PERBEDAAN PENGATURAN QUICK OF BLOOD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA QUICK OF BLOOD (Qb) DENGAN ADEKUASI HEMODIALISIS PADA PASIEN YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RUANG HD BRSU DAERAH TABANAN BALI

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

Kata kunci : PGK, hemodialisis, quick of blood dan RRU

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH Imam Hadi Yuwono*, Yunie Armiyati**, Chanif ***

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

Pengaruh Hemodialisis terhadap Urea Reduction Ratio pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V di RSUP Dr. M. Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

Oleh: J DOKTER

transplantasi adalah pasien dan hanya ada 920 pasien yang menerima transplantasi (NHSBT, 2014). Hemodialisis merupakan metode perawatan umum

HEMODIALYSIS PADA ANAK. Tatik Dwi Wahyuni, SKep Ns RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS BIAYA DIALISIS DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

PEMAKAIAN DIALIZER REUSE YANG LAYAK DIGUNAKAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA

Imam Hadi Yuwono 1, Yunie Armiyati 2, Chanif 3

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

PENGARUH PEMBALIKAN DOUBLE LUMENT CATHETER TERHADAP ADEKUASI DIALISIS PADA PASIEN HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.

PENGARUH BREATHING EXERCISE TERHADAP LEVEL FATIGUE PASIEN HEMODIALISIS DI RSPAD GATOT SUBROTO JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

Dewantari EO, Taruna A, Angraini DI, Dilangga P. Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

HUBUNGAN ANTARA QUICK OF BLOOD

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL


BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

HUBUNGAN BESARNYA ULTRAFILTRASI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RUTIN 1. Kusnanto 2, Syaifudin 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

PERBEDAAN KADAR KREATININ DARAH ANTARA HEMODIALISA 2 KALI DENGAN 3 KALI PER MINGGU PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

Abstract. Key words: Dialysis (HD, DPMB), Quality of life, Short Form-36, Terminal Renal Failure,

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF PATIENTS

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

Transkripsi:

PERBEDAAN PENGATURAN QUICK OF BLOOD BERDASARKAN PERUBAHAN BERAT BADAN DAN KENYAMANAN TERHADAP PENCAPAIAN ADEKUASI HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISIS RSUD BANYUMAS Alfiyatun Ni mah 1, Endiyono 2, Eko Winarto 3 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto 3 Perawat spesialis di RSUD Banyumas Abstrak Latar Belakang : Hemodialisa merupakan tindakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh dengan proses eliminasi normal akibat gagal ginjal. Adekuasi hemodialisa dapat dihitung dengan Kt/V. Untuk mencapai Kt/V sesuai standar, Qb yang diterapkan harus sesuai dengan perubahan berat badan pasien. Metode : Jenis penelitian dengan quasi eksperimen dengan mengukur nilai adekuasi hemodialisis Kt/V antara kelompok qb dengan kenyamanan (kontrol) dan qb sesuai perubahan berat badan(intervensi). Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 pasien, dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 20 responden Hasil : Karakteristik responden, laki-laki (57,5%), usia dominan 35-55 tahun (70%). Hasil uji t antar kelompok kontrol dan kelompok intervensi, awal sebelum perlakuan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p-value=0,357>0,05) setelah perlakuan pengaturan QB, terdapat perbedaan yang bermakna (p-value =0,000<0.05). Kesimpulan : Metode pengaturan QB sesuai perubahan berat badan lebih banyak membersihkan racun darah sisa metabolisme pasien dan membuat nilai adekuasi hemodalisis pasien lebih optimal. Kata kunci : Quick of blood (QB), adekuasi hemodialisis, Kt/V PENDAHULUAN Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, ditandai adanya protein dalam darah urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3 Data dari beberapa pusat penelitian yang tersebar di seluruh Indonesia melaporkan bahwa penyebab gagal ginjal tahap akhir yang menjalani dialisis adalah bulan (Black & Hawks, 2009; Kliger, 2010; National Kidney Disease Education Program, 2010). Gagal ginjal suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa transplantasi ginjal dan dialisis (Suwitra, 2006). glomerulonefritis (36,4%), penyakit ginjal obstruksi dan infeksi (24,4%), penyakit ginjal diabetic (19,9%) sebab lain (5,2%) (Prodjosudjadi, 2009). Perhimpunan 1

2 Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada tahun 2000 mencatat penderita penyakit ginjal tahap akhir di Indonesia yang memilih terapi hemodialisis karena glomelunofritis adalah 46,39 %, Diabetes mellitus 18,65 %, obstruksi dan infeksi saluran kemih 12,85 %, hipertensi 8,46%, serta sebab lainnya 13,65% (Sudoyo, Sutiyahadi, Alwi, Simadibrata & Setiati, 2006). Wilayah Jawa Tengah, kasus gangguan fungsi ginjal pada tahun 2004 dilaporkan sebanyak 170 kasus (Dinkes PemProp Jateng, 2004). Berdasarkan data di ruang hemodialisis RSUD Banyumas pada tahun 2013 pasien CKD yang menjalani terapi dialisis semakin meningkat dari bulan januari sebanyak 124 pasien,bulan februari sebanyak 133 pasien dan bulan maret 137 pasien (Rekam Medik RSUD Banyumas, 2013). Intervensi untuk pasien CKD yang saat ini semakin banyak digunakan yaitu hemodialisis. Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme berupa larutan dan air yang ada pada darah melalui membran semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer (Thomas, 2002). Prinsip kerja perpindahan cairan pada hemodialisis adalah difusi, osmosis, ultrafiltrasi dan konveksi (Thomas, 2002; Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005). Terapi pengganti ginjal jenis Hemodialisa lebih banyak dipilih dibandingkan dengan terapi Peritoneal Dialysis karena proses yang lebih singkat dan lebih efisien terhadap pengeluaran zat-zat dengan berat molekul rendah (Ignatavicius & Workman, 2006). Terapi pengganti ginjal jenis hemodialisa diarahkan untuk mencapai adekuasi hemodialisa. Adekuasi atau kecukupan hemodialisis merupakan terpenuhinya kebutuhan hemodialisis yang ditandai dengan pasien merasa lebih baik dan nyaman serta semakin panjangnya usia hidup pasien (Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005). Cara penilaian adekuasi hemodialisis dapat secara kualitatif dan kuantitatif. Kriteria adekuasi hemodialisis kualitatif dapat dinilai secara klinis seperti; keadaan umum dan nutrisi yang baik, normotensi, tidak terjadi anemia, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa masih normal, metabolisme kalsium dan fosfor terkontrol, kualitas hidup baik. Dampak negatif dari hemodialisis yang tidak adequat akan dijumpai tanda-tanda lemah atau cepat lelah, berat badan turun, tidak ada nafsu makan, nause/vomiting, merasa nyaman setelah dialisis, kulit yellowish skin color, sering infeksi, perdarahan memanjang, prematur death. Apabila suatu tindakan hemodialisis tidak adequat maka akan meningkatkan mortalitas. Penelitian oleh Charra (2000 dalam Thomas, 2002) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecukupan dialisis yang adekuat dengan pencapaian tujuan dialysis Adekuasi hemodialisis secara kuantitatif dengan menghitung Urea Reduction Ratio (URR ) atau menggunakan rumus Kt/V. Urea Reduction Ratio merupakan reduksi ureum pada pasien hemodialisis dari predialisis sampai postdialisis. Sedangkan Kt/V (Urea Kinetik modeling) merupakan ratio bersihan ureum dan waktu selama hemodialisis terhadap volume urem yang terdistribusi pada tubuh pasien. K adalah bersihan ureum dializer (ml/menit), t menyatakan lamanya waktu hemodialisis (menit) dan V adalah volume distribusi ureum dalam cairan tubuh (ml) (Kallenbach, Gutch, Stoner, & Corca, 2005).

3 Konsep Kt/V menjadi metode pilihan untuk mengukur dosis dialisis yang diberikan karena lebih akurat menunjukkan penghilangan urea, bisa dipakai untuk mengkaji status nutrisi pasien dengan memungkinkan perhitungan angka katabolisme protein yang dinormalisir dan bisa dipakai untuk peresapan dialisis untuk penderita yang memiliki fungsi renal residual (Daugirdas,Blake & Ing,2007). Konsensus Dialisis Pernefri ( 2003 ) menyatakan target Kt/V yang ideal adalah 1,2 ( URR 65% ) untuk hemodialisis 3X perminggu selama 4 jam perkali hemodialisis dan 1,8 untuk hemodialisis 2X perminggu selama 4-5 jam perkali hemodialisis. Faktor yang berkontribusi pada konsep Kt/V yaitu waktu dialisis, dialisat, akses vaskuler, water treatment, status nutrisi, kecepatan aliran darah (Quick of Blood). Proses perpindahan cairan darah pasien menuju dializer ditentukan oleh kecepatan aliran darah. Kecepatan aliran darah (Quick of Blood/ Qb) merupakan jumlah darah yang dapat dialirkan dalam satuan waktu ( ml/menit ). Semakin banyak darah yang dialirkan menuju dializer dalam permenitnya maka semakin banyak zat-zat toksik dan cairan yang berlebih dapat dikeluarkan dapat dikeluarkan dari tubuh pasien (Kallenbach, Gutch, Stoner, & stabil yang sesuai kondisi pasien. Selama proses hemodialisis berlangsung, perawat ruangan melakukan pengaturan dan pemantauan Qb. Saat intra hemodialisis, apabila pasien mengalami komplikasi yang membutuhkan intervensi pengaturan Qb maka perawat melakukan pengaturan Qb hingga pasien merasa nyaman (NIDDK, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaturan Qb berdasarkan perubahan berat badan pasien Corca,2005). Pengaturan Qb yang tepat diperlukan untuk tercapainya bersihan (clearence) yang optimal. Quick of Blood (Qb) setiap pasien hemodialisis dapat ditentukan berdasarkan ukuran lumen kateter/jarum (Gibney, 2010; Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005), akses vaskuler (Weitzel & Ypsilanti, 2006; Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005), berat badan (Kim, 2004). Daugirdas, Blake, & Ing (2007) menyampaikan bahwa pengaturan Qb perlu memperhatikan penyakit kardivaskuler yang diderita pasien hemodialisis. Pencapaian Qb yang optimal dapat ditentukan dari pemberian dynamic arterial line pressure sebesar 200 mmhg (Bravo, 2008). Pengaturan Qb yang diberikan kepada pasien selain disesuaikan dengan kepatenan akses vaskuler juga memperhatiakan kenyamanan pasien. Kenyamanan pasien berkaitan dengan komplikasi intradialisis yang dialami oleh pasien seperti hipotensi, kram, mual, muntah, ataupun pusing. Nilai Qb yang biasa diberikan pada pasien hemodialisis berkisar antara kecepatan 200-300 ml/menit. Selanjutnya diberikan kecepatan antara 200-300 ml/menit hingga diperoleh nilai Qb yang mendekati dengan pengaturan Qb berdasarkan kenyamanan terhadap pencapaian adekuasi hemodialisis. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD

4 Banyumas., pasien rutin yang menjalani terapi hemodialisis minimal selama 3 bulan.,pasien yang menjalani hemodialisa 2x seminggu, pasien yang menjalani hemodialisa 4 jam. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:. Pasien yang mempunyai komplikasi penyakit (kardiovaskuler). Analisadatamenggunakan uji t independen untuk mengidentifikasi perbedaan adekuasi hemodialisis antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD Banyumas pada Desember 2013 sampai Januari 2014. Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 pasien, dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 20 responden. Karakteristik responden Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat di tabel 4.1 Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Variabel Kelompok Quick of blood(qb) Sesuai kenyamanan Sesuai perubahan pasien (kontrol) berat badan pasien (n-20) (intervensi) (n=20) Total (n=40) n % n % n % Jenis kelamin Laki-laki 12 60% 11 55% 23 57,5% Perempuan 8 40% 9 45% 17 42,5% Jumlah 20 100% 20 100% 40 100% Berdasarkan jenis kelamin pasien yang menjalani hemodialisa didominasi oleh laki-laki (57,5%) sejumlah 23 subyek dari total 40 subyek penelitian. Pada masing masing kelompok, kelompok kontrol jenis kelamin laki-laki mendominasi sebesar 60%. Hasil sama pada kelompok intervensi responden laki-laki ikut mendominasi (55%). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat di tabel 4.2

5 Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan usia Variabel Kelompok Quick of blood(qb) Sesuai kenyamanan Sesuai perubahan pasien (kontrol) berat badan pasien (n-20) (intervensi) (n=20) Total (n=40) n % n % n % Usia <21 tahun 0 0% 1 5% 1 2,5% 21-34 tahun 2 10% 4 20% 6 15% 35-55 tahun 14 700% 14 70% 28 70% >55 tahun 4 20% 1 5% 5 12,5% Jumlah 20 100% 20 100% 40 100% yang Usia 35-55 tahun pada total pasien menjalani hemodialisa termasuk subyek yang paling banyak mendominasi (70%). Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan berat badan interdialisis No Variabel Mean Median 1 Kelompok QB sesuai kenyamanan pasien (kontrol) Berat badan interdialisis 3,547 (Kg) 3,5 Pre HD 56,87 54,750 Post HD 51,175 50 2 Kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien (intervensi) Berat interdialisi 3,153 3,00 Pre HD 53,322 50,550 Post HD 51.175 50,00 Standar deviasi Min-Max 95% CI 0,980 1,5-6,5 3,394-3,700 12,05 35-86,5 54,987-58,781 11,770 43-63 51,281-55,61 0,7709 1,5-5 3,033-3,270 11,70 32-83 50,281-52,069 5,471 40-63 47,168-48,876 Rerata berat badan interdialisis pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien, adalah 3,547 kg dengan standar deviasi sebesar 0,980.Rerata berat badan sebelum dan sesudah hemodalisis adalah 56,87 kg dan 51,175 kg. Pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien, rerata berat badan interdialisis adalah 3,153 kg dan standar deviasi sebe sar 0,7709. Rerata berat badan sebelum dan sesudah hemodalisis adalah 53,322 kg dan 50 kg.

6 Penggunaan Qb pada pasien hemodialisis sesuai berat badan) Rerata nilai Quick Of Blood (QB) pada kedua kelompok dapat dilihat di tabel 4.4 Tabel 4.4 Rerata Quick Of Blood (QB) No Variabel 1 Sesuai kenyamanan pasien (kelompok kontrol Mean Median 156,063 160 Nilai Quick of Blood (QB) Standar Min - Max 95%CI deviasi 27,91 75-190 151,704-160,421 2 Sesuai perubahan berat badan pasien (kelompok intervensi) 205,531 202,500 23,11 170-255 201,922-209,141 Nilai QB pada kelompok kontrol memiliki rerata 156,063±27,91 dan rerata kelompok intervensi adalah 205,531±23,11. Nilai QB pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien lebih tinggi daripada pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) Kt/V sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok intervensi. Tabel 4.5 Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan sesudah pengaturan QB QB pada kelompok intervensi No Variabel Kelompok quick of blood(qb) sesuai perubahan berat badan pasien (kelompok intervensi) Mean Standar deviasi Min-Max 95%CI Median 1 Sebelum pengaturan QB 1,435 1.4 0,1137 1,2-1,6 1,382-1,488 2 Setelah pengaturan QB 1,215 1,200 O,066 1,2-1,3 1,198-1,232 Rerata adekuasi hemodalisis pada kelompok intervensi sebelum pengaturan QB adalah 1,435±0,1137 dan setelah pengaturan QB adalah1,215±0,066. Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok kontrol

7 Tabel 4.6 Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan sesudah pengaturan QB QB pada kelompok kontrol No Variabel Kelompok quick of blood (QB) sesuai kenyamanan pasien (kelompok kontrol) Mean Standar Min-Max 95%CI Median deviasi 1 Sebelum pengaturan QB 1,47 1,5 0,138 1,2-1,7 1,405-1,535 2 Setelah pengaturan QB 1,460 1,400 0,1759 1,2-1,6 1,378-1,542 Rerata adekuasi hemodalisis pada kelompok kontrol sebelum pengaturan QB adalah 1,47±1,38 dan setelah pengaturan QB adalah1,460±0,1759 Perbedaan Kt/V pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Pengaruh adekuasi hemodialisis sebelum dan sesudah pengaturan QB dengan uji t berpasangan, dapat dilihat di tabel 4.7 Tabel 4.7 Perbedaan adekuasi hemodialisis sebelum dan sesudah pengaturan QB No Variabel Perbedaan mean Standar deviasi t df p- value Adekuasi hemodialysis (Kt/V) 1 Kelompok QB sesuai 0,0100 0,1252 0,357 19 0,725 kenyamanan pasien 2 Kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien 0,2200 0,1105 8,904 19 0,000 Dari hasil uji t berpasangan (paired t test) diketahui p-value untuk parameter nilai adekuasi (Kt/V) pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien adalah 0,725 (p>0,005). Hal ini berarti rerata nilai adekuasi sebelum dan sesudah pengaturan QB dalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna. Pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien,sesudah tindakan hemodialisis ke- 8 nilai Kt/V tidak mengalami perubahan. Hasil berbeda pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien. Nilai adekuasi sebelum dan sesudah hemodialisis mengalami perubahan yang signifikan dengan

8 nilai p-value adalah 0,000 (p<0,005). Rerata adekuasi hemodialisis pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil uji dengan independent t-test, perbedaan adekuasi hemodialisis sebelum dan sesudah pengaturan QB antara kelompok QB sesuai kenyamanan pasien dengan kelompok QB sesuai perubahan berat badan, dapat dilihat di tabel 4.8 Tabel 4.8 Hasil perbandingan adekuasi hemodialisis (Kt/V) antara kelompok QB sesuai kenyamanan pasien dengan kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien. Variabel Perbandingan selisih Kt/V antara klp kontrol dan intervensi Mean SD t df p-value Difference -0,2100 0,0373 5,623 38 0,000 Dengan uji statistik independen t test, perbandingan selisih adekuasi hemodalisis (Kt/V) antara kedua kelompok (kontrol dan intervensi) diperoleh nilai t=5,623 dengan p-value=0,000. Dengan taraf signifikasi (α) 5%, p<0,05, yang menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna adekuasi hemodalisis (Kt/V) antara kelompok pengaturan QB sesuai kenyamanan pasien dan kelompok pengaturan QB sesuai perubahan berat badan pasien. PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden Hasil studi di Iran (Amini, et,al, 2011) menemukan bahwa pasien yang menjalani hemodialisa, dominan laki-laki (58%). Hal ini sama dengan penelitian ini yang menemukan data bahwa pasien yang menjalani hemodialisa dominan laki laki (57,5%). Hasil studi Lowrie (2012),mendapatkan 53% pasien yang menjalani hemodialisis adalah laki-laki. Usia 35-55 tahun pada total pasien yang menjalani hemodialisa termasuk subyek yang paling banyak mendominasi (70%). Hal sama diperoleh Kuhlmann

9 (2001), rerata usia 54,4 tahun merupakan usia dominan. Berbeda dengan Lowrie, et.al (2004) dan Spalding, et.al (2008), usia 61 tahun dan 62,5 tahun lebih mendominasi pasien yang menjalani hemodialisa.. Usia 35-55 tahun merupakan usia produktif. Salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian penyakit gagal ginjal pada usia produktif adalah pola hidup dan pola makan masyarakat yang berubah. Mereka banyak mengkonsumsi makanan berkadar lemak tinggi dan berkolesterol. Jadi Life style atau gaya hidup juga menjadi salah satu penyebab gagal ginjal. Makanan berlemak, kolesterol tinggi, kurang olahraga, merokok, minum minuman keras (Binangkit, 2008). Perubahan berat badan interdialisis sebelum hemodialisis kelompok kontrol maupun kelompok intervensi sama terjadi penurunan berat badan. (Tabel 4.3). Pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien (kontrol) terjadi penurunan 3,5 kg dan pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien terjadi penurunan nerat badan sebesar 3,15 kg. Hasil yang sama didapatkan pada Malekmakan (2010), dalam penelitiannya pasien yang menjalani hemodialis terjadi perubahan penurunan berat badan pasien pra dialisis dan post dialisis sebesar 2,08 Kg. 2. Penggunaan Qb pada pasien hemodialisis sesuai berat badan (kelompok intervensi) dan Qb sesuai kenyamanan (kelompok kontrol). Rerata kecepatan aliran darah yang dipompakan atau Quick Of Blood, pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien, nilai QB lebih tinggi daripada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien (205,531>156,063).. Selama tindakan hemodialisis, sebagian darah yang ada didalam tubuh dialirkan ke ginjal pengganti (dialyzer). Semakin besar aliran darah ke dialyzer akan semakin mempengaruhi keseimbangan hemodinamik di tubuh pasien. Terapi dialysis meliputi penarikan cairan dan sirkulasi darah dengan maksud membuat status hidrasi kembali normal.: Kecepatan aliran darah yang dipompa oleh mesin dialyzer menentukan jumlah darah yang dapat dibersihkan dan membuang racun sisa metabolisme dalam darah (Malekmakan, 2010).

10 3. Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok intervensi Pada kelompok intervensi nilai terdapat penurunan nilai Kt/V. Penurunan adekuasi hemodialisis (Kt/V) pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien lebih mendekati nilai standar. Nilai adekuasi menurut Konsensus Dialisis Pernefri ( 2003 ) menyatakan target Kt/V yang ideal adalah 1,2 ( URR 65% ). Rerata adekuasi hemodalisis pada kelompok intervensi sebelum pengaturan QB adalah 1,435±0,1137 dan setelah pengaturan QB adalah 1,215±0,066 4. Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok kontrol Rerata adekuasi hemodalisis pada kelompok kontrol sebelum pengaturan QB adalah 1,47±1,38 dan setelah pengaturan QB adalah1,460±0,1759. Nilai adekuasi hemodalisis pada kelompok kontrol setelah tindakan hemodialisis ke 8 cenderung tetap. 5. Perbedaan Kt/V pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil uji t independent antar kelompok kontrol dan kelompok intervensi, selisih adekuasi hemodialisis (Kt/V) terdapat perbedaan yang bermakna (pvalue=0,000<0,05). Hasil nilai adekuasi sebelum dan setelah pengaturan QB pada semua kelompok penelitian (kontrol dan intervensi) nilai adekuasi tidak ada yang dibawah standar yang ditetapkan. Malekmakan (2010) menyatakan bahwa nilai Kt/V dibawah 0,8 meningkatkan risiko mortalitas pasien. Nilai Kt/V 1,2 menunjukan dosis hemodialisa yang adekuat. (Salahudeen et.al, 1999). Nilai Kt/V sesuai target dapat memperpanjang kualitas hidup penderita gagal ginjal. Salah satu target hemodialisa juga menurunkan kadar ureum darah (Lowrie, et.al, 2002). Dari rerata kadar ureum,setelah tindakan hemodialisa ke 8, kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien mengalami penurunan kadar ureum dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat selisih penurunan rerata sebesar 55,39 mg/dl dan terjadi peningkatan rerata 0,777 mg/dl pada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan pengaturan QB sesuai perubahan

11 berat badan pasien, menurunkan rerata kadar ureum darah sebesar ±55,39 mg/dl. KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lama waktu hemodialisis sampel yang tidak selalu sama, yang memungkinkan nilai adekuasi fluktuatif antar tindakan hemodialis pertama samapai ke delapan. 2. Penggunaan dialyzer reuse yang tidak sama pada sampel yang dilakukan penelitian sehingga mempengaruhi hasil ureum yang berpengaruh terhadap adekuasi HD. 3. Selama proses hemodialisis sampel makan yang tidak terkontrol, hal ini mempengaruhi penelitian. 4. Tingkat kloting sampel berbeda-beda yang mempengaruhi hasilureum sehingga adekuasi hemodialisis kurang tepat. 5. Akses hemodialisis pada sampel yang berbeda-beda yaitu cimino dan femoral, akan mempengaruhi proses hemodialis. KESIMPULAN Metode pengaturan QB sesuai perubahan berat badan lebih banyak membersihkan racun darah sisa metabolisme pasien dan membuat nilai adekuasi hemodalisis pasien lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA 1. AJDK,(2006) Clinical Practice Guideliness for Hemodialysis Adequacy,Update 2006.USA : National Kidney Foundation. 2. Amini, Manouchehr., Aghighi, Mohammad., Masoudkabir, Farzad et.al. (2010). Hemodialysis Adequacy and Treatment in Iranian Patients A National Multicenter Study. Iranian Journal of Kidney Diseases.Volume 5, Number 2 3. Arikunto. (2006).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.jakarta.rineka Cipta. 4. Binangkit, Anita.(2008). Identifikasi faktor faktor penyebab gagal ginjal (studi pada pasien gagal ginjal diruang Haemodialisa Rumah Sakit Militer Kota Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. 5. Black, J.M, & Hawks, J.H. (2005) Medical surgical nursing clinical management for positive outcomes ( Ed).St Louis Missouri:Elseveir Saunders. 6. Borzou,S.R.,Gholyaf,R.,Zandiha,M.,Amini, R.,Goodarzi,M.T.,&Torkaman,R.(2009).Th e effect of increasing blood flow rae on dialysis adequacy in hemodialysis patients.saudy J Kidney Transplatation.20 (4), 639-642. 7. Bravo,F.G.M.,Mariscal,A.,Felix,J.P.H., Magana, S., Cruz, G.D.L., & Flores,N.,et al. (2013, Juli 26).Arterial line pressure control enhanced extracorporeal blood flow presipition in hemodialysis patients.bmc Nephrology.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. 8. Chand, D.H., Teo, B.W., Fatica, R.A., & Brier, M. (2008). Influence of vascular access type on outcome measures in patients on maintenance hemodialysis. Nephron Clinical Practice. 108 (2), 91-99. 9. Chara (2005).From adequate to optimal dialysis long 3 X 8 hr dialysis : a reasonable compromise.25 (2).19-24. 10. Chen, Y.C., Hung, K.Y., Kao, T.W., & Tsai, T.J. (2000). Relation between dialysis adequacy and quality of life in long-term peritoneal dialysis patients. Peritoneal Dialysis International. 2 (20), 534-540.

12 11. Chertow, G.,M.(2011).In-Center hemodiaisis six times per week versus three times per week.england Journals Medecine,363(24),2287-300. 12. Cheung AK.Hemodialysis and hemofiltration.in:alfread KC.Thomas MC,Ronal JP(eds).Primer in Kidney diseases,san Diego,Academic press,1994:114-124 13. Daugirdas, J.T. (2011). Dialysis time, survival, and dose-targeting bias. Kidney International. 83 (1), 9-13. 14. Daugirdas, J.T., Blake, P.G., & Ing, T.S. (2007). Handbook of dialysis ( Edition). Philadelphia : Lippincott. 15. Depner,T.,Daugirdas,J.T.,Greene,T.,A llon,m.,beck,g.,chumlea,c.,et,al.(2004).dialysis dose and the effect of gender and body size on outcomein the HEMO study. Kidney International.69 (4) 754-759 16. Dewi. (2010). Hubungan antara quick of blood (Qb) dengan adekuasi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali.September 7. Tesis 17. Gatot,D. (2003). Rasio Reduksi Ureum dalam Dialisis.http//library.usu.ac.id/downlo ad/fk/penyakit dalam.dairot%20.gatot.pdf 18. Hayasi, R., Huang, E., & Nissenson, R.A. (2006). Vascular access for hemodialysis. Natural Clinical Practice Nephrology. 2 (9), 504-13. 19. Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L.(2006). Medical surgical nursing : Critical thinking for collaborative Care ( Edition). St Louis Missouri:Elseveir Saunders. 20. Kallenbach, J.Z, Gutch, C.F., Stoner, M.H., & Corca, A.L.(2005). Hemodialysis for nurses and dialysis personal ( Edition) St Louis Missouri : Elsevier Mosby. 21. Lowrie, Edmund G., Zhensheng, Li., Lazarus, Michael J. (2004). Body size, dialysis dose and death risk relationships among hemodialysis patients. Kidney International, Vol. 62 pp. 1891 1897 22. Malekmakan, Leila., Haghpanah, Sezaneh., Pakfetrat,Maryam.,et.al. (2010). Dialysis Adequacy and Kidney Disease Outcomes Qualityn Initiative Goals Achievement in an Iranian Hemodialysis Population. Iranian Journal of Kidney Diseases. Volume 4, Number 1 23. Moret, K.E., Grootendorst, D.C., Dekker, F.W., Boeschoten, E.W., Krediet, R.T., Houterman, S., et al. (2012). Agreement between different parameters ofdialysis dose in achieving treatment targets: results from The NECOSADstudy. Nephrol Dial Transplant 27 (3), 1145 1152. 24. NIDDK.(2006). Treatment methods for kidney failure : peritoneal dialysis. USA : U.S Departement of Health and Human Services. 25. Notoadmodjo (2010). Metode penelitian kesehatan.jakarta: Rineka Cipta. 26. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penekitian Ilmu Keperawatan edisi 2. Jakarta:Salemba Medika 27. Parsudi,Siregar dan Roesli dalam Sudoyo dkk,(2006).buku ajar ilmu penyakit dalam (Jilid 1 Edisi IV.).Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 28. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. (2003). Konsensus dialisis. Jakarata : tidak dipublikasikan. 29. Roesli R., (2006). Terapi pengganti ginjal berkesinambungan (CRRT). Dalam Sudoyo,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat

13 Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 30. Rustiawati. (2013). Hubungan dosis dengan adekuasi pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Banten. Tesis 31. Salahudeen., Fleischmann, Erwin H & Bower, Jihn D.(1999). Impact of lower delivered Kt/V on the survival of overweight patients on hemodialysis. Kidney International, Vol. 56 (1999), pp. 2254 2259. 32. Septiwi, C., Yetti, K., & Gayatri, D. (2010). Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di UnitHemodialisis RS Prof Margono Soekarja Purwokerto. Tesis. 33. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & Suddarth (Agung Waluyo,Kariasa, Julia, Y. Kuncara,Yasmin Asih,Penerjemah). Jakarta : EGC 34. Smeltzer,S.C,Bare,B.G.Hinkle,J.L.,Ch eever,k.h(2008).brunner & Suddart s Texbook of Medical-Surgical Nursing,Lippicontt,Philadelphia Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 37. Suwitra,K (2006). Penyakit Ginjal Kronik.Dalam Sudoyo,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 38. Thomas, N. (2002). Renal nursing (2nd Edition).London United Kingdom : Elsevier Science. 39. Tommy, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theories and their work, Philadelphia; Mosby, Inc 40. U.S Renal Data System (2005).USRDS 2005 Annual Data Report : Atlas of end stage renal disease in the United State 41. Wilson, B., Sontrop, J.M., & Clark, W.F. (2013). Choice of GFR estimating equationinfluences dialysis initiation and mortality. Nephrolog Nursing Journal, 40(4),339-346. 42. Zyga, S.,& Sarafis, P.(2009). Haemodyalisis Adequacy-contemporary trens.health Scince Journal.3(4).209-215. 35. Spalding, et al. (2008). Kt/V underestimates the hemodialysis dose in women and small men. Kidney International, 74, 348 355. 36. Suhardjono (2009). Hemodialisis.Dalam Sudoyo,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan