BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi kehidupan yang kompleks karena tuntutan perkembangan ilmu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mengorganisasi seluruh potensi sekolah yang ada. Tujuan suatu organisasi dapat

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata Pramuka merupakan singkatan dari prajamuda karana, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa adalah suatu komponen input dalam proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. begitu, seorang guru pendidikan agama Islam harus mampu mendidik. keselamatan dunia maupun di akhirat kelak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi muda merupakan aset bagi sebuah negara, generasi muda adalah motor penggerak dan ujung tombak pembangunan serta perubahan dalam suatu negara. Sebagai suatu aset, jelas bahwa generasi muda perlu diperhatikan, dibimbing, dibina, didorong untuk terus bergerak menuju perubahan kearah yang lebih baik. Setiap negara memiliki generasi muda hebat dengan segudang prestasi yang pantas dibanggakan, begitu pula dengan Indonesia. Indonesia negara yang terdiri dari pulau-pulau dan rakyat dengan ragam karakter pun banyak melahirkan generasi muda yang berprestasi baik itu dibidang olahraga, kesenian, maupun akademik. Masa remaja merupakan masa anomik, karena mereka mencoba untuk mengembangkan kesanggupan untuk melakukan sesuatu, tetapi di lain pihak ada keinginan orang tua untuk melakukan sesuatu pada mereka. Dalam masa ini, ada yang berhasil melaluinya, akan tetapi ada juga yang mengalami kegagalan yang diwujudkan dalam bentuk pergulatan dengan obat terlarang, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan, dan perbuatan-perbuatan menyimpang lainnya (Elfianingrum, 2006, 3). Dinamika perubahan psikologis yang tidak terkontrol akan memungkinkan remaja terlibat kenakalan yang lebih beresiko. Kematangan emosi dan konsep diri sebagai konstruk psikologi positif yang berkembang dengan baik akan menurunkan potensi remaja terlibat kenakalan (Suroso, 2012, 7). Kasus kenakalan remaja cukup sering terjadi di Indonesia, hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa. Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan bahwa banyak yang menikah di usia remaja, seks pranikah dan kehamilan tidak dinginkan, aborsi 22,4 juta: 700-800 ribu adalah remaja, 17.000/tahun, 1417/bulan, 47/hari perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan, HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan

2 52.000 terinfeksi penyakit (70% remaja), minuman keras dan narkoba. Sedangkan dari data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus penyalahgunaan narkoba terus meningkat di kalangan remaja. Dari 2,21% (4 juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8 (sekitar 5 juta orang) pada tahun 2011. Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran antar sekolah, Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (BKKBN, 2011). Adapun beberapa contoh kasus kenakalan remaja yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia adalah sebagai berikut 1. Kenakalan remaja di Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Sindo, 16 Februari 2015), 2.Prostitusi anak di nganjuk (Tempo, 21 Mei 2015), 3. Tawuran siswa SD di Lampung (Tribun, 4 September 2015). Banyak yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja salah satunya adalah dengan melibatkan mereka pada kegiatan-kegiatan tambahan diluar jam sekolah, dengan begitu waktu kosong yang mereka miliki dapat diisi dengan hal yang positif dan terawasi sehingga akan terhindar dari melakukan halhal negatif dan kurang bermanfaat. Kegiatan-kegiatan diluar jam sekolah bermacam-macam seperti bergabung dengan tim olahraga dan kesenian, atau dengan aktif dalam organisasi-organisasi. Di Indonesia terdapat banyak organisasi yang dapat dikatakan bagus secara kualitas dalam mengembangkan potensi dan ikut mengawal perkembangan generasi muda salah satunya adalah pramuka. Pramuka merupakan salah satu jenis organisasi kepanduan yang berada di Indonesia. Pramuka merupakan singkatan dari praja muda karana yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya (Azwar, 2012). Gerakan pramuka dalam UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Kemudian menurut Sunardi (2013, hlm.3) kepramukaan adalah suatu permainan yang mengandung pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pembinaan watak (mental). Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap Pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotic, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun

3 NKRI, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup (UU Nomor 12 Tahun 2010, tentang Gerakan Pramuka). Maka secara umum pramuka bertujuan untuk membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti yang baik. Gerakan pramuka memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Terdapat banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam pramuka berkaitan dengan organisasi, seni budaya, agama, keterampilan, ketangkasan, sosial, dan lingkungan hidup. Namun kegiatan yang paling menonjol dalam pramuka adalah kegiatan berorganisasi karena sikap atau perilaku beroragnisasi anggota akan menentukan sikap atau perilaku dalam melaksanakan kegiatan lain dalam lingkup organisasi. Gerakan Pramuka melalui konsep Character Building memiliki tujuan utama yaitu ingin memberikan sumbangan positif terhadap negara dengan penyemaian benih-benih calon pemimpin yang patriotis (Sunardi, 2013). Berdasarkan konsep tersebut dapat dimaknai bahwa perilaku utama yang hendak dibangun melalui gerakan pramuka adalah kepemimpinan (leadership). Kemudian Torang (2014) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku indidvidu dalam organisasi, yaitu kompetensi, motivasi, konflik, dan kepemimpinan. Pramuka merupakan organisasi yang memiliki cakupan luas, tidak hanya disekolah namun lembaga-lembaga lain pun memungkinkan untuk membentuk organisasi pramuka salah satunya adalah pramuka Saka Bakti Husada (SBH) yang berada di BBPK Ciloto. Gudep BBPK Ciloto terdiri dari siaga, penggalang, dan SBH. SBH merupakan organisasi pramuka tingkat satuan karya yang bergerak dalam bidang kesehatan sesuai dengan fungsi dari BBPK Ciloto. Kondisi objektif organisasi pramuka SBH BBPK Ciloto mengalami permasalah dalam segi SDM. Tingkat partisipasi anggota dari tahap rekrutmen hingga saat ini terus menurun, selain itu tanggung jawab dan kedisiplinan dari anggota pun ikut menurun sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan partispasi, tanggung jawab, dan kedispilinan anggota.

