

RESEP DAN KELENGKAPAN RESEP DR. APRILITA RINA YANTI EFF., M.BIOMED PRODI FARMASI-FIKES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI 5 APOTEK KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Rahminati ¹; Noor Aisyah, S.Farm., Apt ²; Galih Kurnianto, S.Farm., Apt³

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DIREKTUR RS HARAPAN BUNDA MENIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi disemua sektor kehidupan termasuk di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Dokter Spesialis, dimana dokter spesialis yang tersedia diantaranya

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI LIMA APOTEK KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, adil dan. berkesinambungan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara

STUDI KELENGKAPAN RESEP OBAT PADA PASIEN ANAK DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN SUKOHARJO BULAN OKTOBER-DESEMBER TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I 1 PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan akan terwujud dengan baik, apabila. terselenggaranya rekam medis yang dilakukan berdasarkan bukti bukti

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

FITRIA MEGAWATI*, PUGUH SANTOSO* *Akademi Farmasi Saraswati Denpasar, Jalan Kamboja no. 11A, Denpasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa kesehatan dimana Rumah Sakit selalu dituntut untuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

EVALUASI KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP DARI DOKTER SPESIALIS ANAK PADA TIGA APOTEK DI KOTA MANADO Marina Mamarimbing, Fatimawali, Widdhi Bodhi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pelayanan kesehatan merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang memberikan berbagai pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dalam rangka untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dan memiliki peran yang sangat penting. Rumah sakit menyediakan berbagai pelayanan, diantaranya pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Berbagai kegiatan dirumah sakit saling terkait satu dengan lainnya. Salah satu penunjang pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan bidang farmasi (Menkes RI, 2014). Standar pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman bagi petugas farmasi dalam menjalankan pelayanan di rumah sakit. Pelayanan farmasi merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien terkait sediaan obat yang nantinya dapat membantu proses pengobatan dan kemudian mampu meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam pelayanan farmasi, permintaan tertulis dari dokter kepada instalasi farmasi untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai penyakit dan aturan-aturan yang berlaku disebut dengan resep (Menkes RI, 2014). Pelayanan farmasi atau pemberian pelayanan obat terhadap pasien merupakan proses yang sangat kompleks. Pada prosesnya sangat mungkin terjadi kesalahan maupun kendala yang dapat berdampak buruk bagi pelayanan pasien. Salah satu 1

2 kendala yang sering ditemui adalah kejadian kesalahan resep. Kesalahan resep yang sering terjadi yaitu karena tulisan resep yang tidak jelas dan tidak lengkap sehingga tidak dapat terbaca dengan baik oleh petugas farmasi. Salah satu faktor yang meningkatkan resiko kesalahan dalam pengobatan adalah dari resep (Cohen, 1999). Kemajuan teknologi saat ini seharusnya dapat dijadikan sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah terkait resep. Salah satunya dengan menerapkan sistem informasi berbasis komputer yaitu dengan menerapkan Electronic Prescription Record (EPR). Dikutip dari artikel mengenai Antidote to Prescription Error, diketahui bahwa hasil penelitian terdahulu menunjukkan sistem informasi yang ditingkatkan dapat mencegah 78% kesalahan yang dapat mengakibatkan efek samping dari resep. Penulis juga mencatat, sistem yang ditingkatkan tersebut selain dapat memberikan signal peringatan kejadian kesalahan, juga dapat menghapus kesalahan resep yang tidak terbaca. Dampak dari sistem diharapkan memberi pengaruh baik dimasa depan (Voelker, 2000). Penelitian yang dilakukan di Sunderland Eye Infimary, Inggris yang melibatkan 1952 resep menyebutkan kesalahan penulisan resep terbanyak adalah dengan format yang tidak benar dengan kejadian 144 resep. Dari 144 resep tersebut terdapat 18 resep dengan tulisan dokter yang tidak terbaca (Mandal, 2005). Hasil penelitian lain yang dilakukan di apotek-apotek kota madya Yogyakarta menyatakan, bahwa masih kurangnya kesadaran penulis resep dalam menulis resep dengan lengkap menurut peraturan yang berlaku. Jumlah resep yang memenuhi kriteria kelengkapan resep atas dasar peraturan perundangan yang berlaku sejumlah 39,8%. Di Indonesia, Kepmenkes No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa resep yang lengkap harus mencantumkan nama dan alamat penulis resep; nomor ijin praktek (jika dokter praktek pribadi); tanggal penulisan resep; tanda

