BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN (Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II)

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1 Universitas Indonesia

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap


BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCEDURS (SOP) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA PENYELAMATAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

2018, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PENDAHULUAN ISTILAH 10/15/14

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat 1. Rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pasiennya secara khusus serta bagi masyarakat umum secara luas. Kualitas rumah sakit sangat ditentukan oleh dua faktor utama yaitu pelayanan oleh petugas rumah sakit dan bangunan serta prasarana dari rumah sakit itu sendiri. Dampak yang dapat ditimbulkan ketika kedua faktor tersebut tidak terpenuhi dangan baik adalah buruknya pelayanan rumah sakit baik dalam keadaan normal maupun saat terjadi bencana. Bencana yang terjadi di rumah sakit dalam hal ini berkaitan dengan bencana internal maupun bencana yang juga memberi ancaman bagi masyarakat umum. Bencana tersebut merupakan bagian dari kondisi kegawatdaruratan yang mungkin dialami rumah sakit. Bencana internal yang berpotensi terjadi di rumah sakit meliputi kebakaran, ledakan, serta tumpahan atau kebocoran gas berbahaya. Sementara bencana yang memberikan ancaman bagi masyarakat luas, termasuk rumah sakit pada umumnya merupakan bencana alam seperti gempa bumi, angin ribut, banjir, dan lain sebagainya (Saanin, 2010). Berdasarkan atas berbagai ancaman bencana yang mungkin dialami rumah sakit tersebut, maka setiap rumah sakit kemudian dituntut untuk 1

2 memiliki kesiapan dalam menanggulangi kondisi kegawatdaruratan terkait bencana yang mungkin terjadi. Berdasarkan ketentuan pada Pasal 7 Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dapat diketahui bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan. Bagi rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan maka tidak akan diberikan izin mendirikan, dicabut izinnya atau tidak diperpanjang izin operasional rumah sakitnya. Bencana yang dimaksud dalam hal ini adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis tertentu (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10, 2008). Apabila dilihat dari definisi tersebut maka istilah bencana tidak hanya merujuk pada bencana alam, tetapi juga bentuk bencana lain seperti misalnya kebakaran. Sistem pencegahan dan penanggulangan bencana di rumah sakit menjadi sangat perlu diwujudkan guna menjamin keamanan seluruh warga rumah sakit, termasuk pasien dan pengunjung ketika terjadi bencana. Sementara itu, menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyiapan Sarana dan Prasarana dalam Penanggulangan Bencana Pasal 1 ayat 2, salah satu kesiapan dari sistem pencegahan dan penanggulangan bencana di rumah sakit dapat dilihat pada kondisi sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana penganggulan

3 dalam menghadapi bencana tersebut merupakan alat-alat yang dipakai untuk mempermudah pekerjaan, pencapaian maksud dan tujuan, serta upaya yang digunakan untuk mencegah, mengatasi, dan menanggulangi bencana. Apabila dikaitkan dengan rumah sakit, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menanggulangi bencana dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 11 Undang- Undang No. 44 tentang Rumah sakit, yaitu: 1. Prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran. 2. Prasarana petunjuk, standar, dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat. Sementara itu, dalam ketentuan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (KMK No. 1087 Tahun 2010), dapat diketahui beberapa sarana dan prasarana untuk penanggulangan bencana terdiri dari beberapa bagian dan seluruhnya harus memenuhi standar teknis. Misalnya adalah jalur yang melandai (ramp) untuk evakuasi dengan lebar miminal 140 cm dan semakin lebar ke arah koridor serta harus dilengkapi pegangan rambatan, adanya instalasi penangkal petir, serta tersedia jalur kursi roda dengan permukaan stabil dan tidak licin. Sementara untuk penanggulangan kebakaran, setiap rumah sakit secara teknis harus memiliki hidran dengan air yang cukup, tersedia alat pemadam api ringan, serta adanya alarm kebakaran otomatis. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu bentuk bencana yang dapat terjadi di rumah sakit adalah bencana kebakaran. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat 926 kasus kebakaran yang terdiri dari 925 kasus kebakaran pada

4 pemukiman penduduk dan 1 kasus kebakaran pada rumah sakit yang terjadi di Indonesia dari tahun 2011-2014. Dari total 926 kasus kebakaran tersebut, terdapat 4 kasus kebakaran yang terjadi di Yogyakarta sepanjang tahun 2012-2013. Meskipun sebagian besar kasus kebakaran tersebut terjadi di pemukiman penduduk, namun harus tetap diwaspadai karena sekitar 90% dari penyebab kebakaran adalah sambungan pendek arus listrik yang merupakan salah satu pemicu kebakaran di rumah sakit (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2014). Dalam hal ini, rumah sakit merupakan salah satu bangunan yang memiliki risiko tinggi akan terjadinya bencana kebakaran. Tingginya risiko kebakaran di rumah sakit selain dipicu oleh sambungan pendek arus listrik juga dapat dipicu oleh penggunaan peralatan listrik, penggunaan tabung gas bertekanan, serta penggunaan berbagai macam bahan kimia baik cair maupun padat yang bersifat flammable, korosif, dan harmful. Banyaknya sumber potensi bahaya kebakaran tersebut kemudian membuat rumah sakit menjadi bangunan yang cukup tinggi risiko kebakarannya. Terlebih lagi bahwa sebagian penghuni rumah sakit merupakan orang sakit tersebut yang tidak mampu melayani dan menyelamatkan dirinya sendiri apabila terjadi kebakaran (Hesna et al., 2009). Oleh sebab itu, kesiapan rumah sakit dalam menanggulangi bencana kebakaran menjadi sangat diperlukan. Salah satu rumah sakit yang dalam hal ini juga harus memiliki kesiapan penanggulangan bencara kebakaran adalah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Berdasakan hasil observasi awal yang telah penulis

5 lakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, dapat diketahui bahwa kesiapan sarana prasarana penanggulangan bencana kebakaran di rumah sakit tersebut masih minim. Hal demikian dapat dilihat dari masih minimnya jumlah alat pemadam api ringan pada bangunan rumah sakit dan hidran di kawasan parkir rumah sakit. Sementara itu, risiko bencana kebakaran di rumah sakit tersebut tentu cukup tinggi mengingat banyaknya frekuensi penggunaan tabung gas bertekanan serta adanya berbagai macam bahan kimia baik cair maupun padat yang bersifat mudah terbakar. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat permasalahan terkait dengan kesiapan sarana dan prasarana RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam menghadapi bencana kebakaran. Guna mengetahui kesiapan sarana dan prasarana RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam menghadapi bencana kebakaran lebih lanjut, maka diperlukan penelitian secara lebih mendalam di rumah sakit tersebut. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi sarana dan prasarana rumah sakit dalam menghadapi bencana kebakaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit dalam Menghadapi Bencana Kebakaran (Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana kesiapan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU

6 Muhammadiyah Yogyakarta Unit II?. Rumusan masalah utama tersebut selanjutnya akan diturunkan dalam beberapa pertanyaan penelitian yang lebih operasional sebagai berikut: 1. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II? 2. Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana penanggulangan bencana kebakaran yang telah tersedia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II? 3. Apa faktor pendukung serta penghambat kesiapan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Menganalisis kesiapan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis kelengkapan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. b. Menganalisis pemanfaatan sarana dan prasarana penanggulangan bencana kebakaran yang telah tersedia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

7 c. Mengidentifikasi faktor pendukung serta penghambat kesiapan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. D. Manfaat Penelitian Berikut merupakan beberapa manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu manajemen rumah sakit. b. Menjadi bagian yang dapat melengkapi penelitian terdahulu serta menjadi referensi dari penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan topik. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi bahan masukan bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dalam melakukan evaluasi sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran. b. Memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.