RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MPR RI, SEKJEN DPD RI DAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI DAN SEKJEN KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, KOMNAS HAM DAN PPATK

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR.

PIDATO BUPATI KAPUAS HULU

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENYERAPAN ANGGARAN DEWAN PERS TAHUN ANGGARAN 2011*

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang A

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2011

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

: Hj. Ledia Hanifa Amaliah, S.Si.,M.Psi.T. : Hadir 40 Anggota, Izin 8 Anggota dari 45 Anggota Komisi VIII DPR RI

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

LAPORAN BULANAN PERIODE JANUARI 2016 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan.

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---- RANCANGAN

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2013

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

2011, No Memperhatikan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom

2011, No Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LAPORAN TIM PENINJAUAN KOMISI VIII DPR RI KE PROVINSI JAWATIMUR MEI 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Rincian Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang Dialokasikan dala

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.07/2010 TENTANG

2017, No dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-U

MENTERI KEUANGAN R I

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

LAPORAN BULANAN PERIODE MEI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2012

Disampaikan dalam diskusi dan bedah buku Pokok-pokok Siklus APBN dan Dasar-dasar Praktek penyusunan APBN di Indonesia Jilid II

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169 / PMK.07 / 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156 /PMK.07/2007 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA.

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

145/PMK.07/2009 ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL PAJAK TAHUN ANGGARAN 2006, 2007, DAN 2008 YANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Click to edit Master subtitle style

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 152 /PMK.07/2007 TENTANG

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

2016, No Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (L

LAPORAN BULANAN PERIODE JULI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN, DAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan : V Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat dengar pendapat Komisi III DPR RI Hari/tanggal : Rabu, 8 Juni 2016 Waktu : Pukul 14.15 s.d. 15.50 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI Acara : Pembahasan APBN-P Tahun 2016 untuk LPSK, BNN, BNPT dan PPATK I. PENDAHULUAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dengan LPSK, BNN, BNPT dan PPATK dibuka pukul 14.15 WIB oleh Ketua Komisi III DPR RI, Yth. Drs.Bambang Soesatyo, SE., MBA., dengan agenda rapat sebagaimana tersebut di atas. II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN 1. Dalam pembahasan APBN-P Tahun 2016, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), menyampaikan hal-hal sebagai berikut : Bahwa pagu Anggaran LPSK Tahun 2016 dialokasikan melalui 1 (satu) Program di Kementerian Sekretariat Negara yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Sekretariat Negara, dengan 1 (satu) kegiatan yaitu Pemberian Perlindungan Saksi dan Korban dan dukungan lainnya di Lingkungan LPSK. Alokasi Anggaran Tahun 2016 LPSK mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp90.400.000.000,00 (sembilan puluh miliar empat ratus juta rupiah) yang terdiri dari : 1. Belanja Pegawai sebesar Rp 6.402.832.000,00; 1

2. Belanja Barang sebesar Rp 65.031.418.000,00; 3. Belanja Modal sebesar Rp 18.965.750.000,00. APBN Perubahan Tahun 2016 1) Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, tercantum didalamnya bahwa Kementerian Sekretariat Negara diharuskan melakukan penghematan sebesar Rp154.155.318.000,00 (seratus lima puluh empat miliar seratus lima puluh lima juta tiga ratus delapan belas ribu rupiah) atau 7,14% (tujuh koma empat belas persen) dari Pagu Rp2.158.501.491.000,00 (dua triliun seratus lima puluh delapan miliar lima ratus satu juta empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah). 2) Sehubungan LPSK masih menjadi Satuan Kerja Kementerian Sekretariat Negara, LPSK diharuskan melakukan penghematan melalui mekanisme blokir mandiri (self blocking) sebesar Rp7.470.640.000,00 (tujuh miliar empat ratus tujuh puluh juta enam ratus empat puluh ribu rupiah) atau 8,26% (delapan koma dua puluh enam persen) dari Alokasi Anggaran sebesar Rp90.400.000.000,00 (sembilan puluh miliar empat ratus juta rupiah), sehingga alokasi anggaran LPSK tahun 2016 setelah penghematan menjadi Rp82.929.360.000,00 (delapan puluh dua miliar sembilan ratus dua puluh sembilan juta tiga ratus enam puluh ribu rupiah). Penghematan dilakukan dengan mengurangi alokasi biaya pada output : 1. Layanan dukungan kelembagaan terhadap pemberian perlindungan saksi dan korban dalam peradilan pidana sebesar Rp3.220.678.000,00 (tiga miliar dua ratus dua puluh juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah); 2. Pemberian perlindungan saksi dan korban dalam peradilan pidana sebesar Rp227.210.000,00 (dua ratus dua puluh tujuh juta dua ratus sepuluh ribu rupiah); 3. Layanan Perkantoran sebesar Rp2.022.752.000,00 (dua miliar dua puluh dua juta tujuh ratus lima puluh dua ribu rupiah); dan 4. Peralatan dan fasilitas perkantoran sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Penghematan dilakukan dengan mengurangi alokasi anggaran yaitu : 1. Kegiatan yang sifatnya mendukung kelembagaan LPSK; 2. Anggaran perjalanan dinas beserta biaya lainnya yang mengikat terhadap pelaksanaan kegiatan; dan 3. Karena peruntukannya masih dapat ditangguhkan pelaksanaannya, maka terdapat penghematan dari belanja modal sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk pekerjaan pengadaan furniture dan Interior Kantor LPSK. Realisasi Anggaran Sampai Dengan Tanggal 06 Juni 2016 dari alokasi anggaran Satker Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Tahun Anggaran 2016, realisasi anggaran sampai dengan tanggal 06 Juni 2016 adalah sebesar Rp22.734.449.018,00 (dua puluh dua miliar tujuh ratus 2

tiga puluh empat juta empat ratus empat puluh sembilan ribu delapan belas rupiah) atau sama dengan 27,41% (dua puluh tujuh koma empat puluh satu persen) dari alokasi anggaran LPSK tahun 2016 setelah penghematan sebesar Rp82.929.360.000,00 (delapan puluh dua miliar sembilan ratus dua puluh sembilan juta tiga ratus enam puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut: 1. Belanja Pegawai Realisasi belanja pegawai LPSK adalah sebesar Rp2.054.620.000,00 (dua miliar lima puluh empat juta enam ratus dua puluh ribu rupiah) atau sebesar 32,09 % (tiga puluh dua koma nol sembilan) dari alokasi anggaran sebesar Rp6.402.832.000,00 (enam miliar empat ratus dua juta delapan ratus tiga puluh dua rupiah) 2. Belanja Barang Realisasi belanja barang adalah sebesar Rp20.630.329.018,00 (dua puluh miliar enam ratus tiga puluh juta tiga ratus dua puluh sembilan ribu delapan belas rupiah) atau sebesar 34,64 % (tiga puluh empat koma enam puluh empat persen) dari alokasi anggaran yang dapat digunakan setelah penghematan sebesar Rp59.560.778.000,00 (lima puluh sembilan miliar lima ratus enam puluh juta tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah). 3. Belanja Modal Realisasi belanja modal adalah sebesar Rp49.500.000,00 (empat puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah) atau 0,29 % (nol koma dua puluh sembilan persen) dari alokasi anggaran yang dapat digunakan setelah penghematan sebesar Rp16.965.750.000,00. (enam belas miliar sembilan ratus enam puluh lima juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) Permasalahan tentang masih rendahnya penyerapan anggaran antara lain sebagai berikut : 1) Kegiatan utama LPSK pemberian perlindungan atas saksi dan korban tergantung pada jumlah permohonan yang masuk dan yang disetujui oleh Keputusan Rapat Paripurna oleh Ketua dan Wakil Ketua LPSK; 2) Besar kecilnya anggaran yang dapat direalisasikan dalam rangka pemberian pelayanan perlindungan tergantung pada tingkat kasus yang ditangani (berat/sedang/ringan), jumlah, letak wilayah dan kebutuhan penanganan bagi saksi dan/atau korban yang akan dilindungi; 3) Adanya penghitungan ulang terhadap kebutuhan furniture dan interior kantor dikarenakan adanya penghematan anggaran dan kebutuhan finishing lantai 6 gedung LPSK; 4) Ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan namun masih dalam proses penyelesaian administrasi sekitar Rp2.184.385.600,00 (dua miliar seratus delapan puluh empat juta tiga ratus delapan puluh lima ribu enam ratus rupiah). 2. Badan Narkotika Nasional menyampaikan usulan terkait APBN-P Tahun 2016, adalah sebagai berikut : 3