4 BBPK Ciloto sebagai salah satu unit pelaksana pelatihan memberikan suatu treatment sebagai upaya untuk menanggulangi masalah yang terjadi di organisasi SBH BBPK Ciloto. Treatment tersebut berupa pelatihan manajemen perubahan diri (MPD) yang diberikan kepada seluruh anggota SBH. Pelatihan MPD bertujuan untuk menumbuhkan perilaku berorganisasi dalam diri anggota. Pelatihan MPD memfokuskan pada domain afektif dan psikomotor, hal ini dilakukan untuk menggali perilaku yang harus dimiliki peserta dalam bekerja, berorganisasi atau melakukan sesuatu. Abraham Maslow dalam teorinya mengatakan bahwasannya manusia memiliki tiga domain yang harus terpenuhi dalam belajar yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Ketertarikan peneliti melakukan penelitian mengenai pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) adalah karena pelatihan ini berbeda dengan pelatihan pada umumnya. Pelatihan ini tidak mengharuskan peserta pelatihan mendapatkan peningkatan kognitif, tapi lebih mengutamakan bagaimana seorang individu bersikap dalam melakukan profesinya termasuk yang diaplikasikan pada pelatihan bagi anggota pramuka SBH BBPK Ciloto. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Studi Tentang Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) dalam Menumbuhkan Perilaku Berorganisasi Anggota Pramuka Saka Bakti Husada di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Hasil studi pendahuluan dalam penyelenggaraan Pelatihan MPD di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto, peneliti kemudian melakukan identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Organisasi Pramuka Saka Bakti Husada (SBH) merupakan bagian dari gudep BBPK Ciloto dengan jumlah anggota 17 orang. 2. Anggota Pramuka Saka Bakti Husada memiliki tingkat kerjasama yang kurang sehingga oganisasi Pramuka Saka Bakti Husada terlihat kurang solid. 3. Kurangnya tanggung jawab dari anggota terhadap organisasi baik itu dalam melaksanakan tugas struktur kepengurusan organisasi, melaksanakan kegiatan organisasi, maupun tugas-tugas organisasi lainnya.

5 4. Tingkat kehadiran anggota pramuka SBH dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan kurang. 5. Perlu adanya pembinaan bagi anggota pramuka SBH melalui pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) sebagai upaya untuk memperbaiki perilaku organisasi anggota pramuka SBH. 6. Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) merupakan pelatihan yang memfokuskan pada domain afektif dan psikomotor dengan tujuan untuk memperbaiki perilaku peserta pelatihan. Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) dapat menumbuhkan perilaku berorganisasi anggota Pramuka Saka Bakti Husada di BBPK Ciloto? Peneliti membatasi masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana desain Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) di BBPK Ciloto? 2. Bagaimana proses Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) bagi anggota Pramuka Saka Bakti Husada di BBPK Ciloto? 3. Bagaimana hasil Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) dalam menumbuhkan perilaku organisasi bagi anggota Pramuka Saka Bakti Husada di BBPK Ciloto? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1. Desain Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) di BBPK Ciloto meliputi identifikasi kebutuhan pelatihan, penyusunan tujuan pelatihan, penyusunan kurikulum pelatihan, penetapan materi, pemilihan media pembelajaran, penyusunan alat evaluasi, dan pelatihan bagi pelatih. 2. Proses Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) bagi anggota Pramuka Saka Bakti Husada di BBPK Ciloto meliputi pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan, aspirasi dan potensi, penetapan kontrak belajar, tes awal peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan tes akhir peserta pelatihan.

6 3. Hasil Pelatihan Manajemen Perubahan Diri (MPD) dalam menumbuhkan perilaku organisasi bagi anggota Pramuka Saka Bakti Husada di BBPK Ciloto meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan, pertanyaan, dan tujuan penelitian diatas maka dapat dirumuskan manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis Melalui penelitian ini, diharapkan mampu memperkuat teori atau konsep tentang cara merubah perilaku berorganisasi individu melalui pelatihan. 2. Manfaat kebijakan Melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan masukan dalam pengambilan kebijakan bagi para penyelenggara pelatihan hendaknya setiap pelatihan tidak hanya memperhatikan aspek peningkatan kompetensi dan pengetahun namun juga menyentuh aspek perilaku 3. Manfaat Praktik Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan untuk Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto dan lembaga lain penyelenggara pelatihan dalam pembuatan desain pelatihan dan pelaksanaannya. 4. Manfaat aksi sosial Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi gambaran dan dorongan bagi anggota pramuka SBH khususnya dan anggota seluruh organisas umumnya agar dapat membaur menjadi satu menyatukan visi dan misi untuk mencapai tujuan organisasi bersama. E. Struktur Penulisan Skripsi Merujuk dari Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014, hlm. 25) mengemukakan sistematika penulisan proposal ini sebagai berikut: BAB I, berisi tentang pendahuluan yang didalamnya membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

7 BAB II, berisi tentang landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti beberapa teori dan konsep mengenai konsep organisasi, konsep pelatihan, dan konsep perilaku berorganisasi. BAB III, berisi tentang metode penelitian yang didalamnya membahas tentang desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan isu etik. BAB IV, berisi tentang temuan dan pembahasan. BAB V, berisi tentang simpulan dan rekomendasi.