BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis dewasa ini dari waktu ke waktu mengalami kompetitif dalam berbisnis. Menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan yang ketat terutama untuk perusahaan yang sejenis, terlebih perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolahan yang baik dan benar atas semua sumber daya yang dimiliki. Keadaan perekonomian dunia mengalami ketidakstabilan pada periode tahun 2010-2012 menjadi sebuah fenomena yang sangat luar biasa sehingga berdampak kepada terjadinya krisis global yang pada akhirnya menjadi ancaman terhadap dunia usaha dalam uapaya mencapai tujuan perusahaan. Dampak krisis global ini sangat dirasakan oleh perusahaan-perusahaan lokal dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas kepada menurunya pendapatan perusahaan dari hasil penjualan barang produksinya. Tujuan perusahaan secara umum adalah mendapatkan laba. Satu aktivitas utama perusahaan dalam pencapaian laba adalah penjualan. Jika perusahaan cermat, maka penjualan akan menjadi penyumbang keuntungan terbesar perusahaan. Agar keuntungan itu dapat dicapai, perusahaan harus dapat mengelola penjualannya dengan membuat sebuah prosedur penjualan yang baik dan memudahkan pembeli sehingga dapat dicapai tingkat penjualan yang maksimal
yaitu yang berkesinambungan dan berkelanjutan dan bukan penjualan yang berfluktuasi tinggi. Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tunai dan kredit yang disertai dengan persyaratan tertentu. Pada saat perusahaan menjual barang dagangannya maka diperoleh pendapatan sejumlah yamg dibebankan kepada pembeli untuk barang dagangan yang diserahkan, dan itu merupakan pendapatan bagi perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan tentunya akan lebih menyukai transaksi penjualan yang dilakukan secara tunai karena akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan untuk mendapatkan pendapatan selanjutnya. Namun kenyataannya, penjualan yang sering terjadi adalah penjualan kredit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa alasan yaitu besarnya nilai penjualan sementara pembeli tidak memiliki kecukupan kas dan ada juga yang memang dengan sengaja ingin mengambil keuntungan dari pejualan kredit tersebut misalnya dengan memanfaatkan diskon yang ditawarkan jika dapat membayar pada waktu yang telah ditentukan. Disisi lain penjualan secara kredit juga akan menguntungkan penjual karena akan memperluas pasar. Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang usaha yang merupakan jumlah yang terutang oleh pelanggan pada perusahaan akibat penjualan barang atau jasa. Dilihat dari urutannya dalam laporan keuangan, piutang usaha berada diurutan kedua setelah kas. Itu artinya bahwa piutang merupakan aset yang liquid. Perusahaan harus melakukan pengelolahan yang tepat atas piutang karena pada saat-saat tertentu piutang usaha juga dapat menjadi biaya bagi perusahaan yaitu pada saat perusahaan tidak dapat melakukan panagihan kepada pelanggan.
Dalam setiap aktivitasnya perusahaan sering menghadapi keadaan dimana tidak dapat membayar secara tunai untuk semua manfaat ekonomi yamg telah dinikmatinya. Seperti halnya penjualan, seringkali perusahaan juga melakukan pembelian dengan cara kredit baik karena ketidaktersediaan kas maupun karena ingin memanfaatkan diskon. Hal-hal ini akan menimbulkan kewajiban perusahaan. Kewajiban ini dikelompokkan menjadi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban lancar atau disebut juga kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang perlunasannya harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama satu tahun atau satu periode akuntansi. Kewajiban lancar terdiri dari atas utang dagang, utang wesel, pendapatan diterima dimuka, kewajiban akrual, dan utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode berjalan. Dikarenakan jangka waktu perlunasannya yang cukup singkat, maka perusahaan harus dapat memastikan ketersediaan dana atau aset lancar ini. Aset yang dimaksud adalah aset lancar yamg memiliki sifat yang liquid yang dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat. Untuk mengevaluasi kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, dapat digunakan perhitungan rasio likuiditas. Semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancarnya. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di dalam menghadapi persaingan ekonomi yang semakin ketat, maka penjualan harus dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
Hal ini terkait dengan tingkat likuiditasnya, semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan produk, dengan asumsi lancar konstan, maka likuiditas akan semakin tinggi dikarenakan penjualan mencakup kas dan piutang yang termasuk kategori aktiva lancar merupakan komponen dalam menghitung tingkat likuiditas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penjualan adalah salah satu kegiatan utama perusahaan salah satunya perusahaan Manufaktur. Dalam melaksanakan aktivitasnya adanya kemungkinan gagalnya pencapaiannya target penjualan dapat terjadi karena berbagai faktor. Hal ini juga berkaitan dengan penjualan yang lebih sering dilakukan perusahaan adalah penjualan kredit yang kemudian akan memunculkan piutang usaha. Piutang usaha merupakan aset dengan tingkat likuiditas kedua setelah kas yang akan digunakan untuk melunasi kewajiban lancar perusahaan. Bursa Efek Indonesia adalah sebuah bursa saham di Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan bursa yang merupakan hasil penggabungan dua bursa saham yang ada di Indonesia yang dilakukan pada tahun 2007, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada penelitian sebelumnya, Milawati (2010) meneliti bahwa tingkat perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas. Dalam penelitian yang dilakukan Milawati (2010), objek penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan saja. Putra (2011) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan dan perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat likuiditas. Andina (2012) menyatakan bahwa tingkat
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Tetapi variabel perputaran piutang Andina (2012) tidak sejalan dikarenakan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas. Dalam penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk membandingkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan penelitian dengan objek yang berbeda, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk mengetahui apakah hasil penelitian sebelumnya dapat digeneralisasi secara umum. Melihat dari berbedanya variabel penelitian yang digunakan dan terjadinya ketidakkonsistenan baik antara teori dengan hasil penelitian maupun antar hasil penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian terdahulu, Paula (2008) memberikan saran untuk menambahkan variabel independen dalam penelitian berikutnya. Maka menjadi suatu alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ulang terhadap penelitian terdahulu dengan menambahkan tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, sebagai variabel independen. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan,tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti membuat perumusan masalah yaitu apakah tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adakah pengaruh tingkat pertumbuhan tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yakni berguna bagi peneliti, bagi perusahaan, dan bagi peneliti lainya. a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian di lapangan dengan teori yang ada.
b. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja operasi perusahaan yang dapat mempengaruhi kenaikan tingkat pertumbuhan dan perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan. c. Bagi Peneliti Lain untuk memberikan tambahan wawasan dan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti dengan topik yang sama.