BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. berlaku diberbagai negara. Pandiangan (2008:5) menunjukkan bahwa. Hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kalinya dilakukan pembaruan sistem perpajakan nasional melalui reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak. dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dasar 1945 Amandemen III yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih dalam kategori

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan terpenting bagi negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, CAPITAL INTENSITY, DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system,

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan suatu kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80% (delapan puluh persen) dari

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN CAPITAL INTENSITY TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. laba dapat dilakukan melalui praktik perataan laba (income smoothing), taking a

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini,

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

Transkripsi:

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi adalah teori yang berfokus pada interaksi antara perusahaan dan masyarakat. Teori legitimasi merupakan salah satu teori yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, 2004). Konsep legitimasi menunjukkan adanya suatu kontrak sosial dimana perusahaan bertanggung jawab terhadap harapan atau tuntutan masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008). Legitimasi penting bagi perusahaan atau organisasi karena adanya batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut dapat mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Hal ini dapat dianggap bahwa suatu perusahaan yang bergerak dibidang sosial dan lingkungan sadar akan keberlangsungan hidupnya. Perusahaan yang peduli dengan keberlangsungan hidupnya akan memperhatikan citranya, karena citra perusahaan berhubungan dengan sudut pandang masyarakat dalam mempersepsikan atau menilai perusahaan atas pemenuhan tanggung jawabnya. Hal ini menunjukan bahwa dalam menjalankan kontrak sosial, perusahaan haruslah menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku agar tanggungjawab yang dilakukan dapat berjalan dengan selaras.

14 Kesadaran perusahaan akan adanya hubungan dengan lingkungan sosial secara tidak langsung dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan itu. Hidayati dan Murni (2009) menyatakan bahwa untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan baik dari investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun masyarakat sekitar. Legitimasi perusahaan akan diperoleh, jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan, sehingga tidak ada tuntuntan dari masyarakat. Perusahaan dapat melakukan pengorbanan sosial sebagai refleksi dari perhatian perusahaan terhadap masyarakat. Dengan demikian, legitimasi dapat mendukung keberlagsungan hidup perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk menjalankan kegiatan yang sesuai dengan keadilan. Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi harus secara terus menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat (Rustiarini, 2011). Bentuk tanggung jawab perusahaan berupa tanggung jawab sosial yang dapat dilakukan dengan mengupayakan sejenis legitimasi dari masyarakat yang biasa dikenal dengan Corporate Social Responsibility dan tanggung jawab yang melalui pemerintah dengan membayar pajak yang dibebankan kepada perusahaan sesuai dengan ketentuan atau tidak melakukan penghindaran pajak. Dana pajak akan digunakan oleh

15 pemerintah untuk melaksanakan tugas Negara di berbagai sektor kehidupan untuk mencapai kesejahteraan umum (Yoehana, 2013). Teori legitimasi ini menjadi landasan bagi perusahaan untuk memperhatikan apa yang menjadi harapan masyarakat dan mampu menyelaraskan nilai-nilai perusahaannya dengan norma-norma sosial yang berlaku di tempat perusahaan tersebut melangsungkan kegiatannya. 2. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi adalah teori yang mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Konsep teori agensi muncul akibat adanya suatu hubungan kontrak antara principal dan agent. Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agent (manajemen) dan principal (pemilik) yang timbul karena masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Widyawati dan Anggraita, 2013). Tujuan dari teori agensi ini adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance evaluation role). Principal memberikan wewenang kepada agent untuk mengelola perusahaan agar menghasilkan kinerja dan return yang baik bagi pemilik saham.

16 Agent dalam mengelola perusahaan harus melaporkan kinerja perusahaan kepada principal, tidak hanya kinerja perusahaan agent juga diharuskan memberikan informasi mengenai perusahaan. Manajemen atau agent sebagai pihak yang diberikan wewenang dalam mengelola dan pengambilan keputusan di perusahaan seringkali bertindak tidak sesuai principal, dengan tidak melaporkan informasi yang sebenarnya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Hal ini memicu konflik kepentingan antara keduanya dan dapat di asumsikan bahwa baik agent maupun principal mempunyai kepentingan untuk memenuhi tujuan mereka satu sama lain. Konflik kepentingan yang timbul akan merugikan kedua belah pihak, terutama kerugian pada pihak principle karena pada dasarnya pihak principle tidak terlibat langsung dalam mengelola perusahaan sehingga informasi yang diperoleh mengenai kondisi internal perusahaan dan rencana perusahaan di masa depan tidak lengkap. Ketidakseimbangan informasi antara pihak principal dan agent ini biasa dikenal dengan istilah asimetri informasi. Govindarajan dan Anthony (2005) menjelaskan bahwa asimetri informasi ini akan menyebabkan agent salah dalam menyajikan informasi kepada principal. Kesalahan penyajian informasi oleh agent kepada principal akhirnya mempengaruhi berbagai hal, salah satunya dalam membuat keputusan kebijakan atas pajak perusahaan. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system memberikan wewenang kepada perusahaan untuk menghitung dan melaporkan

17 pajaknya sendiri. Hal ini dirasa dapat menguntungkan agent, karena selain adanya asimetri informasi kepada principal juga dapat melakukan manipulasi beban pajak yang ditanggung perusahaan dengan merendahkan pendapatan kena pajak perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk mengontrol tindakan agent terkait dengan kegiatan manajemen pajak yang dilakukan, salah satunya dengan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut diatas, seperti mengevalusi hasil laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan dibandingkan dengan tindakan agresivitas pajak. Salah satu rasio yang dapat digunakan adalah capital intensity dibandingkan dengan ETR perusahaan. 3. Teori Stakeholder Teori Stakeholder adalah teori yang berfokus pada hubungan antara organisasi atau perusahaan dan stakeholder. Stakeholder sendiri merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan tidak beraktivitas hanya untuk kepentingan pemilik saham, melainkan juga bagi semua stakeholder

18 lainnya (Pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain) (Ghozali dan Chariri, 2007). Hal ini menunjukan bahwa suatu perusahaan atau organisasi sangat membutuhkan peran dari pihak luar, seperti masyarakat dan linkungan sekitar sehingga sebuah perusahaan sangat bergantung pada dukungan stakeholder-nya. Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa: Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Dalam teori stakeholder dinyatakan bahwa perusahaan harus bertanggung jawab terhadap semua pihak yang terkena dampak dari kegiatannya. Dengan kata lain, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik saham saja, melainkan juga bertanggung jawab kepada semua stakeholder lain yang memiliki andil bagi perusahaan dan juga yang terkena dampak dari operasi perusahaan. Teori stakeholder juga menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang mengharuskan mereka untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang merasakan dampak aktivitas operasinya Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada semua stakeholder-nya. Oleh

19 karena itu Corporate Social Responsibility merupakan hal yang penting untuk dilakukan bagi perusahaan, karena Corporate Social Responsibility selain sebagai kewajiban yang harus dipenuhi juga sebagai nilai tambah untuk perusahaan dalam menarik perhatian masyarakat untuk meningkatkan citra perusahaan itu sendiri. Pemerintah sebagai regulator, merupakan salah satu stakeholder perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemerintah. Salah satunya adalah dengan cara mengikuti semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah, ketaatan membayar pajak, dan tidak melakukan penghindaran pajak merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Menurut Landolf (2006) penghindaran pajak merupakan hal yang tidak bertanggung jawab sosial. Hal ini tidak sesuai dengan teori stakeholder yang menyebutkan bahwa perusahaan selalu mengusahakan dukungan dari stakeholder-nya. 4. Capital Intensity Capital intensity atau yang diartikan sebagai intensitas modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan. Keputusan tersebut ditetapkan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Capital intensity adalah jumlah modal perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan yang biasanya diukur dengan menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan. Capital intensity mencerminkan seberapa besar modal yang

20 dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Sumber dana atau kenaikan modal dapat diperoleh dari penurunan aktiva tetap (dijual) atau peningkatan jumlah aktiva tetap. Rasio ini menggambarkan seberapa besar aset perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap. Capital intensity ratio dapat menunjukan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio capital intensity maka arus kas masa depan perusahaan akan lebih baik karena tingginya rasio capital intensity menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai ketersediaan kas yang cukup dari hasil penjualan yang dapat digunakan sebagai pendanaan operasional dan penempatan dana pada aktiva tetap. Tetapi hampir semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan mengalami penyusutan dan biaya penyusutan dapat mengurangi jumlah pajak yang dikenakan pada perusahaan. Hanum (2013) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa biaya depresiasi merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung pajak, maka dengan semakin besar jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan maka akan semakin besar pula depresiasinya sehingga mengakibatkan jumlah penghasilan kena pajak dan tarif pajak efektitifnya akan semakin kecil. Perusahaan dengan capital intensity ratio yang tinggi menunjukkan bahwa pajak efektifnya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat capital intensity ratio dapat menekan atau mengurangi tingkat pajak yang dibebankan karena adanya

21 faktor penyusutan atau depresiasi yang terjadi pada sejumlah aset tetap yang diinvestasikan. Tingginya tingkat rasio aset tetap yang diinvestasikan oleh perusahaan dapat menyebabkan perusahaan itu sendiri terdorong untuk melakukan tindakan penghindaran pajak, yang mana tindakan ini merupakan suatu tindakan yang kurang bertanggung jawab. 5. Perencanaan Pajak Perencanaan pajak atau yang dikenal dengan tax planning adalah suatu upaya wajib pajak untuk meminimalkan beban pajak yang terhutang melalui skema yang sudah diatur dengan jelas dalam peraturan yang sesuai dan berlaku atau tidak melanggar ketentuan yang ada, seperti peraturan Undang-Undang Perpajakan. Suandy (2008) mendefinisikan bahwa perencanaan pajak (tax planning) sebagai proses mengorganisasikan usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak, sehingga utang pajak seperti PPh ataupun beban pajak yang lainnya berada pada posisi yang seminimal mungkin. Perencanaan pajak merupakan bagian dari manajemen pajak dan merupakan langkah awal dalam melakukan manajemen pajak. Perencanaan pajak ini dilakukan dengan cara yang legal, sehingga tidak melanggar peraturan perpajakan. Perencanaan pajak dilakukan dari pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat menyeleksi jenis penghematan pajak yang dapat dilakukan. Hal ini merupakan langkah awal dari perencanaan pajak.

22 Untuk meminimalkan beban pajak yang terutang, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh wajib pajak untuk meminimalkan beban pajak, diantanya yaitu : a. Pergeseran pajak (tax shifting) adalah pemindahan atau mentransfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lainnya. Dengan demikian, orang atau badan yang dikenakan pajak dimungkinkan tidak menanggung beban pajaknya. b. Kapitalisasi adalah pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pihak pembeli. c. Transformasi adalah cara penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya. d. Penggelapan pajak (tax evasion) adalah penghindaran pajak yang dilakukan dengan sengaja oleh wajib pajak dengan melanggar peraturan atau ketentuan perpajakan yang berlakuk. Penggelapan pajak (tax evasion) dilakukan dengan cara memanipulasi beban pajak dengan tidak melaporkan penghasilan yang sebenarnya atau secara ilegal, sehingga dapat memperkecil jumlah pajak yang terutang. Diantara strategi-strategi tersebut tidak semua sesuai dengan peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku, terdapat strategi yang tidak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Untuk strategi yang legal atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

23 biasanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam undang-undang atau dapat memanfaatkan celah-celah yang ada dalam peraturan perpajakan, sedangkan strategi yang illegal dilakukan dengan melanggar peraturan yang berlaku. 6. Penghindaran Pajak Penghindaran pajak adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengna memanfaatkan kelemahan (loopholes) ketentuan perpajakan suatu negara, sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan. Jacob (2014) mendefinisikan penghindaran pajak sebagai suatu tindakan pengurangan atau meminimalkan kewajiban pajak dengan hati-hati mengatur sedemikian rupa untuk mengambil keuntungan dari celah-celah dalam ketentuan hukum pajak. Penghindaran pajak dikenal juga dengan tax avoidance ini berbeda dengan penggelapan pajak atau tax evasion. Penghindaran pajak dilegalkan karena tindakan ini tidak melanggar peraturan, sedangkan penggelapan pajak merupakan tindakan illegal karena dilakukan dengan melanggar peraturan atau ketentuan yang berlaku. Penghindaran pajak dilakukan dengan tujuan meminimalkan beban pajak, hal ini tentu dapat mendorong wajib pajak untuk tidak memenuhi peraturan perpajakan dan dapat membuat adanya perlawanan. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perlawanan pasif dan

24 aktif (Surbakti dan Theresa, 2012). Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi, sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak. Persoalan penghindaran pajak ini menjadi cukup rumit karena diperbolehkan dengan alasan tidak melanggar hukum tetapi disisi lain penerimaan negara menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya. Di Indonesia sendiri selain sebagai sumber terbesar dalam perekonomian, sistem pajak yang digunakan adalah self assesment system. Self assesment system adalah sistem perpajakan, dimana wajib pajak diberikan wewenang untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya, sehingga sangat diperlukan adanya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak. 7. Peraturan Perpajakan Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak di Indonesia. Berdasarkan UU No.36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1 salah satu subjek pajak adalah badan. Dalam UU No.28 tahun 2007, Badan didefinisikan sebagai sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

