BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

KESIAPAN PESERTA DIDIK MENGHADAPI MASA PUBERTAS DAN LAYANAN BK DI KELAS VII SMP NEGERI 31 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. individu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan setiap manusia. Dulu, pembicaraan tentang organ reproduksi masih sangat tabu, bukan berarti sekarang sudah tidak lagi hanya saja masih ada kalangan orang yang menganggap hal itu tidak pantas untuk dibicarakan. Promosi kesehatan reproduksi pada remajapun sering dikonotasikan sebagai pendidikan seks di mana sebagian masyarakat di Indonesia masih menganggap tabu hal ini. Telah banyak berita-berita yang tersiar melalui media elektronik ataupun media cetak yang memuat berita tentang kesehatan reproduksi dan kaitannya dengan seks. Sekarang, informasi tentang seks dapat diperoleh dan diakses dengan mudah melalui internet. Bila tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa memberikan dampak yang akan menghancurkan masa depan remaja dan keluarga. Menurut Barbara Nash dan Patricia Gilbert, organ-organ reproduksi merupakan subyek dari berbagai penyakit. Untuk mencegah hal tersebut pengetahuan dan pemahaman sejak dini tentang organ reproduksi dan kesehatan reproduksinya merupakan hal yang sangat penting bagi setiap remaja

2 baik pria maupun wanita sehingga ia akan lebih mampu menjaga kesehatan reproduksinya. 1 Untuk itu, perempuan dan laki-laki perlu meningkatkan pengetahuannya mengenai kesehatan reproduksi agar tercipta kondisi kesehatan reproduksi yang optimal. kesehatan reproduksi yang dimaksud yaitu suatu keadaan yang sejahtera baik secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. 2 Namun demikian, survei-survei telah banyak membeberkan pengabaian dan kecerobohan untuk menghargai kesehatan organ reproduksi yang cenderung sering mengakibatkan penderitaan fisik dan emosional dengan kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi-infeksi dan penyakit-penyakit yang merusak sehingga berpotensi mengancam hidup merupakan konsekuensi dari kurangnya pengetahuan atau kesalahan dalam memperoleh informasi mengenai hal tersebut. Mengenai permasalahan itu, sangat diharapkan setiap orang dari usia yang relatif muda (remaja) memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya. Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa rentangan usia remaja antara 13-21 tahun; yang 1 Barbara Nash dan Patricia Gilbert. (2006). Panduan Kesehatan Seksual. Jakarta: Prestasi Pustakarya. h. 17. 2 Eva Ellya Sibagariang, Rangga Pusmaika dan Rismalinda. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: CV. Trans Info Media. h. 44.

3 kemudian dibagi pula menjadi 2 masa yaitu masa remaja awal usia 13/14 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun. 3 Ada pula ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi jika dilihat dari pertumbuhan fisiknya belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. pada periode ini terjadi perubahan kejiwaan yang menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang Barat sebagai periode strum and drang atau dikenal dengan istilah "puber", sedangkan orang Amerika menyebutnya "adolesensi". Sedangkan di negara Indonesia ada yang menggunakan istilah "akil balig", "pubertas" dan paling banyak menyebutnya "remaja". 4 Kata pubertas berasal dari kata Latin yang berarti usia menjadi individu yang sudah mampu melaksanakan tugas biologis yaitu melanjutkan keturunannya. Dalam periode ini terdapat perubahan biologis yaitu mulai bekerjanya organ-organ reproduktif yang disertai dengan perubahan psikologis. 5 Sedangkan Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat -minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. 6 64. 3 Andi Mappiare. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. h. 25. 4 Zulkifli L. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. h. 63-5 Andi Mappiare. Op. Cit. h. 27. 6 Syamsul Yusuf. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 184.

4 SMP Negeri 22 Pekanbaru merupakan salah satu lembaga pendidikan yang siswa sangat mudah untuk mengakses informasi tentang segala hal yang diinginkan, karena letaknya yang berada di tengah kota. Namun, karena hal itu pula terkadang membuat para siswa mengakses hal-hal yang tidak tepat untuk mereka tanpa mempertimbangkan kesehatan reproduksi mereka. Study ini berkaitan dengan efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi maksudnya agar siswa terhindar dari resiko penyakit yang ditimbulkan. Pemahaman yang benar akan membantu siswa menjaga tidak hanya kesehatannya sendiri, akan tetapi juga kesehatan keluarganya dan orang yang ada di sekitarnya. Pemahaman yang benar sangat penting dalam belajar menjaga kelangsungan kesehatan reproduksi dan mencegah terkena dari penyakit reproduksi itu sendiri. Terlihat jelas bahwa pemahaman memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pemahaman juga merupakan suatu proses, perbuatan atau cara memahami dan memahamkan. Jika siswa memperoleh pemahaman yang salah maka dikhawatirkan siswa akan terjerumus ke dalam kehidupan yang salah dan menanggung semua resiko yang ditimbulkan. Pemahaman mengenai informasi tentang kesehatan reproduksi akan disampaikan oleh guru pembimbing melalui bimbingan dan konseling khususnya dengan layanan informasi. Bimbingan dan Konseling atau guidance and counseling merupakan ialah satu program pendidikan yang diarahkan kepada usaha pembaruan pendidikan nasional dengan tujuan para

5 generasi muda berkembang menjadi pribadi yang kuat dan tangguh secara fisik, mental maupun spiritual. 7 Layanan informasi tentang kesehatan reproduksi dianggap penting karena hal itu termasuk kebutuhan remaja. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan organik atau kebutuhan fisik remaja yaitu perkembangan fungsi seks. 8 Orang tua di rumah maupun guru di sekolah harus cukup tanggap dan waspada serta secara dini menjelaskan dan memberikan pengertian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama wanita) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Studi ini melihat sejauh mana efektifitas layanan informasi yang dilaksanakan oleh guru pembimbing yang ada di SMP Negeri 22 Pekanbaru. Layanan informasi yang dilaksanakan dapat dikatakan efektif apabila siswa memiliki pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi sebagai materi pembahasannya. Layanan informasi merupakan salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling. Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkikan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orangtua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan 68. 7 Samsul Munir Amin. (2010). Bimbingan dan Konseling Islami. Jakarta: Amzah. h. 1. 8 Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. h.

6 keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. 9 Sedangkan menurut Prayitno layanan informasi berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. 10 Studi ini penting dilakukan mengingat kenyataan sekarang marak terjadi permasalahan yang terkait dengan kesehatan reproduksi remaja. Permasalahan kesehatan reproduksi terjadi dikarenakan kekurangpahaman siswa terhadap informasi mengenai kesehatan reproduksi atau juga karena siswa belum memperoleh informasi tentang cara menjaga kesehatan reproduksi yang benar. Untuk itu, guru pembimbing harus perduli pada siswanya dengan melaksanakan layanan informasi tentang kesehatan reproduksi agar terhindar dari permasalahan kesehatan reproduksi. Berdasarkan pada pengamatan awal penulis ditemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Informasi terkait kesehatan reproduksi masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan secara gamblang di sekolah atau di rumah. 2. Belum adanya informasi yang jelas tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. 3. Siswa belum memahami informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar. Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: "Efektifitas Layanan Informasi dalam Meningkatkan 9 Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. h. 168. 10 Prayitno. (2004). Jenis-jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung BK Pola 17+. Padang. h. 2.

7 Pemahaman Siswa tentang Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Pekanbaru". B. Penegasan Istilah Agar penelitian ini dapat dipahami dengan jelas, maka beberapa istilah yang digunakan memerlukan penjelasan yang lebih jelas, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah dalam penelitan ini, maka penulis menjelaskan arti dari istilah - istilah tersebut sebagai berikut: 1. Efektifitas Efektifitas bisa diartikan seberapa tingkat besar keberhasilan yang dapat diraih (dicapai) dari suatu cara atau usah a tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 2. Layanan Informasi Layanan informasi yaitu suatu layanan yang memberikan pemahaman kepada siswa untuk menjalani tugas perkembangan dan untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. 11 Jadi, layanan informasi yang peneliti maksud di sini adalah layanan informasi tentang kesehatan reproduksi yang akan diberikan kepada siswa. 3. Pemahaman Pemahaman merupakan suatu proses, perbuatan atau cara memahami dan memahamkan. 11 Prayitno dan Erma Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. h. 260.

8 4. Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan di mana manusia dapat menikmati ehidupn seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan poses reproduksinya sehat dan aman. Jadi yang dimaksud dengan efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa seberapa besar tingkat keberhasilan layanan informasi yang dilaksanakan oleh guru pembimbing dalam meningkatkan cara siswa memahami informasi tentang kesehatan reproduksi disekolah. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang bahwa persoalan pokok kajian ini adalah efektifitas layanan informasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan persoalan pokok tersebut, maka persoalan-persoalan yang terkait dengan kajian ini adalah sebagai berikut: a. Persepsi siswa tentang kesehatan reproduksi. b. Sikap siswa kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti layanan informasi tentang kesehatan reproduksi. c. Efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi. e. Materi tentang kesehatan reproduksi yang disampaikan kurang menarik.

9 f. Minat siswa menerima informasi tentang kesehatan reproduksi rendah. 2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya persoalan-persoalan yang terkait dengan kajian ini seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, maka penulis memfokuskan pada efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi dan faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi siswa di SMP Negeri 22 Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, masalah dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi di SMP Negeri 22 Pekanbaru? b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi di SMP Negeri 22 Pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

10 a. Mengetahui sejauh mana efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi di SMP Negeri 22 Pekanbaru. b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi di SMP Negeri 22 Pekanbaru. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan atau referensi ilmiah bagi jurusan bimbingan dan konseling, khususnya mengenai efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1) Bagi peneliti pribadi, sebagai penambah wawasan pengetahuan tentang fenomena yang terjadi dilapangan terkait dengan bimbingan dan konseling. 2) Bagi guru pembimbing, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan profesionalisme kerja.

11 3) Bagi Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi tentang efektifitas layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi. 4) Bagi lokasi penelitian, SMP Negeri 22 Pekanbaru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan keprofesionalan guru pembimbing. 5) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi jika ingin mengadakan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan layanan informasi.

12