BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perbankan saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Like Monisa (2012) Menurut Tri & Ferry (2012)

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN. gairah kerja dan kemampuan lainnya. Pesatnya perkembangan perbankan di. diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-bank tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan untuk mendapatkan pengelolaan yang baik maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Manajemen pihak

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya akan dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance framework). Kerangka tersebut dibentuk hukum dan regulasi, anggaran dasar, kode etik, perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan kreditur, karyawan, konsumen dan lain sebagainya. Agar perusahaan memiliki kelangsungan jangka panjang, shareholders, dan stakeholders perlu mempertimbangkan tata kelola yang baik (good corporate governance). Good corporate governance (GCG) merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, 2001) dalam Surya dan Yustiavandana (2006). Tata kelola perusahaan mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Awalnya, isu good corporate governance timbul karena berkembangnya bentuk perseroan, terutama karena perseroan itu go public, sehingga pemilik perusahaan pada umumnya tidak menjadi pengelola atau manajemen perusahaan. Dalam kondisi seperti itu timbul masalah keagenan, yaitu menjamin bahwa manajemen akan selalu bertindak dalam kepentingan 1

2 pemilik perusahaan dan pihak pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal salah satu cara yang perlu dilakukan adalah melalui manajemen perusahaan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini, prinsip-prinsip good corporate governance memegang peranan penting, sebagai sarana untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Untuk mendorong implementasi prinsip-prinsip good corporate governance, muncul suatu ide tentang organ tambahan dalam struktur perseroan. Organ-organ tambahan tersebut diantaranya adalah komisaris independen, direktur independen, komite audit, dan sekretaris perusahaan. Keberadaan 4 (empat) organ tambahan ini diharapkan dapat menjadikan pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik (Surya dan Yustiavandana, 2006) Darmawati (2004) dalam penelitian Raharaja (2011) menyatakan good corporate governance menjadi sesuatu yang lebih penting dalam kondisi krisis keuangan karena dua alasan. Pertama, ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas menjadi lebih parah pada periode krisis. Kedua, krisis dapat mendorong para investor untuk lebih memperhatikan pentingnya penerapan good corporate governance. Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yang berupa komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan latar belakang pendidikan komisaris. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji

3 keterkaitan antara mekanisme good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh persahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar. Hasil dari kinerja harus dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus akan terjamin kelangsungan hidupnya karena akan mendapat kepercayaan dari publik, sehingga publik akan merasa nyaman untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kinerja yang dicapai oleh suatu perusahaan perlu dilakukan penilaian kinerja (Achieman,1996) dalam Inayah (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2011) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang disusun dalam setiap akhir periode yang berisi tentang pertanggungjawaban keuangan secara keseluruhan. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan institusional). Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh institusi akan mendorong pengawasan yang lebih efektif, karena institusi merupakan profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Pozen (1994) dalam penelitian Rustandi (2013) mengungkapkan beberapa metode yang digunakan oleh pemilik institusional dapat mempengaruhi pengambilan

4 keputusan manajerial. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan meningkat Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arifani (2010), tentang good corporate governance terhadap kinerja keuangan menunjukkan hasil bahwa mekanisme good corporate governance dalam hal ini adalah komite audit, komisaris independen memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan tetapi kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosyada (2010) menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada kepemilikan institusional. Arifani (2010) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan. Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada penelitian Rosyada (2010) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Badan usaha milik negara BUMN merupakan sarana bagi pemerintah melayani rakyatnya. Berdasarkan peran tersebut BUMN senantiasa diawasi pemerintah khususnya dibawah pengawasan kementrian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia (BUMN-RI). BUMN sebagai perusahaan milik negara mempunyai karakteristik khusus, tidak hanya menyangkut

5 kepemilikannya oleh negara tetapi juga peran yang diembannya sebagi pelaku bisnis yang melaksanakan fungsi komersial dan sekaligus sebagai Agen of Development yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional, mempunyai kegiatan utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) (Gusnardi 2006) dalam Scott (2009). Contoh kasus yang tampak jelas kurang efektifnya good corporate governance terjadi pada PT. Waskita Karya Persero terkait kelebihan pencatatan (overstate) laba bersih pada laporan keuangan 2004-2007. Kasus overstate ini terbongkar setelah ditemukannya pencatatan yang tidak sesuai oleh direktur utama PT. Waskita Karya saat melakukan pemeriksaan kembali ke neraca dalam rangka penerbitan saham perdana tahun lalu. Sekretaris kementrian BUMN menyatakan kasus ini muncul sebagai akibat kedekatan persero dengan kantor akuntan publik. Karena itu dia mengusulkan agar seluruh BUMN menjaga hubungannya dengan kantor akuntan publik. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal kontrol mulai dari dewan komisaris sampai dengan internal audit tidak melakukan fungsinya dengan baik. Dengan buruknya tata kelola perusahaan maka tingkat kepercayaan para pemilik modal menjadi turun karena investasi yang mereka lakukan tidak aman. Hal ini tentu akan diikuti dengan tindakan penarikan atas investasi yang sudah ditanamkan, sementara investor baru

6 juga enggan melakukan investasi. Pada akhirnya kinerja keuangan perusahaan akan menurun. Kasus lain pada Bank indonesia menemukan 69,3% bank yang beroperasi di indonesia belum memenuhi ketentuan good corporate governance. Hasil evaluasi ini diperoleh dari percobaan bank indonesia mengenai penerapan beberapa pasal dari ketentuan GCG terhadap industri perbankan di indonesia. Evaluasi dilakukan terhadap 101 bank pada periode september 2007. Penyebab belum terpenuhi ketentuan GCG antara lain 53,5% bank belum memiliki komisaris independen sesuai dengan ketentuan, 30,7% bank belum membentuk komite secara lengkap dan 18,8% bank belum memiliki jumlah komisaris lebih besar dari jumlah direksi. Permasalahan BUMN sebagai perusahaan juga menjadi permasalahan dari good corporate governance di BUMN, sehingga menjadi concern semua pihak untuk menjalankan GCG sebagai usaha memecahkan permasalahan di BUMN. Adapun permasalahan tersebut adalah belum maksimalnya nilai BUMN sebagai perseroan dan nilai perseroan bagi pemegang saham, belum dikelolanya BUMN secara efisien, transparan dan profesional seperti terlihat dari belum diberdayakannya kemandirian organ perseroan (RUPS, komisaris dan direksi), dan belum sejalannya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan tindakan organ perseroan yang didasari nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (Patriadi, 2004).

7 Usaha pemerintah untuk mendorong perusahaan-perusahaan di indonesia (termasuk BUMN) untuk terjun dipasar modal adalah salah satu cara pemerintah untuk mencoba menciptakan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan publik diluar kepemilikan pemegang saham lama (biasanya keluarga atau pemerintah untuk BUMN) maka diharapkan kontrol terhadap perusahaan akan menjadi lebih baik sehingga pada gilirannya nanti kinerja perusahaan akan meningkat (Syahroza, 2000) dalam Patriadi (2004). Namun demikian, realitas menunjukkan meskipun perusahaan telah terjun ke pasar modal tetapi kenerja perusahaannya masih jauh dari harapan. Berikut ini adalah good corporate governance dan kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan yakni return on asset (ROA) pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI Periode 2010-2013: 1200.00% 1000.00% 800.00% 600.00% 400.00% 2010 2011 2012 2013 200.00% 0.00% ROA Gambar 1. Persentase Kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, dan ROA pada perusahaan BUMN

8 Pada tahun 2010 Roa pada perusahaan BUMN adalah 1043.00%. Kemudian Pada tahun 2011 Roa pada perusahaan BUMN mengalami penurunan menjadi 1008.27%. Pada tahun 2012 Roa pada perusahaan BUMN masih tetap mengalami penurunan hingga 942.45%. Kondisi ini masih terus berlangsung sampai pada tahun 2013 menjadi 643.73% Berdasarkan data-data diatas dan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan peneliti mengangkat judul Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2013 1.2. Identifikasi Masalah Good corporate governance adalah tata kelola yang baik. Perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan mendapatkan kepercayaan dari para investor. Dalam pelaksanaan fungsi good corporate governance organ-organ perusahaan memiliki peran yang penting. Organ-organ perusahaan ini terdiri dari komisaris independen dan komite audit. Melalui pengawasan yang dilakukan oleh organ-organ perusahaan ini akan meningkatkan kinerja keuangan. Perusahaan akan lebih transparan, adil, dan bertanggungjawab. Belum diberdayakannya organ perseroan (komisaris independen, dan komite audit) dapat menimbulkan resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan meningkatkan harga saham perusahaan dalam jangka panjang.

9 Bank indonesia menemukan 69,3% bank yang beroperasi di indonesia belum memenuhi ketentuan good corporate governance. Belum terpenuhinya ketentuan good corporate governance pada bank indonesia dapat dilihat dari 53,5% bank yang belum mempunyai komisaris independen sesuai dengan ketentuan, 30,7% bank yang belum membentuk komite secara lengkap dan 18,8% bank belum memiliki jumlah komisaris lebih besar dari pada jumlah direksi. Berdasarkan data kinerja keuangan return on asset (ROA) pada perusahaan BUMN, pada tahun 2011-2013 ROA pada perusahaan BUMN terus mengalami penurunan. Hal ini terjadi akibat dari kurang efektifnya penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, sehingga akan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diurakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 2. Apakah terdapat pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013?

10 3. Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 4. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? 1.4. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 2. Untuk mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 3. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 4. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2010-2013

11 1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi Perusahaan sehubungan dengan adanya good corporate governance, dapat memberikan masukan tentang pentingnya menerapkan corporate governance pada perusahaan agar resiko rekayasa laporan keuangan semakin kecil. b. Bagi penulis untuk memperoleh pengalaman penelitian serta gambaran yang sesungguhnya tentang penerapan prinsip GCG yaitu dalam hal pengembangan teori, hasil tinjauan pustaka dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian-penelitian lainnya c. Bagi perguruan tinggi untuk memperoleh bahan masukan dan umpan balik guna perbaikan dunia pendidikan serta menambah referensi tentang pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan. 2. Manfaat Teoritis Sebagi bahan pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan fakta di lapangan. Tugas akhir ini dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis dan sebagai pengembangan.