BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan guna menghadapi arus globalisasi saat ini. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, Pasal 3 dirumuskan, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, setiap peserta didik dituntut untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi serta kemandirian dalam belajar. Dengan memiliki kemandirian belajar siswa akan mampu menyerap materi yang disampaikan oleh guru serta berusaha menggali berbagai informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik guna menunjang kemampuan belajarya. Peranan guru dalam menumbuhkan motivasi belajar dan kemandirian belajar dapat dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, siswa akan termotivasi untuk mengikluti pembelajaran yang diampaikan oleh guru, sebab penggunaan metode 1

2 pembelajaran yang bervariasi membuat siswa tidak jenuh dan tidak bosan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan awal pada siswa di SD Negeri Tempel Surakarta menunjukkan bahwa kemandirian siswa belum sesuai harapan, hal tersebut nampak dari ketergantungan siswa dengan siswa yang lainnya ketika diberikan tugas dalam pembelajaran. Belum siapnya siswa dalam belajar secara mandiri nampak dari tingkah laku siswa ketika belajar di dalam kelas, siswa kurang menguasai materi yang disampaikan oleh guru, ketika ditanya oleh guru hanya diam saja serta tidak menyimak dengan baik penjelasan yang disampaikan oleh guru. Kemandirian belajar siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta masih rendah, hal tersebut nampak ketika siswa siswa diberikan tugas oleh guru, banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang pandai saja. Kondisi tersebut disebabkan karena motivasi belajar siswa yang rendah serta metode pembalajaran yang digunakan oleh guru bersifat konvensional. Berkaitan dengan rendahnya kemandirian belajar siswa menunjukkan adanya masalah pada proses pembelajaran. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran termasuk pembelajaran IPA.

3 Berdasarkan pernyataan dan fakta-fakta di atas terlihat bahwa kemandirian belajar siswa masih rendah, pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menyenangkan dan tidak menantang. Kenyataan ini tentu saja tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa. Guna meningkatkan kemandirian belajar anak, maka perlu dilakukan inovasi dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Berbagai inovasi dalam pendidikan IPA telah dilakukan dalam kurun waktu terakhir ini. Hal ini merupakan upaya untuk membelajarkan siswa sehingga mereka dapat belajar secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar, membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, dan mengembangkan sikap bekerja sama adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama, sehingga setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Ada beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif, yakni Contextual Teaching and Learning dan Think Pare Share (TPS).

4 Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) akan mampu mendorong siswa untuk saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan informasi, bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, serta mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi. Prosedur yang digunakan dalam model think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu. Melalui model pembelajaran think-pair-share sangat ideal untuk guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. Teknik pembelajaran think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Teknik ini memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Kemandirian siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah. 2. Guru belum menerapkan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share. 3. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah,

5 4. Guru masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dalam proses pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa menggunakan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share. 2. Kemandirian belajar siswa meliputi kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas belajar, memiliki tanggung jawab dalam belajar, serta dapat mengatur kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. 3. Motivasi belajar siswa, dilihat dari perasaan senang siswa terhadap pelajaran, perhatian siswa terhadap proses pembelajaran, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan perhatian siswa terhadap penjelasan guru. 4. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tempel Surakarta tahun ajaran 2014/2015. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut 1. Apakah terdapat perbedaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share terhadap kemandirian belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015?

6 2. Apakah terdapat perbedaan kemandirian belajar ditinjau dari motivasi belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Apakah ada interaksi strategi pembelajaran (Contextual Teaching and Learning dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share) dan motivasi belajar terhadap kemandirian belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui komparasi pembelajaran Contextual Teaching And Learning Dan Cooperative Learning Type Think Pair Share terhadap Kemandirian Belajar Siswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis perbedaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share terhadap kemandirian belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Menganalisis perbedaan kemandirian belajar ditinjau dari motivasi belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

7 c. Menganalisis interaksi strategi pembelajaran (Contextual Teaching and Learning dan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share) dan motivasi belajar terhadap kemandirian belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tambahan pengetahuan kepada akademisi dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian belajar siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi guru dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran CTL dan TPS. b. Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dan motivasi belajar. c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pihak sekolah sebagai pengambil kebijakan, agar melakukan peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran.