BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Zimmerman (1960) yang menjelaskan tentang kebijakan akuntansi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan. alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya dan

BAB I PENDAHULUAN. (Specific Identification Method), Metode FIFO (Fist In First Out), Metode LIFO

BAB I PENDAHULUAN. internal perusahaan, melainkan juga pihak eksternal yang menggunakan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menuntut perusahaan untuk dapat bertindak secara efektif, efisien dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Accounting Positive Theory)

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ni Putu Lestari dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015)

BAB I PENDAHULUAN. Cepatnya perkembangan bisnis di Indonesia menyebabkan banyak. baru yang tumbuh membuat persaingan menjadi semakin ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan salah satu bagian yang penting dalam aktivitassetiap

BAB I PENDAHULUAN. barang atau jasa (input) yang akan dijual kepada pelanggan. Pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. potensial sebagai sumber kas. Persediaan juga memiliki peran penting sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persediaan merupakan salah satu aset yang memiliki nilai yang cukup UKDW

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14 (revisi

Sri Ayem Agus Pratama Putra Harjanta

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba seoptimal mungkin serta untuk memaksimalkan

LUTHFIA RIQIFIDHIA Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang URL : http : // dinus.ac.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk tujuan itu (Fess et al, 2006:452). Menurut PSAK No. 14, persediaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan. Persediaan dapat ditemukan pada perusahaan dagang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

HALAMAN SAMPUL DEPAN

Materi: 7 INVENTORIES (PERSEDIAAN) (PENILAIAN, ESTIMASI & PERPUTARAN PERSEDIAAN)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan. Dalam perusahaan sering kita dengar istilah principle dan agency.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

Economic Value Added (EVA)

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

FAKTOR UKURAN PERUSAHAAN, VARIABILITAS PERSEDIAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, FINANCIAL LEVERAGE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut, suatu perusahaan harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Statement of financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1 bahwa informasi

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur

PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil akan. mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan nilai

¹Fitria Purwita Sari, ²Leny Suzan

P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada laporan laba rugi (Saidi dalam Christian, 2011). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang posisi keuangan, performa, dan arus kas yang bermanfaat bagi UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan operasi jual beli untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan mempunyai tujuan tertentu. Menurut teori akuntansi positif, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lainnya, namun perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan adanya kebebasan itulah, maka menurut Scott (2000) manajer mempunyai kecenderungan melakukan suatu tindakan yang menurut teori akuntansi positif dinamakan sebagai tindakan oportunis (opportunistic behavior). Jadi, tindakan oportunis adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dan memaksimumkan kepuasan perusahaan tersebut (Setiyanto, 2012). Dari definisi diatas, peneliti dapat melihat hubungan teori akuntansi positif (positive accounting theory) dengan penelitian ini. Seperti yang sudah dijelaskan, dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory) ada berbagai motivasi yang mendorong untuk mendapatkan laba semaksimum mungkin. Salah satu cara yang dapat ditempuh manajer

adalah dengan menyesuaikan antara metode akuntansi persediaan yang digunakan dengan kondisi ekonomi yang sedang terjadi sehingga dapat meningkatkan laba atau menurunkan laba untuk mengurangi pajak yang harus dibayarkan (Setiyanto, 2012). 2.1.2 Persediaan a. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan jenis aset-aset produktif yang dimiliki oleh perusahaan, karena persediaan ini merupakan aset yang mempunyai keterkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan. Jika tingkat perputaran aset persediaan lambat, maka dapat dipastikan proses perolehan pendapatan perusahaan lambat pula dan sebaliknya, jika perputarannya cepat maka proses perolehan pendapatan perusahaan juga cepat. Menurut PSAK No.14 (IAI, revisi 2012) : Persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, aset dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. b. Metode Penilaian Persediaan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (IAI, Revisi 2012) yang berkaitan dengan persediaan, menyatakan bahwa untuk persediaan hanya menggunakan dua metode, yaitu FIFO (First In First Out) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) dan biaya rata-rata (Average Cost Method). Pernyataan ini menyiratkan bahwa memilih metode akuntansi

disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan pajak, yang menyatakan hal serupa. Menurut PSAK No.14 (IAI, Revisi 2012) bahwa Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual atau dipakai. Persediaan harus dihitung berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah. Persediaan tidak lagi diperkenankan menggunakan rumus biaya Last In First Out. Menurut PSAK No.14 (IAI, Revisi 2012) : MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama) mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi. Menurut PSAK No.14 (IAI, Revisi 2012) : Biaya rata-rata merupakan biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit serupa pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan

secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman bergantung pada keadaan entitas. c. Pemilihan Metode Persediaan Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan metode penilaian persediaan. Menurut Haryono Jusup (2005) dalam Srimonah dan Sulistyawati (2010) ada tiga faktor yang menjadi alasan yang mendasari pemilihan metode penilaian persediaan, yaitu: pengaruh terhadap neraca, pengaruh terhadap laporan laba rugi, dan pengaruh pajak. 2.1.3 Variabilitas Persediaan Variabilitas persediaan merupakan nilai akhir persediaan suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki persediaan yang bervariasi, akan memiliki laba yang bervariasi pula. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki laba yang bervariasi, cenderung memilih metode yang dapat meningkatkan laba yang akan dilaporkan yaitu dengan menggunakan metode FIFO (Saripudin, 2010). Variabilitas persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan akhir dalam neraca, variabilitas yang tinggi menujukkan bahwa penyajian persediaan heterogen. Variabilitas persediaan metode FIFO secara signifikan lebih besar. Sedangkan nilai persediaan akhir average lebih stabil yang senantiasa dipengaruhi perubahan harga. Investor cenderung memilih metode average yang menghasilkan informasi lebih stabil dan mampu memprediksi dibandingkan FIFO (Sangadah, 2014).

Perusahaan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata yang dihasilkan lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan pajak (tax saving). Sedang pada perusahaan yang variabilitas persediaan tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga laba menjadi lebih besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma Taqwa, dkk, (2003) dalam Srimonah dan Sulistyawati (2010)). 2.1.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah rata rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, (2001: 50) dalam Sangeroki (2013)). Terdapat beberapa proksi yang digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Cara yang ditempuh perusahaan dalam meningkatkan atau menurunkan laba salah satunya adalah dengan metode persediaan sesuai dengan kondisi yang terjadi. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, dengan demikian perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Oleh karena itu, perusahaan besar akan mempertimbangkan banyak faktor dalam memilih metode penilaian persediaan yang akan

digunakan dalam mencatat persediaan yang ada (Kiki dan Setijaningsih, 2011). Kecenderungan metode akuntansi persediaan yang akan digunakan perusahaan besar adalah metode rata-rata yang bisa menurunkan laba. Penggunaan metode rata-rata selain bisa menghindari biaya politik (political cost) juga memperoleh penghematan pajak (tax saving). Dana dari perusahaan besar umumnya diperoleh dari investor dan investor lebih menyukai perusahaan dengan pajak yang lebih kecil. Sedangkan pada perusahaan kecil, untuk mendapatkan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja yang bagus. Salah satu cara untuk menaikkan laba dengan kecenderungan menggunakan metode akuntansi persediaan FIFO. Hal ini dapat meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja perusahaan terlihat baik (Kiki dan Setijaningsih, 2011). 2.1.5 Margin Laba Kotor Margin laba kotor merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan mempengaruhi kebijakan manajemen untuk mempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah HPP yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar (Sangadah, 2014).

Metode margin laba kotor digunakan untuk menguji kewajaran perhitungan persediaan, yang biasanya dilakukan oleh akuntan pemeriksa dan menentukan taksiran kerugian atas persediaan. Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Margin laba kotor merupakan perbandingan antara laba kotor dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan itu rendah (Machfoedz (1999 : 250) dalam Sangeroki (2013)). 2.1.6 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor ( Jahera dan Aurburn, (1996) dalam Indrayani (2012). Dalam pemilihan metode penilaian persediaan antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan. Masing-masing pihak berusaha memaksimalkan kesejahteraannya. Pemilik memilih metode rata-rata dan manajer akan memilih metode FIFO agar memperoleh laba yang besar sehingga kompensasi yang akan diterima juga akan menjadi besar. Bila manajer memiliki presentase kepemilikan saham yang kecil, cenderung memilih metode FIFO yang memberikan laba lebih besar, sehingga bonus yang diterima juga menjadi besar. Sebaliknya bila manajer memiliki saham dengan persentase yang lebih besar, akan memilih metode rata-rata agar

