BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan hasil penelitian tentang Efektifitas Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan aktivitas sekelompok orang seperti guru dan tenaga kependidikan yang lainnya melaksanakan pendidikan untuk orang-orang muda bekerja sama dengan orang-orang yang berkepentingan. Kemudian memberi petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan, arahan, pilihan yang ditetapkan sebagai pengembangan masa depan anak didik yang tidak lepas dari keharusan kontrol manusia sebagai pendidik. 1 Pendidikan pada umumnya selalu berintikan bimbingan. Sebab pendidikan bertujuan agar anak didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Artinya, pendidikan berupaya untuk mengembangkan individu anak. Segala aspek diri anak didik harus dikembangkan seperti intelektual, moral, sosial, kognitif, dan emosional. 2 Salah satu layanan pendidikan yang sangat diperlukan oleh sekolah adalah adanya bimbingan dan konseling. Pentingnya bimbingan dan konseling di lingkungan dunia pendidikan, bukan saja mengacu pada kenyataan bahwa siswa-siswi peserta didik yang ada di lingkungan sekolah itu tidak sama, masing-masing individu siswa memiliki latar belakang sosial yang berbeda antara satu dan lainnya. Karena itu, ketika menghadapi lingkungan sekolah, tentu ada saja peserta didik yang tidak bisa mengikuti lingkungan barunya, baik karena kesehatan mentalnya maupun karena alasanalasan lainnya. 3 3 hlm. 5 1 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. 2 Sofyan S Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung : 2010, 3 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, CV. Pustaka Setia, Bandung : 2010, hlm. 7 1

2 Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi dan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual dan atau kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. 4 Yang mana sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yang sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri yang tertera pada undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara khusus, tujuan bimbingan dan konseling siswa untuk mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. 5 Bimbingan konseling merupakan program layanan yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih baik. Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli). Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatanhambatan perkembangan dirinya, dan mencapai perkembangan kemampuan pribadi yang dimilikinya secara optimal. 6 Bimbingan dan konseling juga menyangkut tentang kepribadian siswa yaitu suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 7 4 Ibid, hlm. 138 5 Ibid, hlm. 22 6 Farid Mashudi, Psikologi Konseling, IRciSoD, Yogyakarta : 2012, hlm. 17 7 Baharuddin, Psikologi Pendidikan : Refleksi Teoritis terhadap Fenomena, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta : 2010, hlm. 210

3 Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora merupakan salah satu lembaga sekolah kejuruan yang berada di bawah naungan lembaga Islam. Tidak hanya dibidang keahlian saja yang diajarkan tetapi juga menjunjung nilai-nilai agama dengan penambahan pengetahuan agama Islam sebagai sekolah yang berada dibawah naungan lembaga Islam. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik tidak hanya memiliki keahlian tetapi juga mengerti tentang pentingnya pengetahuan agama sebagai bekal peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah kejuruan tersebut dari tahun ke tahun awalnya di dominasi oleh peserta didik perempuan. Namun seiring berjalannya waktu mulai tahun 2013 sudah tidak lagi perempuan menjadi dominan. Hal itu ditandai dengan adanya penambahan jurusan baru dan peningkatan mutu pendidikan peserta didik. Sehingga, antara peserta didik perempuan dan laki-laki berimbang dalam hal menuntut ilmu meskipun dikategorikan dalam bidang keahlian atau jurusan masing-masing. Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora ini jumlah siswanya sangat banyak, dimana jumlah keseluruhan dari tahun ajaran 2013-2014 sampai dengan tahun ajaran 2015-2016 berjumlah 644 siswa. Kemudian dikelompokkan dalam lima jurusan yaitu, Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor. Sekolah tersebut merupakan salah satu lembaga sekolah yang sudah sangat maju. Hal ini bisa dikatakan maju, karena dari segi SDM guru yang sudah memadai, pelaksanaan kurikulum berjalan dengan baik, fasilitas bangunan juga lengkap bahkan sudah banyak prestasi yang diraih. Walaupun Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora sudah cukup maju, banyak masalah yang dihadapi terutama problem peserta didik yang menyangkut tentang kenakalan remaja. Masalah tersebut biasanya terkait dengan Akhlakul Karimah peserta didik yaitu membolos, keluar dari jam pelajaran, kriminalitas, pergaulan, konflik dengan teman dan lain-lain. 8 8 Hasil wawancara dengan ketua komite Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora, pada tanggal 12 Mei 2016

4 Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa di usia remaja mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik dan masih membutuhkan bimbingan oleh orang lain. Meskipun kenakalannya masih dalam batas artinya tidak sampai ke hal yang bersifat tawuran, kriminalitas dan sebagainya, dan hanya terkait dengan masalah kehadiran siswa, membolos, keluar dari jam pelajaran, pergaulan remaja dan lain sebagainya. 9 hal tersebut juga harus segera diperingatkan dan dibimbing agar tidak mengarah ke hal yang tidak baik. Karena jika dibimbing lebih awal maka masih bisa ditangani dengan cepat dan lebih mudah. Lebih cepat penanganannya maka akan lebih cepat proses pembentukan akhlakul karimah peserta didik di sekolah. Usia sekolah menengah adalah usia remaja yang mana usia untuk bersenang-senang dalam hal mencari jati diri dengan cara mengeksplorasi diri dengan bakat, minat dan akademiknya. Mereka berbondong-bondong untuk menjadi yang terbaik oleh orang tua maupun guru-gurunya. Yang mana dilakukan dengan cara berlomba-lomba untuk mendapatkan prestasi di kelas, di sekolah ataupun di luar sekolah. Tetapi disamping jumlah siswa yang banyak tersebut tak dapat dipungkiri jika ada beberapa siswa yang justru mendapatkan masalah dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Peserta didik yang dikategorikan sebagai orang yang berpendidikan harus bisa mencerminkan perilaku yang baik, yang bisa memberikan contoh terhadap teman-temannya, sekolah yang lain bahkan ketika di lingkungan masyarakat. Masa remaja adalah masa yang menyenangkan bagi setiap individu. Biasanya pada masa remaja seseorang akan melakukan berbagai kegiatan di antaranya mengeksplorasi diri, menigkatkan potensi diri untuk menemukan jati diri yang kelak berguna ketika ia tumbuh dewasa. Masa remaja adalah masa mencari identitas diri. Yakni fase dimana individu mengalami pergolakan emosi yang diiringni dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Menurut beberapa ahli, fase 9 Hasil wawancara dengan salah satu guru Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora, pada tanggal 24 Januari 2016

5 remaja terjadi pada individu antara usia 12 hingga 18 tahun, dalam hal ini, biasanaya individu akan merasa enggan bila disebut anak. Di sisi lain sudah mampu menentukan sendiri segala sesuatu yang ada pada dirinya, sehingga peran orang tua dan guru pembimbing sekedar memberikan dukungan dan pengertian dalam wujud kasih sayang, bersikap adil dan jujur. 10 Remaja yang pada usia sekolah yang seharusnya difokuskan pada menuntut ilmu dan hal yang bermanfaat. Namun kenyataannya sebaliknya malah melakukan berbagai tindakan yang tidak terpuji yang dapat mempengaruhi akhlak mereka. Remaja mulai terombang-ambing, mudah terpengaruh, tidak tahu tempatnya dan tidak dapat menempatkan dirinya. Selain itu faktor lingkungan adalah hal yang dapat mempengaruhi perilaku seorang individu. Jika kondisi lingkungan yang tidak mendukung adanya pendidikan maka seseorang tersebut akan terjerumus mengikuti perilaku orang-orang yang tidak terpuji tersebut. Setiap individu juga harus bisa menyesuaikan keadaan yang terjadi pada lingkungan sekitar untuk memahami diri sendiri selain itu dituntut untuk mencari jati diri untuk mencapai tujuan masa yang akan datang. Peran guru BK juga tidak luput untuk menyelesaikan masalah para peserta didiknya. Hal ini sudah diungkapkan bahwa yang sering terjadi adalah perilaku peserta didik yang sering bandel ketika sudah diperingatkan, ini bisa menjadi penghalang untuk membentuk akhlak yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian yang sudah peneliti lakukan bahwa peserta didik yang sering melakukan pelanggaran yaitu peserta didik laki-laki, tetapi ada juga peserta didik perempuan yang melakukan pelanggaran. Sekolah kejuruan yang terdiri dari lima jurusan ini selain mengasah keahliannya juga menjunjung nilai-nilai agama dan juga pelajaran yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Semua pihak berharap dengan adanya pelajaran tentang agama Islam bisa membuat peserta didik mengerti tentang pentingnya menuntut ilmu selain keahlian yang dipunyai ketika dibangku sekolah dan 10 Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta : 2010, hlm. 1-2

6 mengerti tentang pentingnya tanggung jawab, jujur, sopan santun, dan lain sebagainya. Setidaknya bisa memberi contoh sekolah-sekolah yang lain dalam bertata krama. Banyak kasus yang sering terjadi dan dilakukan oleh para peserta didik seperti contoh kehadiran siswa, kurangnya rasa tanggung jawab, tingkat kejujuran rendah, sopan santun dan tata krama yang rendah terhadap guru maupun sesama. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana cara berpakaian, bertingkah laku, ataupun saling berteman antar lawan jenis tanpa memperhatikan etika atupun norma yang berlaku. 11 Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa pihak sekolah dan peran guru BK mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan peserta didiknya. Mulai dari usaha-usaha yang dilakukan dari pihak sekolah yaitu dengan menambahkan mata pelajaran tentang Agama Islam karena sekolah tersebut di bawah naungan lembaga Islam. Hal ini bertujuan agar peserta didik mengerti dan paham akan pentingnya agama Islam jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengerti arti pentingnya tanggung jawab, jujur, sopan santun dan sebagainya. Penanganan masalah yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora yang dilakukan pihak guru BK adalah dengan layanan konseling individu. Layanan konseling individu sangat tepat untuk diterapkan dengan permasalahan peserta didik karena bisa langsung bertemu secara tatap muka ( face to face) antara konselor (guru) dan klien (peserta didik) sehingga bisa memahami secara mendalam permasalahan yang sedang dihadapi peserta didik. 12 Layanan konseling perseorangan/individu menurut Dewa Ketut Sukardi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru BK dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. 13 Oleh karena itu, peran sebagai guru bimbingan dan 11 Hasil wawancara dengan salah satu guru BK Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora, pada tanggal 25 Januari 2016 12 Hasil wawancara dengan salah satu guru BK Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora, pada tanggal 25 Januari 2016 13 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, PT. Rineka Cipta, Jakarta : 2000, hlm. 46-47

7 konseling harus mampu dan bisa melaksanakan berbagai jenis layanan terutama menerapkan layanan konseling individu yang secara tepat bisa membantu mengatasi masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang baik. Berangkat dari observasi di atas bahwasanya bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah atau dalam membentuk akhlakul karimah peserta didik dan dapat ditelusuri masalah penyebabpenyebab sebagai penghalang terbentuknya akhlak yang baik, sehingga dapat diberikan secara tepat sasaran kepada peserta didik atau individu. Maka dari itu, perlu adanya layanan konseling individu dari guru kepada peserta didik untuk bisa saling berkomunikasi dan bisa memecahkan masalah secara individu serta membuat solusi bagaimana cara untuk meningkatkan akhlakul karimah peserta didik. Akhlakul karimah merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan yang terpenting adalah tingkah laku yang baik, kejujuran, sopan santun atau tata krama, kebenaran dan keadilan merupakan sifat-sifat terpenting dalam agama. Akhlak merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama. Dengan kata lain, apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. Diantara yang menunjukkan tentang pentingnya kedudukan akhlak adalah bahwasannya Rasulullah SAW mengumpulkan semua kebaikan dalam akhlak mulia. 14 Pada kenyataan di lapangan usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan mulai berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat kepada ibu bapaknya, mempunyai tanggung jawab yang besar, dan hlm.85 14 Abdul Malik Ramadhani, Berhiaslah dengan Akhlak Mulia, Al Husna, Yogyakarta,

8 sebagainya. Hal ini akan menjadikan akhlak lebih bermakna di zaman sekarang dan selanjutnya, jika akhlak ditempatkan secara proporsional. 15 Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara untuk mengatasi perilaku peserta didik yaitu dengan layanan konseling individu. Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora memiliki peran yang sangat penting dan cukup besar dalam membantu proses belajar mengajar peserta didik dan proses pengentasan masalah peserta didik khususnya dalam hal membentuk akhlakul karimah peserta didik karena di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora ini mulai berkembang juga jurusan yang baru dan hal tersebut memiliki tingkat akhlak yang beragam. Diantaranya dengan beberapa masalah yaitu tingkah laku yang baik, kehadiran siswa, membolos, keluar dari jam pelajaran, pergaulan remaja dan lain sebagainya. Sehingga penanganan dari guru bimbingan konseling sangatlah mutlak diperlukan terutama penanganan secara individu. Kenakalan remaja yang dilakukan oleh peserta didik tidak tergolong pada kenakalan yang berat. Meskipun seperti itu harus tetap di cegah dan diberikan bimbingan dan konseling sejak awal agar tercipta peserta didik yang baik akhlaknya dan berbudi pekerti luhur. Tentunya dengan penambahan pengetahuan agama Islam yang diberikan sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. Dari pemaparan tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana layanan konseling individu sebagai salah satu wadah yang berfungsi untuk komunikasi secara tatap muka ( face to face) untuk membentuk akhlak-akhlak para peserta didik. Peneliti hanya ingin meneliti masalah yang terkait dengan pelaksanaan layanan konseling individu dan akhlakul karimah peserta didik yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora. Maka penelitian ini berjudul : Layanan Konseling Individu Untuk Membentuk Akhlakul Karimah Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora. 15 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajawali Pers, Jakarta : 2012, hlm. 157

9 B. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan judul penelitian di atas, maka dalam penelitian ini akan dibahas Layanan Konseling Individu untuk Membentuk Akhlakul Karimah Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora. Di sini penulis lebih memfokuskan pada masalah yang terkait dengan pelaksanaan layanan konseling individu dan akhlakul karimah peserta didik yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora. C. RUMUSAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja metode-metode pelaksanaan layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora? 2. Bagaimana pelaksanaan layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora? 3. Mengapa layanan konseling individu penting diadakan untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora? D. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui metode-metode pelaksanaan layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora. 3. Untuk mengetahui pentingnya layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Ma arif Tunjungan Blora

10 E. MANFAAT PENELITIAN 1. Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat dalam pengembangan keilmuan bimbingan dan konseling khususnya mengenai layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan referensi dalam penelitian berikutnya. c. Hasil penelitian ini dapat menjadi hasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu Bimbingan dan Konseling. 2. Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bermanfaat bagi guru BK SMK Ma arif Tunjungan Blora dalam memberikan layanan konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik di sekolah. b. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui pentingnya konseling individu untuk membentuk akhlakul karimah peserta didik dan perlunya kerjasama antara orang tua, guru dan masyarakat secara umum.