BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

dokumen-dokumen yang mirip
Perencanaan dan Manajemen Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. Metode Eksplorasi Langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

By : Kohyar de Sonearth 2009

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

3.1 KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 14 PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA TERBUKTI DENGAN METODE CROSS SECTION. Oleh Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Riyanto 2

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB II TINJAUAN UMUM

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tambang Terbuka (013)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN MANGAN DI KABUPATEN MANGGARAI, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

Peta Geologi dan Pengertian peta Geologi

Tugas 1. Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113)

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK )

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

BAB 1. PENDAHULUAN...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN I.1

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II METODE PENELITIAN

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Studi Kualitas Batubara Secara Umum

Transkripsi:

BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA Tahapan Eksplorasi Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Menentukan suatu daerah prospek adalah tahapan yang penting dalam kegiatan eksplorasi. Dalam kaitan dengan Batubara, ekplorasi Batubara merupakan suatu proses kegiatan untuk menentukan lokasi endapan Batubara yang prospek untuk dikembangkan, dimana selama pelaksanaan program akan dilakukan pengambilan contoh Batubara (Coal Sampling) untuk dievaluasi dan dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia maupun analisis fisika agar kualitas dan kuantitas Batubara tersebut dapat diketahui dengan pasti (Blayden and Goodwin, 1982). Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Tujuan Eksplorasi, antara lain untuk mengetahui: a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian i. Eksplorasi pendahuluan/prospeksi dan ii. Eksplorasi detail b. Endapan/bijih yang dicari: sulfida, timah, bauksit, nikel, emas/perak, endapan golongan C, dll. c. Sifat tanah dan batuan i. Untuk penambangan ii. Untuk konstruksi iii. Dll 2. Studi kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang: a. Peta dasar sudah tersedia/belum b. Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat) c. Analisis regional: sejarah, struktur/tektonik, dan morfologi d. Laporan-laporan penyelidikan terdahulu e. Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada f. Geografi: i. Kesampaian daerah (desa/kota terdekat, transportasi) ii. Iklim/musim (cuaca, curah hujan/banjir) iii. Sifat angin, keadaan laut, gelombang, dll iv. Tumbuhan, binatang v. Komunikasi g. Sosial budaya dan adat istiadat: 1

i. Sifat penduduk ii. Kebiasaan iii. Pengetahuan/pendidikan iv. Mata pencaharian, dll h. Hukum: i. Pemilikan tanah ii. Ganti rugi iii. Perizinan 3. Pemilihan metode, metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni: a. Cara tidak langsung i. Geofisika dan ii. Geokimia b. Cara langsung i. Pemetaan langsung ii. Pemboran 4. Gabungan cara langusng dan tidak langsung Untuk memilih metode eksplorasi Batubara yang harus dilakukan, sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Kondisi umum keadaan endapan Batubara tersebut 2. Hasil penelitian geologi dan geofisik yang telah ada sebelum kegiaatn eksplorasi dimulai 3. Bentuk informasi/data yang diharapkan dari setiap tahapan eksplorasi Eksplorasi tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari: 1. Peninjauan (reconnaissance/prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari prospek 2. Penilaian ekonomi prosepek yang telah diketemukan 3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang Di Indonesia sendiri nama-nama dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa Negara, misalanya Perancis dan Uni Soviet (sebelum Negara ini bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai berarti keseluruhan 2

urutan kegiaatn mulai mencari letak mineralisasi samapai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi. Kegiatan eksplorasi meliputi teknik geologi dan teknik geofisika (geophysical technique). Pada kegiatan teknik geologi, diantaranya membuat lintasan (traverse), pemetaan geologi (geological mapping), penampang terukur stratigrafi (stratigraphical measuring section), pemetaan topografi (topographical mapping), pemboran dan pengambilan contoh (drilling and sampling). Pada umumnya teknik pemetaan geologi, lintasan dan penampang terukur stratigrafi kurang dipergunakan sesudah tahap peninjauan awal (survei tinjau), prospeksi atau eksplorasi pendahuluan dikarenakan Batubara umumnya lapuk kalau tersingkap dipermukaan dan sebagian besar lapisan Batubara terdapat di bawah permukaan. Tahapan eksplorasi Batubara sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Indonesia, amandemen 1-SNI-13-50141998, tentang Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Indonesia, umumnya dilaksanakan dalam beberapa tahap: 1. Penyelidikan Umum a. Survei tinjau Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batubara yang paling awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan Batubara yang prospek untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiaatn yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional, intepretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan kegiatan survei tinjau, perlu dilakukan: i. Studi literatur Sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadapa data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatancatatan lama, laporan-laporan temuan, dll. Lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dan peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat terlihat di lapangan. ii. Survei dan pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maak survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta skala 1: 200.000 sampai 1: 50.000). tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat 3

menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang penting. b. Prospeksi Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan Batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan Batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di daerah yang emmpunyai indikasi adanya endapan Batubara. Jarak antar titik bor berkisar 1000 3000 m. pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 1:25.000. 2. Eksplorasi a. Eksplorasi umum atau Eksplorasi Pendahuluan Tujuan dari kegiatan ini untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan Batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktu geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 1000 m, skala peta yang digunakan mulai dari 1:25.000 1:10.000. sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum no. 661.K/201/DDJP/1996 tentang pemberian kuasa pertambangan, laporan kuasa pertambngan penyelidikan umum perlu dilampiri dengan beberapa peta: i. Peta lokasi/situasi ii. Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000) iii. Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh Batubara (skala 1:10.000) iv. Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000) v. Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000) vi. Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan vii. Penampang sumur uji viii. ix. Penampang parit uji Penampang lubang bor dari kegiatan ini akan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. Dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat di teruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. 4

b. Eksplorasi rinci Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prosepek yang baik,,aka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200m), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan skala yang kecil (<20%). Sebelum melakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah 1:2.000 1:5.000. pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara tiga dimensi (panjang, lebar, tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat meudahkan perencanaan kemajuan tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas lainnya. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum no. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri dengan beberapa peta: i. Peta lokasi/situasi ii. Peta topografi (skala 1:500 1:2.000) iii. Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan Batubara, sumur uji, parit uji, pemboran, dan pengambilan contoh Batubara (skala 1:2.000 1:10.000) peta geologi daerah (skala 1:500 1:2.000) iv. Peta penyebaran endapan Batubara (skala 1:500 1:2000) v. Peta perhitungan dua dimensi Batubara (skala 1:500 1:2.000) vi. Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulphur (skala 1:500 1:2.000) vii. Peta isopach tanah tertutup (skala 1:500 1:2.000) viii. Peta isopach ketebalan lapisan Batubara (skala 1:500 1:2.000) ix. Peta kontur struktur (skala 1:500 1:2.000) x. Penampang geologi xi. xii. xiii. xiv. xv. Penampang bor Penampang/sketsa singkapan Batubara Penampang terhitungan cadangan Batubara Fotokopi hasil analisis contoh Batubara dari laboratorium Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan kuasa penambangan 5

Kajian mengenai kegiatan eksplorasi ini lalu secara lebih rinci terstruktur dalam tahapan-tahapan berikut ini: 1. Kegiatan prospeksi (tahap penyelidikan, pendataan geologi regional, dan stratigrafi) 2. Penyelidikan lapangan/kegiatan eksplorasi 3. Pengolahan data 1. Kegiatan Prospeksi a. Tahap penyelidikan Pada Tahapan Penyelidikan ini merupakan kajian langsung atas dasar data primer (data langsung dari lapangan) maupun data sekunder (dari literatur yang membahas lokasi daerah penyelidikan) yang dilakukan baik sebelum, selama maupun setelah dari lapangan. b. Geologi Regional Contoh daerah Studi yaitu pada daerah Geologi regional daerah penyelidikan dipengaruhi oleh sistem penunjaman lempeng yang berada disebelah barat Pulau Sumatera, yaitu antara lempeng Eurasia yang relatif diam dengan lempeng India-Australia yang bergerak kearah Utara hingga Timur Laut. Secara langsung maupun tidak langsung efek penunjaman lempeng tersebut mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan struktur geologi didaerah penyelidikan dan sekitarnya yang berada di Cekungan Sumatera Selatan. Berdasarkan konsep Tektonik Lempeng, kedudukan cekungan batubara tersier di Indonesia bagian barat berkaitan dengan sistem busur kepulauan. Dalam sistem ini dikenal adanya cekungan busur belakang, cekungan busur depan dan cekungan intermontana atau cekungan antar busur. Masing-masing cekungan ini memiliki karakteristik endapan batubara yang berbeda satu sama lainnya. 6

Gambar 1. Penunjaman Lempeng sebelah barat Sumatera yang Mempengaruhi keadaan geologi daerah penyelidikan (sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html) c. Stratigrafi Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan menurut para ahli terdahulu dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan tua sampai muda, yaitu : i. Formasi Air Benakat: terdiri dari batu pasir, diendapakan secara selaras diatas Formasi Gumai pada kala Miosen Tengah-Miosen Akhir, dilingkungan Neritik sampai Laut Dangkal. ii. Formasi Muara Enim: terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan batubara. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Air Benakat pada kala Miosen di lingkungan Paludal, Delta, dan bukan laut. iii. Formasi Kasai : terdiri dari batu pasir tufaan dan tufa, terletak selaras diatas Formasi Muara Enim, diendapkan dilingkungan darat pada kala Pliosen Akhir-Pliosen Awal. iv. Endapan Kuarter : terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berukuran berakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kasai. 2. Kegiatan lapangan (eksplorasi) a. pembuatan sumur uji 7

b. pembuatan parit uji c. pemboran a. Pembuatan Sumur Uji (Test Pit) Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan test pit ini adalah dengan membuat lubang penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong tegak lurus strike atau searah dipping, berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan kedalaman disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Gambar 2. Sumur Uji (Test Pit) (sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html) b. Pembuatan Parit Uji (Trenching) Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metode lain untuk memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat puritan sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara (secara horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm dengan kedalaman parit tergantung dari posisi kontak antara lapisan penutup (soil) dengan batubara, sedangkan panjang paritan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. 8

Gambar 3. Pembuatan Parit Uji (Trenching) (sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html) c. Pemboran Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip dari masingmasing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan dapat mengetahui mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modellling sub-surface) sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada. Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable yang sangat popular yakni Tone dan Bell. Dua cara pemboran yang dilakukan selama pelaksanaan program ini adalah pemboran putar (Rotary Drilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan pemboran inti pemboran dengan bor besar di lokasi penyelidikan akan dilakukan pemboran dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800 meter dengan rincian 612,16 meter dilakukan dengan pemboran Open Hole dan 187,84 meter dengan pemboran Coring. 9

Gambar 4. Proses Pemboran (sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html) 3. pengolahan data a. Keadaan endapan Lapisan batubara yang dijumpai di lapangan terdiri dari 4 lapisan (seam) yakni A1, A2, B1 dan B2. Secara umum penyebaran batubara tersebut dari Barat ke Timur dengan kemiringan ke arah Selatan (24-410). Dari keempat lapisan batubara (coal seam) yang terdapat dalam areal Studi, semua dianggap layak untuk ditambang, karena semua lapisan tersebut menunjukkan ketebalan lebih dari 2 meter. Batubara yang terdapat di daerah penyelidikan tergolong batubara muda (sub-bituminus atau lignite) dengan kadar air yang tinggi (moisture content) yang tinggi, namun kadar abu dan belerang rendah. b. Sumberdaya batubara Perhitungan sumberdaya batubara pada Blok Prospek dihitung dengan menggunakan Klasifikasi Perhitungan Sumberdaya USGS tahun 1983 dengan metoda perhitungan seam by seam, sedangkan untuk perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang menggunakan Metoda Penampang. Output perhitungan jumlah sumberdaya batubara dapat dibagi menjadi dua yaitu : Total sumberdaya batubara (terukur, indikasi dan tereka). Potensi 10

cadangan batubara yang dapat ditambang dengan cara tambang terbuka (open pit mining) dengan kedalaman penambangan maksimum ± 110 meter. c. Perhitungan sumberdaya batubara Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu pada Klasifikasi USGS tahun 1983, dimana kriterianya dibagi menjadi tiga yaitu : i. Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 1200 m 4800 m dari titik singkapan batubara ii. Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh mempunyai radius antara 400 m 1200 m dari titik singkapan batubara. iii. Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh mempunyai radius 400 m dari titik singkapan batubara. Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah sumberdaya batubara ini adalah : i. Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P ii. Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) = L iii. Tebal singkapan batubara (m) = T iv. Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ v. Luas penampang batubara (m2) = A vi. Sumberdaya (MT) = SD Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah sumberdayanya dengan menggunakan formula : SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek penyebaran batubara diasumsikan : Volume tanah penutup (overburden) dan lapisan di antara lapisan batubara (interburden), serta volume topografi belum turut diperhitungkan. Penyebaran lapisan batubara dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada faktor koreksi topografi dan struktur geologi. Lapisan batubara dianggap menerus dan ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang diperoleh atau berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip. Densitas batubara adalah 1,3 ton/m3. Kemiringan batubara dianggap konstan. d. Perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang 11

Untuk perhitungan potensi batubara yang dapat ditambang metoda perhitungannya dapat di bagi menjadi 2 yaitu; Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden yang sangat tebal perhitungannya menggunakan metode single pit (perhitungan tiap lapisan dipisahkan antara satu lapisan dengan lapisan lain sampai pada kedalaman tambang maksimum). Untuk kondisi lapisan-lapisan batubara yang memiliki interburden tidak tebal perhitungannya menggunakan metode multiple pit (perhitungan antar lapisan digabungkan sampai pada kedalaman tambang maksimum). Dalam proses perhitungannya jumlah yang akan disajikan adalah berdasarkan masingmasing perhitungan pit. Gambar 5. Salah satu model penyajian perhitungan sumber daya Batubara Dengan metode Penampang dan Daerah Pengaruh (sumber: http://godamaiku blogspot.com/2013/09/ekploras-batubara.html) 12