1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa perbedaaan dapat diintegrasikan dalam suatu wadah kebudayaan bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan karakter setiap individu.dan pada prinsipnya merupakan hasil budi dari daya manusia dalam mengatasi berbagai kesulitan hidup untuk menggairahkan hidupnya serta mewujudkan kebahagiaan sejati. Sedangkan kebudayaan itu sendiri berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar (Koentjaraningrat, 1987 : 9). Hasil pemikiran manusia selalu berkembang khususnya tentang tradisi kesenian yang tumbuh memberikan esensi positif terhadap kehidupan bermasyarakat. Koentjaraningrat (2002: 2) menjelaskan mengenai wujud kebudayaan itu sendiri dapat dibagi ke dalam tujuh unsur yang bersifat universal, antara lain: sistem religi, organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup, serta teknologi dan peralatan. Musik tradisi sebagai salah satu unsur kesenian masyarakat tentunya adalah bagian dari kebudayaan yang telah terwariskan turun temurun. Menurut Aristoteles (via Prier, 1991 : 40) musik merupakan suatu tiruan seluk beluk hati dengan mempergunakan melodi dan
2 irama yang dapat mengungkapkan rasa musikalitas manusia secara langsung. Jadi proses seni yang dilakukan oleh masyarakat terbentuk oleh suasana hati individual dan kondisi di sekitar masyarakat itu di sekitarnya. Berbicara mengenai kebudayaan, kita tidak terlepas dari pokok bahasan kesenian maupun pengertian tentang seni itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1990 : 206), kesenian merupakan suatu yang hidup sejalan dengan mekarnya rasa keindahan yang tumbuh dalam sanubari manusia dari masa ke masa, dan hanya dapat dinilai dengan ukuran rasa. Dengan demikian, dalam memahami kesenian unsur keindahan sangat diperlukan dalam memaknai kesenian itu apakah dapat dirasakan dengan baik atau tidak. Pendapat lain juga mengemukakan kesenian adalah segala hasil cipta manusia yang mengandung nilai seni (Sunarko, 1989 : 2). Sedangkan seni itu sendiri merupakan salah satu perwujudan dari suatu kebudayaan yang masih tetap berkembang di masyarakat. Seni sering sekali diartikan sebagai sesuatu hal yang mengandung unsur unsur keindahan. Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang tidak lepas dari musik dan dimiliki setiap daerah di Indonesia dimana mengusung musik tradisional. Sifat khas dimiliki setiap musik tradisonal, memiliki sifat khusus yaitu kesenian dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa mengenal suku dan kebangsaannya, salah satunya yaitu Phek Bung. Phek Bung adalah musik tradisi dari Bantul. Istilah Phek Bung muncul karena alat musik yang dipakai mengeluarkan suara dominan menyerupai phek dan bung. Phek berasal dari alat musik bambu, sedangkan bung dari tembikar (klenthing wadah air) yang diberi penutup dari karet ban. Cikal bakal musik ini
3 muncul pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942. Berawal dari pemuda di desa desa yang wajib melakukan ronda malam dan mengisi waktu senggang mereka berkumpul di pos ronda dengan memukul kentongan sehingga membentuk sebuah irama. Kegiatan di malam ronda itu terus berlanjut dengan alat yang semakin bertambah meski tetap sederhana. Pertama memakai kenthongan bernama ronda thek thek, thek thek adalah sebutan untuk ronda yang hanya memakai satu instrument yang sama yaitu kenthongan. Setelah itu ditambah alat bumbung besar berubah namanya menjadi thoklik (perkembangan dari ronda thek thek yang ditambah dengan satu instrument tiup yaitu bass bumbung). Perkembangan selanjutnya setelah memakai klenthing (instrument pukul yang terbuat dari gerabah yang dibalut dengan karet ban) namanya menjadi Phek Bung. Pada tahun 1950-an kelompok musik Phek Bung muncul di banyak desa. Selain kentongan, bass bumbung dan klenthing, mereka juga memakai seruling sebagai melodi. Pada saat itu mereka menyanyikan lagu lagu perjuangan seperti Merdeka, Indonesia Pusaka dan sebagainya dengan diiringi tarian. Format musik yang diusung lebih ke arah penggabungan antara musik campursari, dangdut, langgam dan lain lain. Jumlah pemain dalam musik Phek Bung adalah 11 orang, memainkan instrumen klenthing, erek erek, suling, ting ting (triangle), kenthongan, bass bumbung dan vokal. Keistimewaan yang dimiliki Phek Bung adalah menggunakan instrumen perkusi yang semuanya dibuat sendiri dan bahan didapat dari lingkungan sekitar, serta penggunaan gerabah sebagai kendang. Dari semua alat yang dipakai hanya satu yang bernada yaitu suling, instrument lainnya
4 menggunakan instrumen perkusi tak bernada. Dari kombinasi semua alat itu menjadikan Phek Bung berbeda dari musik yang lain. Suasana politik pasca peristiwa 30 September 1956 membuat perkembangan musik Phek Bung menyurut dan membuat kelompok kelompok yang ada terus menghilang sampai sekarang. Pengetahuan tentang kesenian PhekBung yang sampai saat ini didominasi oleh orang tua dengan metode penyampaian lisan dikhawatirkan apabila generasi tua sudah tidak ada, maka akan terputus pelestarian dari kesenian Phek Bung tersebut. Respon masyarakat terhadap kesenian ini masih sangat sedikit dan belum pernah ada yang membahas kesenian ini secara mendalam. Jadi sampai saat ini belum tersedia data-data yang cukup lengkap mengenai kesenian ini. Musik yang sederhana ini tidak populer di kalangan anak muda dan musisinya, banyak yang sudah meninggal. Beruntunglah masih ada yang sanggup bertahan tapi entah sampai kapan (Jemek Supardi). Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta bekerjasama dengan Taman Budaya Yogyakarta mengadakan kegiatan revitalisasi Seni Musik Phek Bung agar kesenian ini tidak punah dan dapat hidup kembali, berkembang ditengah-tengah masyarakat pendukungnya. Keadaan musik Phek Bung yang terancam punah saat ini memerlukan perhatian dari pemerintah, khususnya Yogyakarta, sehingga eksistensi keberadaan musik tradisional ini tetap ada. Perlunya penelitian lebih lanjut terhadap musik Phek Bung tentunya untuk mengungkap bentuk dari musik yang diusung dengan
5 keunikan tersendiri, baik dari segi teknik permainan instrumen maupun fungsi musik tradisionalnya. Dengan mengetahui teknik permainan instrumen dan fungsi musik tradisional dari musik Phek Bung, hal ini akan memberikan pengetahuan yang lebih bagi generasi penerus untuk mempelajari kesenian Phek Bung secara maksimal. Dengan latar belakang peneliti sebagai pekerja seni dan mahasiswa di UNY khususnya di Jurusan Pendidikan Seni Musik, penelitian yang juga mencakup teknik permainan instrumen dan fungsi musik tradisional yang digunakan dalam permainan Phek Bung tentunya akan menambah pengetahuan dan kemampuan (skill) dari peneliti dan pembaca. Hal utama yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul tentang kesenian daerah Phek Bung dikarenakan belum pernah ada yang membahas dan mendokumentasikan secara detail dan mendalam. Oleh karena itu, dengan adanya pembahasan tentang kesenian Phek Bung Yogyakarta dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau dokumentasi tambahan sebagai upaya pelestarian kesenian daerah khususnya Bantul dan DIY. Selain bermanfaat bagi penulis, tentunya diharapkan pula agar generasi muda Yogyakarta dapat termotivasi untuk dapat belajar mengenai kesenian tradisi Phek Bung ini agar tetap terjaganya kesenian tradisional dalam perkembangan jaman yang semakin pesat dalam era globalisasi saat ini. B. Fokus Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa musik Phek Bung hingga saat ini masih tetap bertahan walaupun
6 keberadaannya sudah mulai menghilang diantara jaman yang berkembang saat ini. Oleh karena itu dalam upaya untuk mengangkat kembali dan menumbuhkan minat kembali warga masyarakat terhadap musik Phek Bung serta menerangkan atau menjelaskan kepada masyarakat tentang cara bermain instrumennya, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan yaitu tentang teknik permainan instrumen dan apa saja fungsi dari musik tradisional Phek Bung dalam masyarakat. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah yang telah diuraian di atas, rumusan masalah dituliskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah teknik permainan instrumen kesenian Phek Bung di desa Wijirejo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimanakah fungsi musik tradisional Phek Bung di desa Wijirejo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan secara umum dari penelitian ini ialah untuk memberi wawasan dan penjelasan tentang keberadaan suatu bentuk musik tradisional yaitu musik PhekBung yang telah ada sejak dulu di kalangan masyarakat Bantul. Sedangkan tujuan secara khusus dari penelitian ini ialah :
7 1. Untuk mendeskripsikan tentang teknik permainan instrumen pada musik tradisional Phek Bung. 2. Mendeskripsikan tentang fungsi dari musik tradisional Phek Bung di masyarakat. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian semoga bermanfaat sebagai penambah wawasan bagi pembaca secara teoritis dan praktis. 1. Secara teoritis a. Menyampaikan hasil penelitian tentang teknik permainan instrumen dan fungsi musik tradisional Phek Bung b. Sebagai tambahan wawasan dan bahan apresiasi bagi Civitas Akademika Universitas Negeri Yogyakarta khususnya mahasiswa Pendidikan Seni Musik, dengan menjadikan penelitian kesenian Phek Bung ini sebagai acuan peningkatan apresiasi musik khususnya musik tradisional. c. Masyarakat daerah Yogyakarta khusunya Bantul agar penelitian ini dijadikan sebagai bahan referensi buku tentang kesenian tradisonal Yogyakarta. d. Masyarakat umum di luar daerah sebagai pengenalan musik tradisional Yogyakarta dan peningkatan apresiasi musik tradisional. 2. Secara praktis a. Memotivasi para pemain kesenian Phek Bung dalam mengembangkan kreasi bermusik. b. Menambah pengalaman musikal bagi pemain kesenian Phek Bung.