bisa memperoleh tax saving (Salma Taqwa dkk (2003) dalam Syailendra (2014)). Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki (Indrayani, 2012). 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu. Adapun beberapa penelitian tersebut antara lain : Penelitian Syailendra (2014) menyimpulkan bahwa variabilitas persediaan berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil yang sama juga dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sangadah (2014) dan Hutahaean dan Muda (2014). Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Srimonah dan Sulistyawati (2010) yang menyimpulkan bahwa variabilitas persediaan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Penelitian Sangeroki (2013) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini serupa dengan penelitian Setiyanto (2012), Srimonah dan Sulistyawati (2010), dan Marwah (2010). Sedangkan penelitian Sangadah (2014) dan Hutahaean dan Muda (2014) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

Pada penelitian Habel (2010) menyimpulkan bahwa margin laba kotor berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan penelitian oleh Sangadah (2014), Sangeroki (2013), dan Setiyanto (2012) menyimpulkan bahwa margin laba kotor tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Penelitian Syailendra (2014) menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan dalam penelitian Srimonah dan Sulistyawati (2010) menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian teoritis dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : VARIABILITAS PERSEDIAAN (X1) UKURAN PERUSAHAAN (X2) MARGIN LABA KOTOR (X3) H 1 (-) H 2 (+) H 3 (-) H 4 (+) METODE PENILAIAN PERSEDIAAN (Y) STRUKTUR KEPEMILIKAN (X4) Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian 2.4.1 Pengaruh Variabilitas Persediaan terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Variabilitas persediaan merupakan nilai persediaan. Semakin kecil variasi nilai persediaan maka variasi terhadap labanya juga akan kecil. Variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Karena, pemilihan metode persediaan yang berbeda akan menghasilkan nilai persediaan yang berbeda. Ketika perusahaan ingin menaikkan laba, maka perusahaan dapat menggunakan metode FIFO. Ketika perusahaan ingin menurunkan laba agar laporan keuangan tampak rata dan mengurangi biaya pajak, maka metode persediaan yang digunakan adalah metode rata-rata (Setiyanto, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syailendra (2014) menyimpulkan bahwa variabilitas persediaan berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H 1 : Variabilitas persediaan berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan 2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Kecenderungan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan besar adalah metode rata-rata yang dapat menurunkan laba dan

biaya pajak. Kondisi ini ada dengan asumsi bahwa transfer kekayaan bagi perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Transfer kekayaan yang secara langsung dilakukan adalah pembayaran pajak. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan besar cenderung memilih metode rata -rata karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO. Penggunaan metode rata-rata selain bisa memperoleh penghematan pajak, juga bisa menghindari political cost atau biaya politis. Hasil penelitian yang dilakukan Sangeroki (2013) dan Marwah (2010) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H 2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan 2.4.3 Pengaruh Margin Laba Kotor terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Margin laba kotor dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Margin laba kotor merupakan perbandingan antara laba kotor dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan itu rendah (Machfoedz, (1999 : 250) dalam Sangeroki, (2013)).

Penelitian mengenai margin laba kotor telah diuji Habel (2010) yang menyimpulkan bahwa margin laba kotor berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H 3 : Margin laba kotor berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan 2.4.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Struktur kepemilikan dalam perusahaan sering menimbulkan adanya konflik kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham atau biasa disebut dengan agency theory. Pemilihan metode persediaan merupakan suatu contoh yang baik untuk menjelaskan bagaimana konflik terjadi antara manajer dan pemegang saham (Syailendra, 2014). Bila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang kecil pada suatu perusahaan maka manajer mempunyai kecenderungan memilih metode FIFO. Sebaliknya bila manajer memiliki saham dengan persentase yang relatif besar, maka manajer akan memilih metode rata-rata. (Salma Taqwa, dkk (2003) dalam Srimonah dan Sulistyawati (2010)). Dengan alasan tersebut diasumsikan pemegang saham berusaha agar manajer memilih suatu metode penilaian persediaan yang dapat meminimumkan pajak pendapatan (Syailendra, 2014).

Penelitian mengenai struktur kepemilikan telah diuji oleh Syailendra (2014) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut: H 4 : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan