Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE NOVEMBER 2016)

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE FEBRUARI 2017)

PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE SEPTEMBER 2017)

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE OKTOBER 2016)

POTENSI PEMANFAATAN INFORMASI PRAKIRAAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG SISTEM USAHA TAMBAK UDANG DAN GARAM DI KABUPATEN INDRAMAYU KIKI KARTIKASARI

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE APRIL 2017)

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate.

PRAKIRAAN KONDISI IKLIM DI INDONESIA (UPDATE MARET 2017)

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II FEBRUARI 2017

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

ANALISIS ANOMALI CURAH HUJAN FEBRUARI 2018 DALAM KAITAN TERJADINYA KARHUTLA DI KALBAR. Fanni Aditya, Firsta Zukhrufiana Setiawati, Ismaharto Adi

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PREDIKSI LA NINA OLEH 3 INSTITUSI INTERNASIONAL DAN BMKG (UPDATE 03 JANUARI 2011)

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III FEBRUARI 2017

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I FEBRUARI 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

VARIABILITAS MUSIM HUJAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN I MARET 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II JUNI 2017

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

I. INFORMASI METEOROLOGI

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

I. INFORMASI METEOROLOGI

MENGHITUNG DIPOLE MODE INDEX (DMI) DAN KORELASINYA DENGAN KONDISI CURAH HUJAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN FEBRUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI MALIKUSSALEH-ACEH UTARA. Oleh Febryanto Simanjuntak S.Tr

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I JANUARI 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

STUDI DAMPAK EL NINO DAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) TERHADAP CURAH HUJAN DI PANGKALPINANG

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III DESEMBER 2017

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA

ANALISIS KEJADIAN EL-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS CURAH HUJAN DI WILAYAH JABODETABEK SELAMA PERIODE PUNCAK MUSIM HUJAN TAHUN 2015/2016

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Transkripsi:

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah Yohana Fronika a, Muhammad Ishak Jumarang a*, Andi Ihwan a ajurusanfisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan AlamUniversitasTanjungpura Jalan Prof. Dr. HadariNawawi, Pontianak, Indonesia *Email : IshakJumarang@physics.untan.ac.id Abstrak Dampak dari fenomenadipole Mode(DM) danel Nino Southern Oscillation(ENSO) mempengaruhi tingkat curah hujan sehingga dapat mempengaruhiawal tanam dan masa tanam. Penelitian ini mengkaji dampak DM dan ENSO terhadap awal tanam dan masa tanam berdasarkan variabilitas curah hujan Kabupaten Mempawah. Analisis data curah hujan dilakukan berdasarkan tahun-tahun kejadian DM(+), DM(-), El Nino dan La Nina,dari tahun 1983 s.d. 1999 menggunakan metode Ranking. Hasil analisis menunjukkan bahwa awal tanam dan masa tanam pertama (Gardu) cenderung mengalami pergeseran lebih awal satu bulan atau tiga bulan dari patokan masa tanam Gardu.Sedangkan awal tanam dan masa tanam kedua (Bendengan) tidak mengalami pergeseran. Kata Kunci: Awal Tanam, Masa Tanam, Curah Hujan, Dipole Mode, ENSO 1. Pendahuluan Fenomena Dipole Mode (DM) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO) memiliki dampak terhadap variabilitas curah hujan di Kalimantan Barat (Kalbar). Variabilitas curah hujan yang tinggi sangat berpengaruh terutama di bidang pertanian karena sebagian besar kegiatan pertanian sangat tergantung pada curah hujan. Oleh karena itu curah hujan yang tinggi di Kalbar mempunyai dampak terhadap awal dan lama masa tanam. Dipole Mode merupakan suatu fenomena terjadinya penyimpangan suhu permukaan air laut yang berlawanan di Samudera Hindia khususnya di sebelah Selatan Hindia yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut yang tidak normal di perairan Indonesia, khususnya di wilayah pantai barat Sumatera. ENSO merupakan peristiwa EL Nino yang berkaitan dengan Southern Oscillation Index (SOI) atau Index Osilasi Selatan dan terjadi di daerah Samudera Pasifik. ENSO terdiri dari dua fase yaitu fase panas (SOI bernilai negatif) atau yang biasa disebut denganel Nino dan fase dingin (SOI bernilai positif) atau yang dikenal dengan La nina.penelitian sebelumnya yangmenjelaskan bahwa fenomena ENSO dan DM memiliki dampak terhadap waktu tanam dan masa tanam padi pada daerah dengan pola curah hujan yang berbeda [1]. Fenomena Indian Oceans Dipole Mode (IODM) danel Nino Southern Oscillation(ENSO) mempunyai hubungan terhadap curah hujan, awal tanam dan masa tanam. Awal dan lama masa tanam ditentukan dari distribusi curah hujan 75%, awal masa tanam ditentukan ketika tinggi curah hujan peluang 75% mencapai 100 mm/bulan atau lebih [2]. Dalam Penelitian ini mengkaji dampak dari fenomena Dipole Mode (DM) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO) terhadap awal tanam dan masa tanam khususnya Kabupaten Mempawah baik pada kejadian tunggal (DM(+), DM(-), El Nino serta La Nina) dan kejadian dengan La Nina, DM(-) dengan El Nino dan DM (-) dengan La Nina. 2. Metodologi Data yang digunakan berupa data sekunder curah hujan, Southern Oscillation Index (SOI) dan Dipole Mode Index (DMI) dari tahun 1983 s.d 2009 untuk Kabupaten Mempawah. Data curah hujan diperoleh dari kantor BMKG Stasiun Klimatologi Pontianak, Kalimantan Barat sedangkan data SOI diperoleh dari website Biro Meterologi Australia (BOM) [3],data DMI diperoleh dari Jamstec [4]. Pengolahan data dilakukan dengan memisahkan tahun-tahun kejadian DM(+), DM(-), El Nino dan La Nina secara berturut-turut selama tiga bulan atau lebih. Selanjutnya untuk mengkaji awal tanam dan masa tanam ditentukan dengan melihat peluang curah hujan yang digunakan di bidang Pertanian yaitu 75% (p>75%), untuk mendapatkan peluang 75% digunakan Metode Ranking [5]. 1 1

Data curah hujan diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil, setelah mendapatkan peluang 75%, data tersebut diurutkan dari Januari sampai dengan Desember berdasarkan peluang curah hujan 75%. Hasil rata-rata peluang curah hujan 75% itu yang digunakan untuk menentukan awal tanam dan masa tanam Kabupaten Mempawah. Analisis hubungan curah hujan, DM dan ENSO Kabupaten Mempawah, yaitu: 1. Analisis hubungan curah hujan, DM dan ENSO terhadap awal tanam dan masa tanam berdasarkan hasil dari peluang curah hujan 75%. 2. Analisis awal tanam dan masa tanam pada kejadian tunggal (Dm(+), DM(-), El Nino dan La Nina). 3. Analisis awal tanam dan masa tanam pada kejadian bersamaan (DM(+) dengan El Nino, DM(+) dengan La Nina, DM(-) dengan El Nino dan DM(-) dengan La Nina. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah Hasil peluang rata-rata curah hujan 75% Kabupaten Mempawah pada Tabel 1, nilai ratarata peluang curah hujan 75% Kabupaten Mempawah sebesar 266,17 mm. Nilai ini digunakan untuk menentukan awal tanam dan masa tanam pada kejadian tunggal yaitu (DM(+), DM(-), El Nino serta La nina) dan kejadian dengan La Nina, DM(-) dengan El Nino dan DM(-) dengan La Nina). Mulai Studi Literatur Pengumpulan data CH, DMI dan SOI Penentuan Peluang CH 75% Kabupaten Mempawah DM(+), DM(-) El Nino dan La Nina DM(+) dengan El Nino DM(+) dengan La Nina DM(-) dengan El Nino DM(-) dengan La Nina Penentuan Awal Tanam dan Masa Tanam Analisis Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian 2 2

Tabel 1. Hasil Peluang Rata-Rata Curah Hujan Peluang 75% Kabupaten Mempawah Bulan CH (mm) Peluang 75% CH (mm) Januari 745,67 349 Februari 421,75 297 Maret 599,25 202 April 679,25 614 Mei 600,42 147 Juni 440,17 140 Juli 472,17 213 Agustus 390,42 207 September 475,58 132 Oktober 768,5 302 November 764,58 334 Desember 649,33 257 Total CH (mm) 7007,08 Rata-rata CH (mm) 583,92 Total CH (mm) Peluang 75% 3194 Rata-rata CH (mm) Peluang 75% 266,17 3.2 Awal Tanam dan Masa Tanam pada Kejadian DM(+) Kabupaten Mempawah Tahun-tahun kejadian DM(+) berdasarkan hasil pengelompokkan data curah hujan yaitu terjadi pada tahun 1983, 1987, 1988, 1991, 1994, 1997, 1998, 2000, 2001, 2002, 2006, 2007, 2008, dan 2009.Berdasarkan hasil pengelompokkan curah hujan pada kejadian DM(+) Kabupaten Mempawah dari Januari s.d. Desember, dapat diketahuiawal tanam dan masa tanam rata-rata yang pertama (Gardu) terjadi pada bulan Maret dan berlangsung selama dua bulan. Awal tanam dan masa tanam yang pertama bergeser lebih awal satu bulan dari patokan masa tanam Gardu. Awal tanam yang kedua (Bendengan) yang sesuai dengan hasil rata-rata terjadi pada bulan Oktober selama tiga bulan berturut-turut, awal tanam dan masa pergeserandengan masa tanam Bendengan yang ditentukan. 3.3 Awal Tanam dan Masa Tanam pada Kejadian DM(-) Kabupaten Mempawah Tahun kejadian DM(-) Kabupaten Mempawah yaitu dari tahun 1983, 1984, 1985, 1986, 1989,1990, 1992, 1996, 1998, 1999, 2004, 2005 dan 2006. Hasil pengelompokkan kejadian DM(-) dari bulan Januari s.d. Desember Kabupaten Mempawah, dapat diketahuiawal tanam dan masa tanam periode pertama (Gardu) terjadi pada bulan Januari dan berlangsung selama satu bulan. Awal tanam dan masa tanam Gardu bergeser selama tiga bulan dari patokan masa tanam Gardu. Sedangkan awal tanam dan masa tanam Bendengan terjadi pada bulan Oktober selama tiga bulan berturutturut, awal tanam dan masa tanam Bendengan ini pada kejadian DM(-) sama dengan awal tanam dan masa tanam kejadian DM(+) tidak mengalami pergeseran dengan masa tanam Bendengan. 3.4 Awal Tanam dan Masa Tanam pada Kejadian El Nino Kabupaten Mempawah Hasil pengelompokkan data curah hujan pada saat terjadi El Nino Kabupaten Mempawahterjadi pada tahun 1983, 1987, 1991, 1992, 1993, 1994, 1997, 1998, 2002, 2003, 2004, 2006, dan 2009. Pada kejadian El Nino yang dikaitkan dengan curah hujan dari bulan Januari s.d. Desember Kabupaten Mempawah, awal tanam dan masa tanam yang Gardu terjadi pada bulan Maret dan berlangsung selama tiga bulan berturut-turut. Awal tanam dan masa tanam yang pertama ini bergeser lebih awal dari patokan masa tanam Gardu. Awal tanam dan masa tanam Bendengan terjadi pada bulan Oktober dan berlangsung selama tiga bulan berturut-turut. Awal tanam dan masa tanam Bendengan pada kejadian El Nino memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian DM(+), DM(-) dimana tidak mengalami 3

pergeseran awal tanam dan masa tanam yang ditentukan pada masa tanam Bendengan. 3.5 Awal Tanam dan Masa Tanam pada Kejadian La Nina Kabupaten Mempawah Tahun terjadinya La Nina yaitu tahun 1988, 1989, 1998, 1999, 2000, 2001, 2007 dan 2008. Kejadian La Nina dihubungkan dengan curah hujan dari bulan Januari s.d. Desember Kabupaten Mempawah, diketahui awal tanam dan masa tanam pertama terjadi pada bulan Januari dan berlangsung selama satu bulan. Berdasarkan masa tanam Gardu, maka awal tanam dan masa tanam ini mengalami pergeseran lebih awal tiga bulan dari patokan masa Gardu. Awal tanam dan masa tanam yang kedua terjadi pada bulan Oktober dan berlangsung selama dua bulan berturut-turut, dan tidak mengalami pergeseran dengan masa tanam Bendengan. 3.6Awal Tanam dan Masa Tanam yang Bersamaan pada Kejadian DM(+) dengan El Nino, DM(+) dengan La Nina, DM(-) dengan El Nino dan DM(-) dengan La Nina Kabupaten mempawah Tahun bersamaan kejadian DM(+) dengan El Nino Kabupaten Mempawah pada tahun 1983, 1987, 1991, 1994, 1997, 1998, 2002, 2003, dan 2009.Kejadian DM(+) dengan El Nino dari bulan Januari s.d. Desember,awal tanam dan masa tanam pertama terjadi pada bulan Maret dan berlangsung selama tiga bulan berturut-turut. Sesuai dengan patokan masa tanam Gardu, awal tanam ini mengalami pergeseran lebih awal satu bulan dari masa tanam Gardu. Sedangkan awal tanam dan masa tanam kedua tidak mengalami pergeseran, dimana awal tanam dan masa tanam tersebut terjadi pada bulan Oktober dan terjadi selama tiga bulan berturut-turut. Tahun bersamaan kejadian DM(+) dengan La nina Kabupaten Mempawah yaitu pada tahun 1998, 2000, 2001, dan 2008.Awal tanam dan masa tanam kejadian DM(+) dengan La Nina dari bulan Januari s.d. Desember yang pertama terjadi pada bulan Maret dan berlangsung selama tiga bulan berturut-turut. Awal tanam tersebut mengalami pergeseran lebih awal satu bulan dari patokan masa tanam Gardu yang telah ditentukan. Awal tanam dan masa tanam yang kedua terjadi pada bulan Oktober s.d. Desember, rata-rata awal tanam dan masa pergeseran masa tanam dengan patokan masa tanam Bendengan. Tahun kejadian curah hujan yang bersamaan pada saat terjadi DM(-) dengan El Nino Kabupaten Mempawah1983, 1992, 1998, 2004, dan 2006. Awal tanam dan masa tanam kejadian DM(-) dengan El Nino dari bulan Januari s.d. Desember, diketahuiawal tanam dan masa tanam pada periode yang pertama (Gardu) rata-rata terjadi pada bulan April dan berlangsung selama dua bulan. Awal tanam dan masa tanam yang pertama ini signifikan dengan masa tanam Gardu yang telah ditentukan. Awal tanam dan masa tanam (Bendengan) terjadi pada bulan Oktober selama tiga bulan berturutturut. Awal tanam dan masa tanam kedua ini tidak mengalami pergeseran masa tanam dengan patokan masa tanam Bendengan. Tahun kejadian curah hujan yang bersamaan pada saat terjadi DM(-) dengan La Nina Kabupaten Mempawah yaitu 1989, 1998, 1999. Berdasarkan hasil pengelompokkan Kejadian DM(-) dengan La Nina dari bulan Januari s.d. Desember, maka awal tanam dan masa tanam yang pertama (Gardu) terjadi pada bulan Januari dan berlangsung selama satu bulan saja. Awal tanam dan masa tanam yang pertama ini bergeser lebih awal yaitu terjadi tiga bulan lebih awal dari masa tanam Gardu. Sedangkan awal tanam dan masa tanam yang kedua (Bendengan) tetap berada di bulan Oktober tetapi hanya terjadi satu bulan saja. Awal tanam dan masa pergeseran masa tanam karena sesuai dengan patokan masa tanam Bendengan yang digunakan. 4. Kesimpulan Nilai rata-rata peluang curah hujan 75% Kabupaten Mempawah sebesar 266,17 mm. Awal tanam dan masa tanam dari Januari s.d Desember pertama (Gardu) pada kejadian tunggal (DM(+), DM(-), El Nino dan La Nina) Kabupaten Mempawah cenderung mengalami pergeseran lebih awal satu bulan atau tiga bulan masa Gardu. Sedangkan awal tanam dan masa tanam kedua (Bendengan) tidak mengalami pergeseran. Awal tanam dan masa tanam kejadian dengan La Nina, DM(-) dengan La Nina) Kabupaten Mempawah mengalami pergeseran satu bulan atau tiga bulan dari masa Gardu. Sedangkan awal tanam dan masa tanam kedua (Bendengan) tidak mengalami pergeseran. Tetapi pada kejadian DM(-) dengan El Nino awal tanam dan masa tanam baik pada Gardu maupun Bendengan tidak mengalami pergeseran masa tanam. 4 4

Daftar Pustaka [1] Kailaku, T. E., (2009) : Pengaruh ENSO (El Nino Southren Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipol) Terhadap Waktu Tanam Padi di wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal. Institut Pertanian Bogor, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, (Skripsi S1). [2] Rumita, (2009) : Pengaruh IODM dan ENSO Terhadap Awal dan Masa Tanam di Indonesia. Prosiding Seminar dan Simposium Meteorologi Pertanian VII, PERHIMPI, 2009. [3] BOM, (2012) :Southern Oscillation Index, www. bom.gov.au, diakses pada tanggal 28 November 2012. [4] JAMSTEC, (2012) :Dipole Mode Index (DMI), http://www.jamstec.go.jp/frcgc/research/ d1/iod/html/dipole%20mode%20index.h tml, diakses pada tanggal 19 Januari 2013. [5] Hidayat, T,. (2011) : Analisis Perubahan Musim dan Penyusun Pola Tanaman Padi Berdasarkan Data Curah Hujan di Kabupaten Aceh. Agrista Vol 15, No 3. 5