BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, tawuran antar pelajar, turunnya kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan antara lain dibuatnya peraturan yang berkaitan dengan penguatan kembali karakter bangsa. Salah satu peraturan dimaksud adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 yang mengamanatkan program penguatan metodologi dan kurikulum dengan cara menyempurnakan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Implikasi dari instruksi tersebut adalah pengembangan karakter melalui pendidikan. Pendidikan dipilih sebagai alternatif utama pengembangan karakter karena pendidikan merupakan sarana pembangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Melalui pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter, sesungguhnya hal itu sudah tertuang didalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

2 Sisdiknas yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Penanaman nilai-nilai akhlak, moral, dan budi pekerti seperti tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 di atas harus menjadi dasar pijakan utama dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pendidikan nasional. Implikasi dari Undang-Undang tersebut bahwa, pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara terprogram dan sistematis mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Maka sekolah (SMA) diarahkan untuk mampu membentuk insan yang berkarakter dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa. Kebijakan dasar untuk mencapai visi tersebut adalah adanya kesadaran bahwa daya saing bangsa hanya dapat dicapai dalam bingkai karakter bangsa dan peradaban yang kuat. SMA sebagai kelanjutan proses pendidikan dalam jenjang pendidikan formal jelas memiliki peran dan tanggung jawab dalam memantapkan pembinaan karakter yang telah dibangun dan dikembangkan sejak pendidikan dasar. Untuk itu SMA memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan generasi

3 muda yang memiliki pengetahuan yang kuat, memahami bagaimana menjadi warganegara yang baik dan mampu memimpin kehidupan yang bermakna. Salah satu sarana untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah adalah pada kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu melalui KTSP sekolah dituntut untuk selalu mengembangkan serta mengevaluasi program pembelajaran yang ada sehingga mampu menjawab tantangan globalisasi yang bersifat dinamis. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan (formal), diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif (knowing the good), penghayatan nilai secara afektif (feeling the good), dan pengamalan nilai-nilai karakter secara nyata dalam kehidupan seharihari (acting the good). Selama ini, pendidikan belum memberikan kontribusi yang berarti dalam pembentukan karakter peserta didik seiring dengan pencapaian kompetensinya. Pendidikan di SMA ditengarai baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai karakter, belum pada tingkatan internalisasi nilai-nilai karakter dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Padahal kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). (http://dikpora-ds.org/pendidikan-karakter-dan-karakter-bangsa-di-sma) Upaya pembentukan karakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan

4 (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, peduli lingkungan dan sebagainya. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan terhadap nilai yang baik dan tidak baik, serta bersedia melakukannya dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik yang pada akhirnya menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sekolah memiliki peranan yang besar dalam pengembangan pendidikan karakter karena peran sekolah sebagai pusat pembudayaan melalui pendekatan pengembangan budaya sekolah (school culture). Pendidikan karakter bukan sebuah mata pelajaran tersendiri. Dalam mata pelajaran kita berbicara materi ajar dengan penguasannya, dan suatu kompetensi. Pendidikan karakter memerlukan proses yang cukup panjang dan bersifat saling menguatkan (reinforce) antara kegiatan belajar dengan kegiatan belajar lainnya, antara proses belajar di kelas dengan kegiatan kurikuler di sekolah dan di luar sekolah. Oleh sebab itu, penekanan pendidikan karakter pada penumbuhan sikap bukan pada pengetahuan. Pada prinsipnya, pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Pendidikan karakter dilakukan dengan mengintegrasikan nilai dengan materi belajar yang tertulis dalam dokumen kurikulum (KTSP), silabus, RPP, dan proses belajar. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

5 dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Geografi sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA dapat berperan dalam menanamkan nilai-nilai positif yang akan menjadi karakter diri peserta didik. Salah satu nilai karakter yang dapat dibangun pada diri peserta didik melalui pembelajaran geografi yaitu peduli lingkungan. Kepedulian terhadap lingkungan hidup sudah menjadi keharusan ditanamkan pada diri peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, mengingat krisis lingkungan hidup saat ini sudah merupakan ancaman yang sangat serius dan nyata terhadap kehidupan manusia. Salah satu indikasi krisis lingkungan dapat terlihat pada fungsi air yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, kini telah menjadi pembawa bencana. Bencana alam terkait dengan air antara lain banjir, tanah longsor, kekeringan, dan pencemaran air tanah. Ini terjadi karena karena perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam yang mengabaikan keseimbangan ekologi Materi pembelajaran geografi yang dapat dijadikan sarana untuk membangun nilai karakter peduli lingkungan yang berkaitan dengan masalah air pada diri peserta didik yaitu materi pokok hidrosfer. Melalui proses pembelajaran materi pokok hidrosfer, peserta didik diharapkan mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya air dalam kehidupan setelah udara. Disamping itu, diharapkan juga dapat memunculkan kesadaran pada diri peserta didik bahwa air tidak hanya penting bagi manusia, air juga merupakan bagian yang penting bagi hewan dan tumbuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di bumi ini

6 karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup. Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia terdiri dari air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan mencuci kendaraan. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, rekreasi, transportasi, dan lainlain. Oleh karena itu, melalui proses pembelajaran materi pokok hidrosfer penting bagi guru untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa agar dapat berlaku bijak dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya air agar tetap terjaga kelestariannya dan tidak menimbulkan bencana kini dan nanti. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah, tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup yang berkaitan dengan sumberdaya air. Sehingga dalam mengembangkan karakter peduli lingkungan, peran guru bukan lagi memberikan ceramah lingkungan, tetapi membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang relevan dengan kehidupan mereka. Peserta didik dimotivasi untuk tertarik, kemudian dibimbing untuk melakukan observasi. Beberapa contoh masalah lingkungan yang terkait dengan materi pokok hidrosfer dan relevan dengan kehidupan peserta didik akhir-akhir ini yaitu pencemaran air tanah dan kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Dampak yang dirasakan

7 kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. DAS Siak termasuk salah satu DAS di Indonesia yang sudah mengalami kerusakan, merupakan kawasan rawan bencana banjir dan longsor, erosi dan pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran. Perubahan ekosistem pada DAS Siak diindikasikan dengan kejadian banjir di Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan anak-anak sungainya. Kota Pekanbaru dilalui oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur, daerah ini merupakan bagian tengah dari DAS Siak, dan distribusi curah hujan tertinggi jatuh pada DAS ini (Kota Pekanbaru dan sekitarnya). Pekanbaru sering mengalami banjir ketika musim hujan. Banjir di Pekanbaru saat ini sudah tidak dapat dianggap ringan lagi. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Pekanbaru. Mencatat sedikitnya ada 34 titik banjir, baik itu banjir musiman, maupun banjir tahunan. Dari 12 kecamatan, sedikitnya ada 10 titik banjir tahunan, dan 24 titik banjir musiman. (http://riaupos.wordpress.com/2012/02/16/terdapat-34-titik-rawan-banjir-dipekanbaru/) Adapun sumber masalah terjadinya banjir di kota Pekanbaru yaitu: 1. Berkurangnya kapasitas bangunan persilangan dan saluran, baik di saluran drainase sekunder maupun drainase primer. 2. Adanya efek backwater dari saluran di hulu, dalam hal ini adalah Sungai Siak. 3. Rendahnya penyerapan air permukaan oleh tanah.

8 4. Masih ada sebagian masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Disamping itu, air limbah rumah tangga yang disalurkan melalui got/saluran yang ada telah menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah, badan air dan lingkungan yang kurang sehat di kota Pekanbaru. Terkait dengan fenomena di atas, sangat penting bagi guru geografi di Kota Pekanbaru mengaitkan materi pokok hidrosfer dengan fenomena tersebut untuk membangun nilai karakter peduli lingkungan pada diri peserta didik agar dapat mencegah atau mengurangi masalah lingkungan yang berkaitan dengan fenomena di hidrosfer pada masa yang akan datang. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membangun nilai karakter peduli lingkungan pada peserta didik yaitu dengan mengembangkan perangkat pembelajaran geografi materi pokok hidrosfer yang berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan. Kenyataan di lapangan masih kurangnya sosialisasi tentang implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran khususnya mata pelajaran geografi, banyak guru yang belum mampu mengembangkan perangkat pembelajarannya pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan. Dari hasil observasi di lapangan, perangkat pembelajaran geografi (silabus, RPP dan LKS) yang ada di SMA Negeri 8 Pekanbaru saat ini, belum memperlihatkan muatan yang mengarah pada pembentukan nilai-nilai karakter yang hendak dikembangkan pada peserta didik disetiap materi pokok yang akan diajarkan guru. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti merasa perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran geografi yang dapat membangun kepedulian peserta didik terhadap lingkungan kota pekanbaru khususnya yang berkaitan dengan fenomena hidrosfer yang terjadi di daerah ini. Perangkat pembelajaran yang

9 dikembangkan dalam penelitian ini adalah, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan pokok bahasan hidrosfer. Dengan perangkat pembelajaran geografi berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan diharapkan peserta didik mampu memahami konsep-konsep utama hidrosfer dan memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya lingkungan hidup yang berkaitan dengan sumberdaya air (hidrosfer). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perangkat pembelajaran geografi materi pokok hidrosfer yang ada di SMA Negeri 8 Pekanbaru saat ini? 2. Bagaimanakah bentuk perangkat pembelajaran geografi berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan pada materi pokok hidrosfer yang dibutuhkan di SMA Negeri 8 Pekanbaru? 3. Bagaimanakah perangkat pembelajaran geografi berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan pada materi pokok hidrosfer yang efektif? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP dan LKS ) Geografi Berbasis Pendidikan Karakter di Kelas X pada materi pokok hidrosfer. Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perangkat pembelajaran geografi pada materi pokok hidrosfer yang selama ini dibuat oleh guru di SMA Negeri 8 Pekanbaru.

10 2. Merumuskan bentuk perangkat pembelajaran geografi bebasis pendidikan karakter peduli lingkungan pada materi pokok hidrosfer. 3. Menyusun perangkat pembelajaran geografi berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan pada materi pokok hidrosfer yang efektif. D. MANFAAT PENELITIAN Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu perangkat pembelajaran geografi berupa: rancangan penyusunan Silabus, RPP, dan LKS geografi berbasis pendidikan karakter peduli lingkungan, dengan harapan rancangan tersebut secara operasional dapat dijadikan acuan oleh guruguru geografi dalam menyusun perangkat pembelajaran dan menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi guru, sebagai acuan dalam menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran geografi berbasis pendidikan karakter secara operasional di sekolah. 2. Sebagai masukan bagi kepala sekolah SMA Negeri 8 Pekanbaru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran umumnya dan mata pelajaran geografi khususnya 3. Bagi peneliti sendiri dapat menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman dalam mengembangkan perangkat pembelajaran geografi berbasis pendidikan karakter. 4. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, yang berminat pada topik pengembangan perangkat pembelajaran geografi di sekolah.