Bahwa anggaran BNN Tahun 2016 mengalami perubahan sebagaimana Surat Menteri Keuangan Nomor : S-407/MK.02/2016 tanggal 24 Mei 2016 perihal Penyampaian Alokasi Belanja K/L dalam RAPBN-P 2016 dan Surat Menteri Keuangan Nomor : S-377/MK.02/2016 tanggal 13 Mei 2016 perlihal Penghematan/Pemotongan Anggaran Belanja Kementerian Lembaga (KL) TA. 2016, dengan rincian sebagai berikut : Pagu Awal Rp. 1.367.802.022.000 Tambahan Kebutuhan Mendesak Rp. 741.741.951.000 Reward Rp. 90.000.000.000 Penghematan Rp. 65.508.444.000 Pagu BNN Perubahan Rp. 2.134.035.529.000 3. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, menyampaikan hal-hal, sebagai berikut : Alokasi Anggaran BNPT Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 531.914.878.000,- Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-407/MK.02/2016 tanggal 24 Mei 2016 tentang Perubahan Alokasi Belanja K/L dalam RAPBN-P 2016, BNPT mendapatkan tambahan alokasi anggaran sebesar Rp. 200.249.446.000,- atau sebesar 37,65% dari anggaran semula Rp. 531.914.878.000,- sehingga berubah menjadi Rp. 712.445.605.900,- Sesuai dengan Surat kepala BNPT kepada Pimpinan DPR RI Nomor B.508/K.BNPT/5/2016 tanggal 20 Mei 2016 perihal Penyampaian Kembali Kebutuhan Anggaran Belanja Tambahan TA 2016, masih terdapat kebutuhan mendesak yang belum terpenuhi pada APBN Perubahan 2016. Adapun kebutuhan tersebut adalah: 1. Peralatan komunikasi, intelijen dan peralatan pengamanan sebesar Rp. 167.000.000.000,- dan 2. Pengamanan Kawasan sebesar Rp.77.000.000.000,- sehingga total kebutuhan tersebut sebesar Rp.244.000.000.000,- 4. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, menyampaikan beberapa hal, sebagai berikut : Berdasarkan DIPA Nomor : SP DIPA-078.01.1.453374/2016 tanggal 7 Desember 2015, alokasi anggaran PPATK TA 2016 ditetapkan sebesar Rp.190.000.000.000,- Rincian alokasi anggaran PPATK TA 2016 sebagai berikut: 1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK, sebesar Rp.56.636.587.000 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK, sebesar Rp.97.155.133.000 3) Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme sebesar Rp.36.208.280.000 Kebijakan Penghematan/Pemotongan Anggaran Belanja PPATK, Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2016, PPATK dikenakan penghematan/ pemotongan anggaran belanja sebesar Rp15.791.635.000,-. Dengan demikian pagu PPATK TA 2016 berkurang menjadi Rp174.208.365.000,- dengan rincian sebagai berikut: 4

