Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

Maulina. Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal serta bidang Mikrobiologi Kedokteran. 4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian. Semarang dan sekitarnya.

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN ISPA PADA BALITA DI POSYANDU Tina Yuli Fatmawati 1

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian ini adalah Pre Experimental dengan pendekatan one

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM TRI ( TRAINING ISPA ) DI SD NEGERI PENDRIKAN 1 BIDANG KEGIATAN PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

SUYANI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ISPA DI RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH RINI MULYATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Deteksi Dini Penyakit ISPA

Transkripsi:

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada Palembang ABSTRAK World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Ibu memiliki peranan yang cukup penting dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan bagi anaknya. Pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA yang merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada Balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. Desain penelitian ini adalah Pra Experiment dengan pendekatan One group Pretest-Postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai balita yang datang berkunjung ke Puskesmas Ariodillah yang didiagnosa ISPA. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 98 sampel. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai α = 0,05. Hasil penelitian ini sebagian besar pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik sebanyak 3 orang (3,1%), sebagian besar pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA setelah diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik sebanyak 61 orang (62,2%), ada perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan p value = 0,000. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Diharapkan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Ariodillah untuk dapat lebih meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan / penyuluhan kesehatan minimal 2 bulan sekali agar orang tua yang mempunyai balita mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang penyakit ISPA namun pengetahuan tentang penyakit penyakit lain yang sering dijumpai di masyarakat seperti diare, DBD, malaria dan lain-lain. Kata kunci : Pengetahuan penyakit ISPA, Pendidikan Kesehatan 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak yaitu batuk, pilek. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan pilek sebanyak 3 sampai 6 kali pertahun. Sebagian kelompok ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Ditjen PPM dan PLP Dep.Kes. RI, 2000). Hasil survei kesehatan nasional di Indonesia tahun 2001 menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28% artinya bahwa dari 100 bayi meninggal 28 disebabkan oleh penyakit ISPA dan terutama 80% kasus kematian ISPA pada balita adalah akibat Pneumonia. Angka kematian balita akibat pneumonia pada akhir tahun 2000 di perkirakan sekitar 4,9 / 1000 balita, berarti terdapat 140.000 balita yang meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, atau rata-rata 1 anak balita Indonesia meninggal akibat pneumonia setiap 5 menit (Wahyuni, 2008). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, jumlah penderita ISPA pada tahun 2007 sebanyak 112.905 (30,1%), penderita, tahun 2008 sebanyak 116.969 (33,0%) penderita, tahun 2009 sebanyak 110.507 (44,2%) penderita dan pada tahun 2010 sebanyak 59.298 (46,8%) penderita (Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, 2010). Penyebab ISPA paling berat disebabkan infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenzae. Banyak kematian yang diakibatkan oleh pneumonia terjadi di rumah, diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi (Rasmaliah, 2004). Ibu memiliki peranan yang cukup penting dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan bagi anaknya. Pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA yang merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak sangat penting. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman pada ibu-ibu tentang penyakit ISPA, maka perlu diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan penyakit ISPA ini (Purnomo, 2001). 1.2 Rumusan Masalah Belum diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ispa pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita,Amalia 1

kesehatan di Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada Balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Diketahuinya tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada Balita sebelum diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. 2) Diketahuinya tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada Balita setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. 3) Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada Balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Ariodillah Palembang tahun 2012. 2. Metodologi Penelitian 2.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian Pra Eksperimen. Dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian 2.2.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini yaitu orang tua yang mempunyai Balita yang datang berobat dan didiagnosa ISPA di Puskesmas Ariodillah dari bulan Januari Desember tahun 2011 sebanyak 4.659 orang. 2.2.2 Sampel Penelitian Sampel yang diteliti adalah dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik numerik berpasangan yang berjumlah 98 sampel. 2.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ariodillah Palembang tanggal 16 Oktober 5 November 2012. 2.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 2.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/angket, observasi, wawancara. 2.4.2 Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah menggunakan software komputer, dengan tahap Editing, Coding, Entry, dan Cleaning. 2.5 Analisis Data 2.5.1 Analisis Univariat Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik subjek penelitian (umur, pekerjaan) dan pengetahuan orang tua balita tentang penyakit ISPA sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. 2.5.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada Balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Data hasil uji normalitas menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik paired t-test bila distribusi data normal, menggunakan uji statistik Wilcoxon bila distribusi data tidak normal, dengan menggunakan nilai = 5%. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Univariat 3.1.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Persentase Karakteristik Jumlah % Umur 1. 31 tahun 2. 31 tahun Pekerjaan 1. IRT 2. Swasta 3. PNS 4. Lain-lain Sumber : Amalia, 2012. 57 41 71 7 4 16 58,2 41,8 72,4 7,1 4,1 16,3 Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa orang tua balita yang berumur 31 tahun yaitu sebanyak 57 orang (58,2%) sedangkan orang tua balita yang berumur > 31 tahun sebanyak 41 orang (41,8%). Responden yang mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 71 orang (72,4%), yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 7 orang (7,1%), PNS sebanyak 4 orang (4,1%) dan lain-lain sebanyak 16 orang (16,3%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Orang Tua Pengetahuan Sebelum diberikan pendidikan Jumlah Persentase % Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita,Amalia 2

kesehatan 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Setelah diberikan pendidikan kesehatan 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Sumber : Amalia, 2012 Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN. 2338-4433 3 21 74 61 29 8 3,1 21,4 75,5 62,2 29,6 8,2 Berdasarkan tabel 2 diatas responden yang mempunyai pengetahuan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 3 orang (3,1%) sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (21,4%) dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 74 orang (75,5%). Responden yang mempunyai pengetahuan baik setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 61 orang (62,2%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (29,6%) dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (8,2%). 3.1.2 Bivariat 3.1.2.1 Uji Normalitas Hasil uji normalitas penelitian ini menggunakan kolmogorov-smirnov karena sampel data penelitian > 50 sampel. Hasil uji normalitas pengetahuan orang tua balita tentang penyakit ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Penyakit ISPA Sebelum dan Variabel Mean SD Min Maks value Sebelum 49,14 13,11 26,67 76,67 0,053 Setelah 75,00 11,44 33,33 93,33 0,000 Sumber : Amalia, 2012 Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 49,14 + 13,11 dengan nilai minimum 26,67, nilai maksimum 76,67 dan didapatkan nilai p value = 0,053 dengan nilai α = 0,050 (p > α), dan rata -rata pengetahuan orang tua kesehatan yaitu 75,00 + 11,44 dengan nilai minimum 33,33, nilai maksimum 93,33 didapatkan nilai p value = 0,000 dengan nilai α = 0,050 (p < α), hal ini berarti data tidak terdistribusi normal. 3.1.2.2 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA Pada Balita Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil analisis bivariat penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Perbedaan tingkat pengetahuan Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita,Amalia 3 orang tua balita tentang penyakit ISPA sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 4 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA Pada Balita Sebelum dan Pengetahuan orang tua Mean SD value Pengetahuan orang tua 49,14 13,11 sebelum 0,000 Pengetahuan orang tua 75,00 11,44 setelah Sumber : Amalia, 2012. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata pengetahuan orang tua balita tentang penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 49,14% (rata rata responden dalam kategori pengetahuan kurang) dengan standar deviasi 13,11 sedangkan rata-rata pengetahuan orang tua balita tentang penyakit ISPA setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah 75,00% (rata rata responden dalam kategori pengetahuan cukup) dengan standar deviasi 11,44. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value = 0,000 dengan nilai α = 0,05 (p < α), hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Univariat 3.2.1.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Berdasarkan hasil dari analisis univariat Tingkat Pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 3 orang (3,1%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (21,4%) dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 74 orang (75,5%). Rata-rata pengetahuan orang tua balita tentang penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 49,14% (rata rata responden dalam kategori pengetahuan kurang) dengan standar deviasi 13,11. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas antara lain: tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%- 100%, tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-

75% dan tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%. Menurut Wahyuni (2008), bahwa hampir semua ibu-ibu yang mempunyai anak balita dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) belum mengetahui pasti tentang penyakit ISPA, gejala klinis, bahaya ISPA dan upaya pencegahan ISPA, dan mereka menyatakan penting adanya penyuluhan tentang ISPA pada balita dan pencegahannya. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari berbagai cara yaitu salah satunya dengan mendengarkan informasi yang diberikan oleh seseorang, orang tua yang tidak tahu tentang pendidikan kesehatan kemungkinan besar tidak tahu cara penanganan penyakit seperti apa dan bagaimana, sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui informasi atau pendidikan kesehatan untuk menangani kesehatan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. 3.2.1.2 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita Berdasarkan hasil dari analisis univariat tingkat pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan didapatkan responden yang mempunyai pengetahuan baik setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 61 orang (62,2%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (29,6%) dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (8,2%). Rata-rata pengetahuan orang tua balita kesehatan adalah 75,00% (rata rata responden dalam kategori pengetahuan cukup) dengan standar deviasi 11,44. Menurut Purnomo (2001), Ibu memiliki peranan yang cukup penting dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan bagi anaknya. Pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA yang merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak sangat penting. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman pada ibu-ibu tentang penyakit ISPA, maka perlu diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan penyakit ISPA ini. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan orang tua dapat bertambah melalui lingkungan sekitarnya, dengan mengikuti penyuluhan atau pendidikan kesehatan disekitar lingkungannya maka orang tua mendapatkan informasi kesehatan dan pengetahuan ibu tersebut dapat bertambah serta diharapkan ibu dapat mengerti, memahami dan menerapkan pengetahuan yang didapatkannya. 3.2.2 Bivariat Hasil analisis bivariat didapatkan rata-rata pengetahuan orang tua balita tentang penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 49,14% (rata rata responden dalam kategori Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita,Amalia 4 pengetahuan kurang) dengan standar deviasi 13,11 sedangkan rata-rata pengetahuan orang tua balita kesehatan adalah 75,00% (rata rata responden dalam kategori pengetahuan cukup) dengan standar deviasi 11,44. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value = 0,000 dengan nilai α = 0,05 (p < α), hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan ( Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik (Hidayat, 2007). Hasil penelitian ini didukung oleh teori Depkes (2002), yang menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, yang bertujuan sebagai berikut: tercapainya masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahrani (2011), tentang Pendidikan Kesehatan Tentang Penatalaksanaan ISPA terhadap Pengetahuan dan Ketrampilan Ibu Merawat balita ISPA di Rumah didapatkan hasil adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan ketrampilan dengan nilai p = 0,000. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua tantang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang ISPA. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan 1. Sebagian besar pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik sebanyak 3 orang (3,1%). 2. Sebagian besar pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA setelah diberikan pendidikan

kesehatan dalam kategori baik sebanyak 61 orang (62,2%). 3. Ada perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan p value = 0,000. 4.2 Saran 4.2.1 Bagi Puskesmas Ariodillah Palembang Diharapkan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Ariodillah untuk dapat lebih meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan minimal 2 bulan sekali agar orang tua yang mempunyai balita mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang penyakit ISPA namun pengetahuan tentang penyakit penyakit lain yang sering dijumpai dimasyarakat seperti diare, DBD, malaria dan lain-lain. 4.2.3 Bagi Peneliti Lainnya Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian ini yang menggunakan desain penelitian ekperimental dengan metode penyuluhan atau memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terhadap penyakit lain yang banyak ditemukan dimasyarakat maupun menjadi salah satu masalah atau penyakit terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas. Hubungan Kadar Debu Total dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Kecamatan Genuk Kota Semarang. www.digilib.litbang.depkes.go.id Rasmaliah, 2004. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Fakultas Kesehatan Masyrakat, Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmrasmaliah9.pdf. Syahrani, 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penatalaksanaan ISPA Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Ibu Merawat Balita ISPA Di Rumah. http://www.digi;ib.litbang.depkes.go.id/go. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman pemberantasan penyakit saluran pernafasan akut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI., 2005. Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut untuk penanggulangan premonia pada balita. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2010. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010. DirJen, PPM-PLP, Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penaggulangan Pnemonia Pada Balita. Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilan belas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Purnomo, H., 2001. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit ISPA pada Balita,Amalia 5