25 organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Pajak penghasilan di Indonesia sendiri diatur didalam UU No.36 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari UU No.17 Tahun 2000, UU No.7 Tahun 1991 dan UU No.7 Tahun 1983. Tarif pajak badan mulai tahun 2010 yang diatur dalam UU No.36 tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a adalah sebesar 25% dari laba bersih kena pajak tanpa dikurangi oleh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam rangka meningkatkan pendapatan dari pajak, pemerintah memberikan insentif pajak agar pengusaha dalam negeri giat dalam mengembangkan usahanya. Insentif pajak ini tertuang dalam UU No.36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2b yang menjelaskan bahwa wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

26 B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh Corporate Social Responbility Terhadap Penghindaran Pajak Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan di sekitarnya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Kegiatan CSR dilakukan di berbagai bidang dalam rangka membangun dan memenuhi tanggung jawab perusahaan, bidang kegiatan CSR dapat berupa ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan bahkan sosial budaya. Kegiatan CSR diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 Pasal 74 Tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal 15 huruf (b) UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal turut mendukung kewajiban dalam kegiatan CSR, yang berbunyi Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Undang-Undang yang mewajibkan kepada setiap pelaku usaha untuk melakukan pengelolaan perusahaan berhubungan dengan lingkungan dan sosial mereka guna keberlangsungan hidup perusahaan. Lanis dan Richardson (2012) menjelaskan bahwa CSR dianggap sebagai faktor kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan. Akan tetapi, tingkat keterlibatan perusahaan dalam mengungkapkan CSR adalah tidak wajib, padahal CSR yang dilakukan

27 perusahaan penting untuk diungkapkan karena dapat membantu perusahaan agar tetap going concern. Perusahaan yang melakukan CSR mempunyai tingkat kesadaran yang berbeda beda. Perusahaan yang wajib melakukan CSR merupakan perusahaan yang berkaitan secara langsung dengan sumber daya alam. Hal ini menjelaskan bahwa CSR yang dilakukan perusahaan merupakan sebuah kewajiban, sama seperti halnya pajak yang dibebankan pada perusahaan. Jadi, perusahaan yang melakukan CSR dapat mendorong perusahaan untuk melakukan tindakan penghindaran pajak, karena aktivitas CSR yang dilakukan dapat menekan laba yang akan diperoleh. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H 1 : Corporate social responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak 2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak Capital intensity ratio dapat di definisikan sebagai tingkat dimana besaran investasi aset perusahaan pada aset tetapnya atau persediaan..dalam penelitian ini capital intensity diproksikan menggunakan rasio intensitas aset tetap. Intensitas aset tetap adalah seberapa besar proporsi aset tetap perusahaan dalam total aset yang dimiliki perusahaan. Aset tetap sebagai salah satu kekayaan perusahaan yang memiliki dampak pada perusahaan dimana dapat mengurangi penghasilan, karena aset tetap akan mengalami penyusutan yang akan

28 menjadi biaya atau beban bagi perusahaan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa aset tetap dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Perusahaan dapat memanfaatkan beban penyusutan dari aset tetap yang dimiliki, dengan mengurangi laba perusahaan yang menjadi dasar perhitungan pajak perusahaan. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya, Lanis dan Richardson (2012) mengatakan bahwa capital intensity memiliki hubungan positif dengan penghindaran pajak. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H 2 : Capital Invensity berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak 3. Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Penghindaran Pajak Perencanaan pajak merupakan bagian dari manajemen perpajakan secara luas serta tahap awal untuk melakukan analisis secara sistematis berbagai alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan kewajiban perpajakan minimum. Perencanaan pajak memiliki pengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. Menurut Harcrisnowo (2008), perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah : H 3 : Perencanaan Pajak berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak

29 A. Model Penelitian (-) Corporate Social Responsibility (X 1 ) H 1 - Ageta, 2014 - Yoehana, 2014 - Jessica, 2014 - Nugraha, 2015 - Lestari, 2011 - Muzakki, 2015 - Mulyani, 2013 - Ardyansah, 2014 (+) Capital Intensity (X 2 ) H 2 PENGHINDARAN PAJAK (+) Perencanaan Pajak (X 3 ) H 3 - Aditama, 2011 - Hacrisnowo, 2008 - Igna, 2014 - Lestari, 2011 - Tadikaputri, 2015 Gambar 2.1 Model Penelitian