BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kalah banyak. Keberagaman agama tersebut pada satu sisi menjadi modal

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB III AKTIFITAS PEMUDA MASJID AL- ISLAH DAN GEREJA IMANUEL

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Bersama Nasional, 27 Desember 2010 Senin, 27 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

BAB IV ANALISIS TENTANG PENANAMAN DAN PENERAPAN TOLERANSI BERAGAMA DI SMK THERESIANA SEMARANG

P R O G R A M K E R J A P R O P I N S I J A W A T I M U R TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB V PENUTUP. keseluruhan penulisan skripsi ini yang mengangkat bahasan tentang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara tercinta Indonesia mempunyai berbagai macam agama yakni Islam,

MENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

MERAJUT TALI PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAHAN TAYANG MODUL 9

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Toleransi beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ESSAY INDAHNYA TOLERANSI DALAM PERBEDAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

ESSAY BEBAS STUDY EXCURSIE Kebhinekaan dan Solidaritas Sosial Masyarakat Lamongan

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi agama, banyak suku di Indonesia ini memunculkan keanekaragaman yang terwujud dalam keanekaragaman gagasan yang mereka miliki, menyangkut pandangan hidup, nilai-nilai, tatanan serta aturan-aturan yang berlaku atas anggota suku bangasa itu. Tidak hanya itu keanekaragaman juga tampak dalam pola tingkah laku dan aktifitas mereka. Pendeknya, multi etnisitas Indonesia melahirkan keanekaragaman dan kebudayaan yang menjadikan negeri ini sebagai negeri multi kultural. Indonesia juga dikenal sebagai negara multi agama selain agama resmi yang diakui pemerintah seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Seperti didesa Banyutowo ini terdapat dua agama yaitu agama Kristen dan agama Islam. Kerukunan umat beragama didesa Banyutowo kokoh hampir tidak ada konflik agama ataupun masalah yang menyangkut hubungan antar beragama, kerukunan di desa Banyutowo ini menjadi contoh dalam mengembangkan kerukunan antar umat beragama. 1 Masyarakat desa Banyutowo menjaga toleransi antar umat beragama untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Tanpa adanya toleransi masyarakat tidak dapat hidup dengan damai dan rukun. Dalam, menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat di desa Banyutowo sangat memegang dan menjaga kerukunan antar umat beragama, meskipun mereka berbeda keyakinan. Karena dengan saling menghormati satu sama lain maka 2016 1 Wawancara dengan masyarakat desa Banyutowo bapak samadi Pada tanggal 21 Oktober 67

kehidupan bermasyarakat terjaga keharmonisanya. Dalam menjalin kehidupan sehari-hari, mereka saling menjaga setabilitas kerukunan dengan menghormati perbedaan yang ada. Baik dalam menjalani ibadah menurut keyakinan mereka ataupun merayakan haribesar agama mereka masing-masing. Dengan demikian mereka tidak merasa canggung dalam menjalankan ibadah mereka. Selain itu, untuk mempererat tali silaturahmi di antara umat beragama, mereka mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Misalnya pertemuan satu bulan sekali diisi dengan arisan yang dilaksanakan bergantian di rumah, mereka saling membantu misalnya pada hari-hari besar mereka ikut serta meramaikan, pada hari natal umat Islam membantu menyiapkan apa yang diperlukan, sebaliknya pada hari raya raya Idul Fitri, Karena dengan begitu akan menambah hubungan keharmonisan di antara mereka karena dengan cara itu menjaga keharmonisan antar umat beragama. 2 b. Peran Organisasi Pemuda Masjid Al-Islah dan Gereja Imanuel Dalam Mewujudkan Kerukunan Antar Umat Beragama Proses terjadinya kerukunan antar umat beragama di desa Banyutowo tidak lepas dari usaha organisasi pemuda masjid Al-Islah dan gereja imanuel untuk menyatukan warga meskipun berbeda suku, etnis dan keyakinan. Pada jajaran organisasi pemuda menjaga kebersamaan dan kerukunan warga. Peran organisasi pemuda masjid Al-Islah dan gereja Imanuel di desa Banyutowo yaitu membina warga desa Banyutowo untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama dan harmonisasi warga dan membangun sikap toleransi, rukun untuk menciptakan perdamaian. Untuk mewujudkan hidup yang damai organisasi pemuda masjid Al-Islah dan gereja Imanuel berkerjasama dengan tokoh-tokoh agama supaya program-programnya 2 Wawancara dengan kepala desa Banyutowo bpk Muktari Pada tanggal 22 Oktober 2016 68

terlaksana dengan baik. 3 Untuk menjaga keharmonisan hidup beragama organisasi pemuda masjid Al-Islah dan gereja Imanuel mengadakan kegiatan yaitu dialog antar umat beragama. 4 Peran penting organisasi pemuda masjid Al-Islah dan gereja Imanuel yaitu berupaya mencari cara yang tepat untuk mendamaikan Masyarakat yang berkonflik dengan warga yang berbeda agama dan menjaga sikap toleransi antar umat beragama untuk memperkokoh kerukunan antar umat beragama. 5 Masyarakat desa Banyutowo dengan adanya organisasi pemuda antar umat beragama telah sadar bahwa hidup bermasyarakat harus saling memahami, saling berbagi tanpa ada pilah-pilih membedakan antar golongan satu dengan yang lainnya khususnya yang berkaitan dengan kerukunan. Kerukunan merupakan sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin mengingkarinya, karena kerukunan merupakan Sunatullah. Ide tentang kerukunan di atas merupakan prinsip dasar ajaran agama. Ajaran ini harus diupayakan untuk ditransformasikan ke dalam masyareka supaya terciptanya suasana yang kondusif bagi kehidupan masyarakat. Alwi Shihab memberikan pengertian tentang konsep kerukunan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kerukunan tidak semata menunjukan pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun, yang dimaksud kerukunan adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Kerukunan agama dan budaya dijumpai dimana-mana, contoh kerukunan antar umat beragama di masyarakat. Dengan kata lain pengertian kerukunan adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut 3 Wawancara dengan ketua organisasi pemuda masjid Al-islah dan gereja imnuel Zainal Abidin Pada tanggal 28 Oktober 2016 4 Wawancara dengan bidang keagamaan Abdullah Nawawi pada tanggal 28 Oktober 2016 5 Wawancara dengan ketua organisasi pemuda masjid Al-islah dan gereja Imanuel Zainal Abidin Pada tanggal 24 Oktober 2016 69

bukan saja mengakui keberadaan dan hak agama lain berusaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan. b. Kerukunan harus dibedakan dengan kosmopolitasnisme. Kosmopolitanisme menunjuk pada suatu realitas dimana aneka ragam agama, ras dan bangsa hidup berdampingan disuatu lokasi. Disitu tumbuh keragaman agama, namun interaksi positif antar penduduk di bidang agama sangatlah minim atau sedikit. c. Konsep kerukunan tidak dapat disamakan dengan relativisme. Seorang relativisme berasumsi bahwa hal-hal yang menyangkut kebenaran atau nilai-nilai ditemukan oleh pandangan hidup serta kerangka berfikir seorang atau masyarakatnya. Sebagai konsekuensinya adalah bahwa agama apapun harus dinyatakan benar atau dengan kata lain semua agama adalah sama. d. Tidak dapat disamakan dengan relativisme. Seorang relativisme berasumsi bahwa hal-hal yang menyangkut kebenaran atau nilainilai ditemukan oleh pandangan hidup serta kerangka berfikir seorang atau masyarakatnya. Sebagai konsekuensinya adalah bahwa agama apapun harus dinyatakan benar atau dengan kata lain semua agama adalah sama. 6 Dengan beberapa pengertian diatas bahwa kerukunan itu bukan saling menjatuhkan akan tetapi saling menghormati dengan adanya perbedaan-perbedaan, yang ada dalam kehidupan beragama. Masyarakat desa Banyutowo faham dengan adanya intraksi antar umat beragama membangun kerukunan kepada masyarakat dan memperkuat tali silaturahmi, seperti yang dikatakan Durkheim 6 Alwi Shihab, Islam Inklusif,(Bandung, Mizan 1999)h.41-42 70

kerukunan adalah proses intraksi antar umat beragama yang membentuk ikatan-ikatan sosial yang tidak individualis. 7 Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan ditengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. 8 kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat harmonis harus dipertahankan dengan baik. Untuk menjaga keharmonisan kerukunan antar umat beragama, harus ada wadah yang menampung dan membina kerukunan antar umat beragama. 9 Untuk kerukunan antar umat beragama didesa Banyutowo ini pemuda antar umat beragama membentuk organisasi antar umat beragama untuk menjadi wadah dan melakukan pembinaan kerukunan antar umat beragama supaya tidak saling menggunggulkan agamanya dan tidak fanatik dengan agama, dengan adanya sifat fanatik dan saling menggulkan agama menimbulkan terjadinya konflik agama. Masyarakat desa Banyutowo mendukung adanya organisasi pemuda masjid Al-islah dan pemuda gereja Imanuel. Organisasi pemuda masjid Al-Islah dan gereja Imanuel ini ber tujuan untuk peningkatkan kualitas pemahaman dan pengalaman ajaran agama pada masyarakat, supaya masyarakat desa Banyutowo ini tidak hanya memahami agama hanya sebatas apa yang faham tetapi memahami agama lain. Di dalam organisasi pemuda ini meningkatkan pengelola potensi ekonomi keagamaan yang berkontribusi paada peninggkatan kesejahteraan masyarakat. Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya belumnya tidak dapat dicapai oleh individu 7 Musahadi HAM, Mediasi dan Resolusi Konflik di Indonesia,(Semarang, WMC,2007)h.52 8 Sudjangi, Profil Kerukunan Hidup Beragama,(Jakarta,lingkar pena,1996)h.32 9 Zaini Ahmad Noeh, Tata Cara Peribadatan dan Peristiwa Keagamaan,(Jakarta, Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama,20 10)h.171 71

secara sendiri. Dalam Organisasi perlu adanya hubungan manusia yang untuk mencapai kesuksesan organisasi. Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari perilaku organisasi. Dasar dari organisasi manusia secara sendiri sulit mewujudkan tujuannya. Dengan secara kelompok lebih memudahkan pencapaian tujuan dan munculnya suatu kerjasama dari individu-individu untuk membentuk organisasi. 10 Dengan pengertian diatas dapat dikatakan masyarakat akan menciptakan kehidupan yang harmonis, rukun, damai dengan adanya membinaan dari organisasi. Organisasi tidak dapat terwujud tanpa adanya dukungan masyarakat. Organisasi dan masyarakat harus berkerjasama untuk mempermudahkan terciptanya tujuan dari individu. 11 c. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi. Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia 10 Vithzal Rizal, Kepemimpinan dan perilaku Organisasi,(Jakarta,Raja Grafindo Press 2003)h. 89 11 M Manulang, Dasar-Dasar Manajemen,(Jakarta, Ghalia Indonesia 1983)h. 66 72

seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasiorganisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat.12 Dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama organisasi pemuda masjid Al-Islah dan Gereja Imanuel mengalami banyak hambatan untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Faktor-faktor yang menghambat terjadinya kerukunan antar umat beragama di Desa Banyutowo yaitu: a. Fanatisme Adanya sikap yang menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan menghina atau melecehkan agama lain, dan berusaha baik dalam konteks kepentingan strategis maupun politis mengurangi peran dan hak hidup agama lain tersebut. Dikarenakan kurangnya pengetahuan agama. Dan ingin agamanya ingin dinomer satukan atau diistimewakan. Baik dalam perilaku ataupun aksi agama yang dianutnya. b. Penyiaran Agama Apabila penyiaran bersifat agitasi dan memaksa kehendak bahwa agama sendirilah yang paling benar dan tidak mau memahami keberagamaan agama lain. Karena agama tidak bisa dipaksa. Apalagi seseorang yang sudah memiliki keyakinan tertentu. Dan bila dipaksakan akan menjadi sebuah konflik antar agama. c. Kurangnya sosialisasi antar umat beragama Masyarakat desa Banyutowo masih kurang mejalin silaturahim dengan masyarakat beda agama, masyarakat menggap bahwa bersilaturahim dengan masyarakat yang berbeda agama tidak satu arah denganya. 12 M. Hasanudin, Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Sebagai Pra Kondisi Pembangunan dan Usaha Memelihara dan Mengembangkan lembaga Keagamaan,(Jakarta: Departement RI Agama,1981)h. 10 73

d. Kecemburuan Sosial Dalam mendirikan tempat beribadah masyarakat desa Banyutowo harus disamakan. Maka sering menjadi konflik antar warga di desa Banyutowo terjadi karena tidak disamakan dalam mendirikan tempat beribadah. 13 e. Penyebaran agama Dorongan dari masing-masing pemuka agama di desa Banyutowo untuk menyebarkan agama kepada semua orang sehinga kadangkadang bisa menimbulkan terjadinya konflik antar uamt beragama. f. Rasa curiga. Masyarakat desa Banyutowo masih merasakan kecurigaan dari masing-masing pihak terhadap kejujuran pihak lain, baik antar umat beragama maupun dengan pemerintahan desa. 14 d. Solusi Dengan Hambatan Kerukunan Antar Umat Beragama. Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan Dialog Antar Pemeluk Agama dan menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar Umat beragama. Untuk mengatasi terjadinya suatu masalah dalam kediupan umat berama, perlu adanya beberapa hal: a. Mengedepankan persamaan. b. Saling percaya dan saling menghormati satu sama yang lain. c. Tidak mencampuri urusan akidah atau dogma dan ibadah sesuatu agama. d. Meningkatkan pemimpin agama dan pemimpin lokal untuk ketahanan dan kerukunan masyarakat bawah. 13 Hasil wawancara dengan penasehat Organisasi Kerukunan Antar Umat Beragama bpk Rustam Pada tanggal 27 Oktober 2016 14 Hasil Wawancara dengan ketua Organisasi Pemuda Masjid Imanuel dan gereja Imanuel dalam membina kerukunan Antar Umat beragama pada tanggal 21 Oktober 2016 74

e. Mengundang partisipasi semua kelompok dan lapisan masyarakat agama sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing, melalui kegiatan-kegiatan dialog, musyawarah, tatap muka, kerjasama sosial dan sebagainya. f. Membangun kembali sarana-sarana ibadah (Gereja atau Masjid) yang rusak di daerah yang masyarakatnya terlibat konflik, sehingga mereka dapat memfungsikan kembali rumah-rumah tersebut. 15 15 Wawancara dengan Bapak Rustam, pada tanggal 23 November 2016 75