3 tangan atau paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya (Menkes, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di apotek-apotek kota madya Yogyakarta tersebut, ketidaklengkapan resep terjadi karena tidak dicantumkannya paraf dokter, nomer SIP dokter, tanggal resep dan alamat pemilik pada resep dokter hewan. Selain itu, 0,4 % resep ditulis oleh petugas kesehatan lain, seperti perawat dan bidan (Rahmawati dan Oetari, 2002). Salah satu rumah sakit dengan klasifikasi A di Bali yaitu RS Indera Provinsi Bali, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 02.03/I/1328/2015 tanggal 15 Mei 2015 RS Indera Provinsi Bali berubah menjadi RS Mata Bali Mandara. RS Mata Bali Mandara memiliki instalasi farmasi yang menjadi penunjang pelayanan di rumah sakit tersebut. Dari data jumlah pegawai diketahui jumlah dokter spesialis sebanyak 16 orang dengan rincian, dokter spesialis mata sebanyak 8 orang, dokter spesialis THT sebanyak 3 orang, dan dokter spesialis kulit sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk apoteker sebanyak 4 orang dengan asisten apoteker sebanyak 6 orang. Untuk pelayanan dibuka dari pukul 08:00 sampai pukul 13:30 WITA. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala instalasi farmasi rumah sakit tersebut, diketahui bahwa lembar/blanko resep yang digunakan sudah memenuhi komponen-komponen resep yang baik. Namun, dalam penulisan yang masih manual masih ditemui beberapa kesalahan, seperti ketidaklengkapan penulisan resep. Dari data rumah sakit diketahui bahwa kejadian prescription error, kesalahan penyerahan obat, dan kesalahan pemberian obat banyak diakibatkan tidak lengkapnya penulisan signa. Signa merupakan singkatan untuk keterangan aturan pakai. Sepanjang tahun 2015 (dari bulan Januari-Desember) diketahui resep yang masuk sebanyak 37.912 resep, dengan rata-rata resep tiap bulan sebanyak 3.000 resep, jadi rata-rata setiap

4 hari sebanyak lebih dari 100 resep yang masuk di instalasi farmasi rumah sakit tersebut. Dari data yang tercatat dalam buku catatan prescription error, kesalahan penyerahan obat, dan kesalahan pemberian obat terjadi sebanyak 76 kejadian, dengan kesalahan dan ketidaklengkapan penulisan signa sebanyak 43 kasus (Register Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara, 2015). Namun telaah yang telah dilakukan pada resep tersebut hanya pada prescription error atau hanya pada isi dari resep, tidak mencakup komponen administrasi kelengkapan resep lainnya. Analisis yang komprehensif terkait kelengkapan penulisan resep dan penelitian yang terkait untuk menggali persepsi penulis resep serta pembaca resep belum pernah dilakukan di rumah sakit tersebut. Melihat dari dampak buruk yang dapat terjadi akibat ketidaklengkapan penulisan resep seperti kemungkinan kesalahan dalam pemberian obat dan waktu penyelesaian resep yang membutuhkan waktu lebih lama, maka hal-hal tersebut penting untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis kelengkapan penulisan resep serta menggali persepsi penulis resep dan pembaca resep terkait kelengkapan dalam penulisan resep. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan, diketahui masih ditemukannya ketidaklengkapan penulisan resep yang masuk di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara. Dari 37.912 resep yang masuk sepanjang tahun 2015 diketahui 76 resep mengalami ketidaklengkapan dan kesalahan penulisan (prescription error), namun analisis yang dilakukan tersebut belum komprehensif. Ketidaklengkapan dan kesalahan penulisan resep terbanyak disebabkan karena tidak lengkapnya penulisan signa. Penulisan resep yang tidak lengkap berpotensi menimbulkan dampak negatif

5 bagi pasien maupun pembaca resep. Dampak yang dialami pasien dapat berupa kesalahan dalam pemberian obat (jenis maupun dosis) maupun waktu penyelesaian resep yang membutuhkan waktu lebih lama. Sedangkan dampak yang dialami pembaca resep yaitu terkait kinerjanya yang juga berpengaruh pada mutu layanan di instalasi farmasi khususnya dan RS Mata Bali Mandara pada umumnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis kelengkapan penulisan resep serta menggali persepsi penulis resep dan pembaca resep terkait kelengkapan dalam penulisan resep. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain: 1.3.1 Bagaimana gambaran kelengkapan penulisan resep di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara? 1.3.2 Bagaimana sikap dan pengalaman penulis resep terkait kelengkapan dalam penulisan resep di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara? 1.3.3 Bagaimana persepsi apoteker dan asisten apoteker sebagai pembaca resep mengenai dampak yang muncul akibat ketidaklengkapan dalam penulisan resep terkait kinerjanya dan kualitas layanan di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kelengkapan penulisan resep di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara.

6 Tujuan Khusus : 1.4.1 Untuk mengetahui gambaran kelengkapan dalam penulisan resep di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara. 1.4.2 Untuk menggali sikap dan pengalaman penulis resep terkait kelengkapan dalam penulisan resep di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara. 1.4.3 Untuk menggali persepsi pembaca resep atau apoteker dan asisten apoteker mengenai dampak yang muncul akibat ketidaklengkapan dalam penulisan resep terkait kinerja petugas farmasi dan kualitas layanan di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada RS Mata Bali Mandara mengenai hasil analisis kelengkapan penulisan resep dan dampaknya dengan kualitas layanan di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara sehingga dapat memberi masukan mengenai strategi pemecahan masalah sehingga mampu meningkatkan kualitas layanan khususnya dalam bidang pelayanan farmasi. 1.5.2 Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini, peneliti mampu meningkatkan pengetahuan mengenai bagaimana kelengkapan penulisan resep di Instalasi Farmasi RS Mata Bali Mandara dan dampaknya dengan kinerja dan kualitas layanan dengan menerapkan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah didapat saat kuliah di program studi Kesehatan Masyarakat FK UNUD.

7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini adalah penelitian dalam bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan mengenai manajemen mutu pelayanan dengan analisis kelengkapan penulisan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Bali Mandara. Analisis tersebut akan dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mata Bali Mandara yang berlokasi di Jl. Angsoka No. 8, Denpasar.