PROGRAM Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme SETELAH PEMOTONGAN (Rp) 55.102.671.000 91.278.113.000 27.827.581.000 174.208.365.000 Kebijakan pemotongan anggaran tersebut berdampak pada berkurangnya target kinerja PPATK yang telah ditetapkan serta terganggunya rencana pelaksanaan kegiatan utama PPATK dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan PT di Indonesia, antara lain meliputi: 1. Pelaksanaan analisis transaksi keuangan mencurigakan; 2. Pemeriksaan Tindak Pindana Pencucian Uang dan Pendanaan terorisme; 3. Pelaksanaan audit kepatuhan pelaporan transaksi keuangan mencurigakan terhadap pihak pelapor; 4. Pelaksanaan pelatihan tata cara pelporan transaksi keuangan mencurigakan; 5. Pelaksanaan riset tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme; 6. Persiapan pelaksanaan kegiatan Counter Terrorism Financing Summit; 7. Pengadaan peralatan Teknologi Informasi; 8. Pemenuhan sarana dan prasarana dalam rangka persiapan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang. Disamping itu, saat ini PPATK masih memerlukan tambahan alokasi belanja pegawai sebesar Rp15.007.905.171,- yang belum diakomodir dalam DIPA PPATK TA 2016. mengharapkan dukungan dan persetujuan Pimpinan dan Anggota Komisi III atas usulan APBN-P dimaksud. Perubahan Alokasi Belanja PPATK dalam RAPBN-P 2016, Berdasarkan surat Menteri Keuangan nomor S-407/MK.02/2016 tanggal 24 Mei 2016 hal Perubahan Alokasi Belanja K/L dalam RABPN-P 2016, PPATK mendapatkan penghargaan atas pelaksanaan anggaran belanja di tahun 2014 sebesar Rp30.000.000.000,-. Tambahan alokasi anggaran tersebut diprioritaskan untuk: 1. Penambahan kekurangan alokasi belanja pegawai; 2. Penambahan alokasi anggaran atas kegiatan yang telah diusulkan untuk dipotong namun mengakibatkan berkurangnya target kinerja dan output; 3. Penambahan alokasi anggaran untuk pembahasan RUU pembatasan transaksi tunai; 4. Penambahan alokasi anggaran untuk pelaksanaan Counter Terrorism Financing Summit di Bali pada bulan Agustus 2016; 5

5. Pemenuhan peralatan Teknologi Informasi dalam rangka mendukung pengelolaan data PPATK; 6. Pemenuhan sarana dan prasarana dalam rangka persiapan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang. Dengan adanya penghargaan tersebut, maka alokasi anggaran PPATK yang akan diusulkan dalam APBN-P tahun 2016 menjadi sebesar Rp204.208.365.000,- dengan perincian: PROGRAM ALOKASI APBN-P (Rp) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK 71.034.730.000 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK 98.839.136.000 Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan 34.334.499.000 Terorisme JUMLAH 204.208.365.000 5. Beberapa hal lainnya yang menjadi pokok pembahasan, diantaranya adalah sebagai berikut : Masalah terorisme dan narkotika adalah hal yang menjadi perhatian utama, karena telah menjadi masalah yang serius bagi bangsa. Sehingga anggaran yang berkaitan dengan 2 hal ini seharusnya tidak mengalami penghematan. Bahwa anggaran mitra Komisi III harus berbasis penegakan hukum, bahwa ketentuan dalam Inpres Nomor 4 Tahun 2016 yang menyangkut penghematan/pemotongan ini belum dapat berlaku, karena DPR belum menyetujui APBN-Perubahan. Disisi lain, diharapkan RUU Tax Amnesty dapat disetujui. Diharapkan anggaran PPATK, BNPT dan LPSK tidak banyak pemotongan, termasuk untuk BNN tidak ada pemotongan, mengingat masalah narkoba harus ditangani secara serius. Dengan adanya pemotongan anggaran di BNN seharusnya ada penambahan anggaran. Bahwa kinerja BNN, PPATK dan BNPT bersifat lex spesialis, sehingga patut mendapatkan apresiasi atas kinerjanya selama ini. Terkait dengan tugas BNPT, bidang yang harus dikedepankan adalah bidang pencegahannya. Bahwa disaat bangsa Indonesia menyatakan perang terhadap narkoba dan teroris, disaat yang sama Pemerintah melakukan penghematan/pemotongan lembaga terkait. Bahwa LPSK tidak pernah mendapatkan reward dan menghadapi dalam anggaran sehingga anggaran untuk APBN-P TA 2016 dapat ditambah, dikarenakan anggaran pada saat ini dinilai tidak mencukupi. Bahwa terkait penegakan hukum yang dilakukan BNN harus didukung dengan anggaran sehingga tidak dapat dihemat, walaupun BNN pada APBNP TA 2016 mendapatkan reward. 6

6. Beberapa hal tambahan penjelasan yang disampaikan oleh mitra kerja, diantaranya sebagai berikut : BNN menjelaskan bahwa penghematan memiliki pengaruh terhadap program kerja BNN, akan tetapi BNN selaku aparat harus memahami kondisi keuangan Negara. BNN juga pada saat ini memerlukan alat yang cukup mahal, akan tetapi BNN berusaha untuk menyusun program prioritas. Pada saat ini salah satu alat yang canggih adalah K9 yang membutuhkan biaya Rp.150.000.000 per hewan siap pakai. Saat ini BNN membutuhkan 2000 ekor. BNN sudah mendapatkan tambahan pagu yang berawal dari 1.3 trilyun dan mendapat tambahan 700 milyar dan mendapatkan reward Rp.90.000.000.000 BNPT menjelaskan bahwa alokasikan anggaran dengan menggunakan sistem IT. Anggaran pengadaan tanah dialihkan untuk operasional, tetapi sudah dikoordinasikan dengan pihak pihak terkait. PPATK menjelaskan bahwa sangat mengapresiasi dukungan Komisi III atas anggaran PPATK. LPSK menjelaskan bahwa LPSK merasakan pemotongan anggaran akan mengganggu kinerja LPSK. Terkait RUU terorime, LPSK akan terlibat secara proaktif dalam penyusunannya. Saat ini, sedang dijajaki untuk pembentukan Kantor Perwakilan LPSK di daerah. III. KESIMPULAN/PENUTUP Rapat Dengar Pendapat Komisi III dengan Kepala BNN, BNPT, PPATK dan LPSK mengambil keputusan / kesimpulan, sebagai berikut : Komisi III DPR RI menerima penjelasan : 1. Kepala BNN terkait pagu awal tahun 2016 sebesar Rp 1.367.802.022.000,-. dikenakan penghematan berdasarkan Inpres No. 4 tahun 2016 sebesar Rp 65.508.444.000,- dan memperoleh tambahan anggaran dari reward sebesar Rp 90.000.000.000,- dan mendapat tambahan untuk kebutuhan mendesak sebesar Rp 741.741.951.000,-. berdasarkan surat Menteri Keuangan S- 407/MK.02/2016. Sehingga pagu R-APBNP 2016 menjadi Rp 2.134.035.529.000,- 2. Kepala PPATK terkait pagu awal tahun 2016 sebesar Rp 190.000.000.000,- dikenakan penghematan berdasarkan Inpres No. 4 tahun 2016 sebesar Rp. 15.791.635.000,- dan memperoleh tambahan anggaran dari reward sebesar Rp.30.000.000.000,-. berdasarkan surat Menteri Keuangan S- 407/MK.02/2016. Sehingga pagu R-APBNP 2016 menjadi Rp. 204.208.365.000,-. PPATK juga menyampaikan usulan tambahan anggaran untuk memenuhi kebutuhan belanja pegawai sebesar Rp.15.007.905.171,- 7

3. Sestama BNPT terkait pagu awal tahun 2016 sebesar Rp.531.914.878.000,- dikenakan penghematan berdasarkan Inpres No. 4 tahun 2016 sebesar Rp. 19.718.718.100,- dan tambahan alokasi anggaran sebesar Rp. 200.249.446.000,- berdasarkan surat Menteri Keuangan S-407/MK.02/2016. Sehingga pagu R-APBNP 2016 menjadi Rp.712.445.605.900,-. BNPT juga menyampaikan usulan tambahan anggaran mendesak, antara lain untuk kebutuhan peralatan komunikasi, intelijen dan peralatan pengamanan serta pengaman wawasan sebesar Rp.244.000.000.000,-. 4. Ketua LPSK terkait pagu awal tahun 2016 sebesar Rp.90.400.000.000,- dikenakan penghematan berdasarkan Inpres No. 4 tahun 2016 sebesar Rp. 7.470.640.000,-. Sehingga pagu R-APBNP 2016 menjadi Rp. 82.929.360.000,-. Selanjutnya penjelasan dari Kepala BNN, Kepala PPATK, Sestama BNPT dan Ketua LPSK untuk dibahas dan diputuskan dalam rapat pleno Komisi III DPR RI yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat sesuai dengan mekanisme yang ditentukan dalam Peraturan Tata Tertib DPR RI dan UU MD3. Rapat ditutup pukul 15.50 WIB 8