BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan ketelitian dari masing-masing individu dalam mengambil

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

menyatakan bahawa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Kondisi tersebut akan membawa dampak luas dan bervariasinya

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

BAB I PENDAHULUAN. individu. Melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. hipotesis ditemukan beberapa gambaran tentang hubungan kompetensi

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN. dan berpartipasi secara aktif dalam pembangunan. Pendidikan memegang. agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pekerjaan yang bersifat profesional. Guru yang profesional dapat

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. dapat tercapai dengan baik. Dalam Undang-undang Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat memahami materi yang dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang secara langsung menjadi tuntutan wajib dan secara langsung pula mengakibatkan perubahan pola pikir setiap manusia terhadap bagaimana mengupayakan segala cara yang dapat dan harus dilakukannya sehingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Salah satu kebutuhan yang dituntut untuk dapat dipenuhi adalah pendidikan. Dalam kaitannya siswa sebagai pelajar disekolah tidak lepas pula dari berbagai macam kebutuhan dilingkungannya yang mau tak mau harus dipenuhinya. Para siswa dihadapkan pada berbagai pengetahuan yang secara langsung menjadi suatu kebutuhan bagi dirinya yang harus dimiliki. Belajar akan pengetahuan yang diinginkannya menjadi kebutuhan tersendiri dan wajib terpenuhi sehingga berbagai macam cara pula dilakukan. Tuntutan untuk dapat mencapai keinginan ini pun baik sadar maupun tidak sadar menyebabkan timbulnya suatu dorongan dalam diri jiwa siswa yang bersangkutan untuk dapat bergerak melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memenuhi keinginannya. Dorongan jiwa dalam diri siswa ini terjadi bersamaan dengan timbulnya serta jalannya suatu hal yang disebut dengan motivasi. Motivasi ini sangat besar pengaruhnya serta merupakan aspek utama yang amat penting dalam menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Seberapa besar motivasi yang 1

2 dimiliki siswa yang bersangkutan akan mempengaruhi seberapa besar tindakan yang akan dilakukan guna pemenuhan keinginan tersebut dapat tercapai. Motivasi sendiri akan terlihat dari reaksi berupa hasil tindakan ataupun hasil dari pengerjaan suatu kegiatan oleh yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Donald (dalam Djamarah 2011 : 148) motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi sedianya adalah aspek yang amat sangat diperlukan sebagai dorongan agar seseorang bereaksi, bertindak mengerjakan berbagai macam keinginan yang tak terbataskan. Motivasi sangat erat kaitannya dalam pencapaian tujuan berbagai bidang. Seperti halnya di bidang pendidikan dimana pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pernyataan diatas maka penulis dapat mengartikan bahwa Pendidikan direncanakan untuk membentuk dasar berpikir yang sistematis, mengajarkan berbagai disiplin ilmu sehingga memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas bagi peserta didik. Selain itu, pendidikan juga menanamkan sikap mental, emosional yang dewasa dan mandiri serta disiplin belajar yang tinggi. Dengan ini, sistem pendidikan nasional diharapkan mampu

3 mewujudkan pendidikan yang berkualitas dari jenjang pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Proses pendidikan yang berkualitas di setiap jenjang pendidikan tersebut akan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas, terampil, dan kompetitif. Pendidikan merupakan upaya dalam mempengaruhi individu agar berkembang menjadi manusia yang sesuai dengan yang dikehendaki. Inti dari pada kegiatan pendidikan itu sendiri ialah belajar. Bagaimana siswa dapat belajar dengan berhasil sesuai dengan harapan siswa yang bersangkutan. Belajar merupakan aktivitas mengenal agar dapat mengetahui berbagai macam hal baru dan pada akhirnya dapat direalisasikan secara nyata pada kehidupan. Dalam upaya mewujudkan belajar yang sukses atau berhasil dibutuhkanlah sebuah motivasi tinggi. Disinilah pengajar atau guru harus dapat memainkan segala kemampuan yang dimiliknya untuk bagaimana caranya dapat menimbulkan motivasi terhadap diri siswa agar mau atau ingin belajar dengan sungguh-sungguh. Guru ialah seorang yang bukan hanya bertugas mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa namun juga ia merupakan orang yang seharusnya dapat menjadi teman bagi siswa, dapat menciptakan keadaan yang akrab dengan siswa sehingganya dapat memberikan serta mendorong motivasi dalam diri siswa agar dapat belajar dengan positif sehingga tujuan siswa untuk belajar tersebut dapat tercapai dengan sukses. Pada keseluruhan proses pendidikan khususnya pendidikan sekolah, guru memegang peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Menurut Aulawi (dalam Uno 2006 : 21) guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus, dimana pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh

4 seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru dimana seorang guru yang profesional harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada pasal 10 ayat 1 dijelaskan Kompotensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 (Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk meweujudkan tujuan pendidikan nasional) meliputi kompetensi pedagogik, kompotensi kepribadian, kompotensi sosial, dan kompotensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Profesi guru mempunyai tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih. Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar (PBM), guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan dalam merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar tersebut. Disekolah, figur guru merupakan kunci pribadi. Gurulah panutan utama siswa. Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat, didengar, dan ditiru oleh siswa. Sebagai pribadi yang selalu ditiru, tidaklah berlebihan bila siswa selalu mengharapkan figur guru yang senantiasa memperhatikan kepentingan mereka. Figur guru yang selalu memperhatikan kepentingan siswa biasanya mendapatkan ekstra perhatian dari siswa. Dalam kaitannya dengan motivasi belajar, tugas guru bukan hanya sebagai sumber belajar, pengelola, ataupun sebagai pembimbing namun guru juga harus berperan sebagai motivator juga sebagai fasilitator dengan membangkitkan minat

5 siswa sehingganya siswa akan termotivasi untuk belajar. Minat tanpa motivasi hanyalah sekedar berminat, tetapi belum tentu berbuat. Siswa yang kurang belajar belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah, namun dapat disebabkan oleh karena tidak adanya dorongan atau motivasi untuk ia belajar. Motivasi merupakan faktor menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasi siswa akan semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar. Sebaliknya, siswa yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas dan yang paling fatal adalah sering meninggalkan pelajaran, akibatnya siswa mengalami kesulitan belajar. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor baik dari eksternal maupun internal. Salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi hal ini bisa terjadi ialah faktor guru. Dalam proses belajar mengajar (PBM) guru dituntut harus mampu memanajemen segala hal yang terjadi selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung. Mulai dari memanajamen pribadi diri guru sendiri sebagai pemimpin didalam kelas, lingkungan belajar sampai pada perilaku-perilaku yang ditimbulkan oleh siswa, dari sinilah kecerdasan guru yang harus ia mainkan, kelola guna menstabilkan situasi belajar hingga berakhirya proses belajar mengajar (PBM). Selain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional merupakan aspek yang sangat berpengaruh besar serta sangat dibutuhkan sebagai pegangan guru dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar (PBM).

6 Kecerdasan emosional menurut Cooper (dalam Aunurrahman, 2012 : 110) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menggunakan perasaannya secara optimal untuk mengenali dirinya sendiri dan lingkungan sekitar guna mencapai keberhasilan dimana seseorang tersebut melakukan aktivitasnya. Hal senada diungkapkan oleh Gowing (dalam Masaong, 2011 : 3) yang mengemukakan hasil penelitiannya perihal kecerdasan emosional dengan menyimpulkan bahwa kemampuan manusiawi yang membentuk bagian terbesar dari unsur-unsur yang diperlukan untuk keberhasilan dalam kepemimpinan ialah bekerja dengan emosi yang cerdas. Kecerdasan emosional guru yang baik akan terlihat dari bagaimana hubungan komunikasi yang sehat, nyaman serta menyenangkan yang dibangun oleh guru dengan siswa sehingganya akan tercipta perasaan satu sama lain dengan perasaan senang dan akan menimbulkan perasaan saling membutuhkan atau ketergantungan antara keduanya. Agar hal ini dapat terwujud maka seorang guru bukan hanya harus memperhatikan karakter, motivasi, psikologi siswa saja namun juga yang terpenting ialah guru dapat memperhatikan serta menggunakan kemampuan kecerdasan emosional yang dimiliknya sebaik mungkin dengan mengatur segala sikap emosi yang sedang dialami atau pun yang dihadapinya sehingga ia dapat menyikapi perilaku emosinya secara tenang dan baik. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi siswa dalam menerima pembelajaran dengan motivasi yang tinggi serta siswa dapat merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan guru. Sebab dalam proses belajar mengajar yang terjadi bukan hanya kegiatan fisik saja namun diikuti juga oleh proses mental dan proses mental inilah yang

7 pengaruhnya sangat besar, bila mental keduanya baik guru maupun siswa sudah mantap maka proses belajar akan dapat dipastikan berjalan dengan sukses namun sebaliknya bila guru tidak siap atau tidak dapat mengontrol mentalnya begitu pula siswa dengan timbulnya berbagai macam perasaan dari yang nyaman sampai yang membuatnya menjadi frustasi sendiri maka proses belajar tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Namun pada hasil pengamatan semula, yakni wawancara awal yang telah penulis lakukan menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar masih banyak ditemukan peserta didik yang tidak dapat meraih hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan intelegensinya, seperti ada siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi namun hasil belajarnya dibawah atau nilainya dibawah. Hal ini disebabkan oleh : 1. Perilaku guru dalam hal penggunaan kecakapan kecerdasan emosionalnya masih jauh dari kata efektif. Cara guru dalam mengontrol kecakapan emosionalnya masih lemah, guru belum mampu memainkan, mengendalikan serta menguasai kecerdasan tersebut dalam menghadapi kondisi siswa, terlebih lagi kondisi dirinya sendiri baik itu emosi hati, tindakannya, perilakunya, serta situasi proses belajar mengajar yang sedang dilakukannya mengakibatkan hasil belajar yang kurang optimal bahkan hal ini membawa dampak besar terhadap psikologi siswa. 2. Siswa merasa malas untuk masuk kelas manakala dihadapkan pada guru yang suka emosioan tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik, sehingga ada

8 saja siswa yang bolos disebabkan malas bahkan takut untuk menghadapi sang guru. 3. Siswa yang mengikuti proses belajar pun mendapatkan tekanan batin dimana dalam belajar keadaan mental siswa menjadi tidak stabil, rasa cemas yang berlebihan, tidak tenang hingga perasaan takut yang menyelimuti diirinya dalam menghadapi guru, sehingganya kesemua hal ini sangat jauh dari tujuan belajar yang mengharuskan terciptanya suasana yang nyaman dan sehat serta dengan adanya hal tersebut menghambat siswa untuk dapat berkembang seperti sebagaimana yang seharusnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengangkat judul penelitian HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 GORONTALO. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin di angkat peneliti adalah : 1. Bagaimana kecerdasan emosional guru di SMK Negeri 1 Gorontalo? 2. Bagaiamana motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo? 3. Bagaimana hubungan antara kecerdasan emosional guru dengan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana kecerdasan emosional guru di SMK Negeri 1 Gorontalo.

9 2. Untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo. 3. Untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana hubungan kecerdasan emosional guru dengan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo. D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain : 1. Kepala Sekolah Sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan kualitas dan kinerja guru dalam proses belajar mengajar sehingga memberikan hasil yang berkualitas terhadap proses belajar mengajar itu sendiri serta implikasinya kepada peserta didik (siswa) dalam jangka panjang sehingga menghasilkan output generasi yang berprestasi tinggi serta mempunyai kecerdasan emosional yang baik. 2. Guru Sebagai acuan dalam rangka meningkatkan serta mengasah kecerdasan emosional guru agar lebih mantap lagi dalam menghadapi kondisi siswa terlebih lagi kondisi guru yang bersangkutan sehingganya proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif. 3. Pengawas Hasil penelitian ini sebagai sumbangan informasi yang dapat digunakan untuk dasar dalam menentukan strategi alternatif bagaimana upaya meningkatkan

10 serta mengembangkan kinerja para guru dalam hal mengelola kecerdasan emosionalnya agar lebih baik lagi. 4. Peneliti Bermanfaat bagi penelitian lanjutan terutama yang ingin mengkaji kecerdasan emosional guru dengan motivasi belajar siswa dengan lebih banyak lagi studinya.