BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani. Melalui olahraga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

2016 PERBAND INGAN LATIHAN LARI UPHILL D AN LARI D OWNHILL TERHAD AP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PAD A ATLET FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Latihan ladder drill Terhadap kelincahan dan Power Tungkai

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Profil Kondisi Fisik Pemain Tim Persib Bandung U-21

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak hingga orang dewasa, hal itu menunjukkan bahwa sepakbola

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, dari anak-anak, dewasa, dan orang tua, pria, maupun wanita. Hakekat sepakbola menurut Sucipto (1999:7) bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tentu harus didukung dengan teknik-teknik yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN. Hedi Ardiyanto Hermawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. primitive dan sederhana sampai menjadi permainan sepakbola modern. Permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

1. Futsal mengasah teknik pemain 2. Futsal mengasah fisik pemain 3. Futsal mengasah pengetahuan taktis pemain 4. Futsal mengasah mental pemain

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu dari banyak cabang olahraga yang paling

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang terkenal dan sangat

I. PENDAHULUAN. beregu yang mengandung unsur kekompakkan dan kerjasama serta olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain yang. dan mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Moch.Vichi Fadhli Rachman, 2015 PENGARUH LATIHAN UMPAN KOMBINASI TERHADAP DOMINASI BALL POSSESSION DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuda Muhammad Awaludin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan kondisi fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. olahraga. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dijelaskan dalam UU RI NO 3 Tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 14 (1) Januari Juni 2015: 24-34

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi telah menembus setiap aspek kehidupan. Olahraga tidak

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga futsal kini menjadi olahraga permainan yang diminati dari

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. juta permainan sepakbola dimainkan setiap tahunnya.

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh kalangan remaja pada saat ini. Dalam permainan sepakbola

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI D AN KESEIMBANGAN D ENGAN KECEPATAN SPRINT 300 METER PAD A OLAHRAGA SEPATU ROD A

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

2015 PERBANDINGAN LATIHAN KEKUATAN SISTEM SUPERSET DENGAN SISTEM SET TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi terhadap kemampuan hasil passingbola yang benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kebugaran seseorang, semakin kuat juga fisik seseorang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam permainan sepakbola banyak faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN

PROFIL KOBDISI FISIK PEMAIN EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMAN 2 PARE TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apabila seorang atlet ingin mendapatkan prestasi yang maksimal tentu saja kemampuan yang dimiliki atlet harus ditingkatkan semaksimal mungkin. Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan prestasi atlet dalam olahraga tidak ada jalan lain adalah dengan latihan. Harsono (1988:101) Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang, ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaanya. Dalam melakukan latihan tentunya harus berpedoman kepada prinsip-prinsip latihan, tanpa mengetahui prinsip-prinsip serta tujuan-tujuan latihan tidak mungkin atlet berlatih atau dilatih dengan sukses. Ada beberapa prinsip latihan yang harus diketahui dan benar-benar dimengerti oleh pelatih maupun atlet. Harsono (2004:9) mengemukakan beberapa prinsip dan asas latihan, yaitu: 1) Overload, 2) Individualisasi, 3) Densitas, 4) Reversibility, 5) Spesifik, 6) Multilateral, 7) Recovery, 8) Variasi, 9) Intensitas, 10) Volume, 11) Overkompensasi, 12) Iptek. Dari beberapa prinsip dan asas latihan yang telah dikemukakan diatas yang menjadi pembahasan penulis adalah mengenai densitas latihan. Harsono (2004:10) mendefinisikan densitas latihan sebagai berikut: Densitas atau kerapatan latihan mengacu kepada hubungan yang dinyatakan antara kerja dan istirahat dalam latihan. Atau dapat pula diartikan sebagai kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (serie) rangsangan per satuan waktu. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa densitas latihan adalah kerapatan/kepadatan dalam melakukan latihan atau dengan kata lain berapa kali seseorang melakukan latihan yang biasanya dilakukan dalam satu minggu. Dalam hal ini menentukan densitas latihan yang pas tidaklah mudah, karena terkadang peningkatan kemampuan atlet tidak menjadi maksimal apabila densitas latihan itu

2 terlalu renggang, dan begitu juga apabila densitas latihan terlalu padat maka atlet akan terlalu lelah sehingga memungkinkan atlet mendapatkan cidera. Para ahli berpendapat bahwa densitas latihan yang baik adalah 3 kali per minggu agar tidak terjadi kelelahan yang serius, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sajoto (1995:35) Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program pelatihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Menanggapi pernyataan Sajoto diatas, Harsono (1988:135) juga menyatakan bahwa Dalam keadaaan normal, kelelahan yang timbul akan dapat diatasi dalam waktu antara 12 sampai dengan 24 jam. Dan setelah itu atlet akan merasa segar dan bugar kembali. Apabila kita hitung dengan istirahat antara 12 jam 24 jam maka atlet bisa melakukan latihan lebih dari 3 kali dalam seminggu. Untuk densitas latihan 4 hari dalam seminggu secara teratur yaitu hari selasa, kamis, sabtu dan minggu, maka istirahat tiap latihan adalah : antara latihan I menuju latihan II 46 jam, latihan II menuju latihan III 46 jam, latihan III menuju latihan IV 22 jam, dan latihan IV menuju latihan I 46 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan densitas latihan 4 hari seminggu secara teratur dengan durasi latihan 2 jam istirahat yang diberikan lama dan cukup untuk pemulihan, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harsono yaitu antara 12-24 jam. Untuk densitas latihan 5 hari dalam seminggu secara teratur yaitu hari selasa, rabu, kamis, sabtu, dan minggu maka istirahat tiap latihan adalah : antara latihan I menuju latihan II 22 jam, latihan II menuju latihan III 22 jam, latihan III menuju latihan IV 46 jam, latihan IV menuju latihan V 22 jam, dan latihan V menuju latihan I 46 jam. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan densitas latihan 5 hari seminggu secara teratur dengan durasi latihan 2 jam istirahat yang diberikan lama dan cukup untuk pemulihan. Kemampuan fisik merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menopang kemampuan teknik yang dimiliki oleh seorang atlet, seperti yang dikatakan oleh Griwijoyo (2012:164) Bila kemampuan dasar (kemampuan fisik) tidak mampu lagi memenuhi tuntutan dukungan bagi

3 kemampuan teknik, maka runtuhlah kemampuan (keterampilan) teknik atlet yang bersangkutan. Harsono (1988:153) menjelaskan lebih detail bahwa: Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik Oleh karena itu dapat disimpukan bahwa kemampuan fisik atlet harus dilatih secara benar dan sistematis karena merupakan pondasi utama untuk menopang kemampuan-kemampuan yang lainnya, baik itu teknik, taktik maupun mental atlet. Berkenaan dengan pembinaan kondisi fisik, kita perlu mengenal beberapa unsur kondisi fisik yang perlu dilatih. Sajoto (1995:8) menguraikan kondisi fisik tersebut menjadi 10 komponen yang terdiri dari: 1) Kekuatan (strength), 2) Dayatahan (endurance), 3) Daya ledak (muscular power), 4) Kecepatan (speed), 5) Daya lentur (flexibility), 6) Keseimbangan (balance), 7) Koordinasi (coordination), 8) Kelincahan (agility), 9) Ketepatan (accuration), 10) Reaksi (reaction). Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, dengan kondisi fisik yang baik atlet tidak akan mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat mengganggu penampilannya. Seperti yang dikemukakan oleh Setiawan (1992:110) Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Dalam banyak cabor olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Hampir seluruh cabang olahraga prestasi membutuhkan yang namanya kecepatan, tanpa terkecuali dalam cabang olahraga sepakbola, karena kecepatan merupakan dasar utama untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Menurut Harsono (1988:216) Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-

4 gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya, atau menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat. Menurut pengalaman penulis sebagai atlet sepakbola, apabila seorang pemain sepakbola memiliki kecepatan yang baik maka pemain tersebut akan mudah untuk menjemput operan dari teman dengan cepat, dan untuk memotong bola operan dari lawan. Usli (2009:30) mengatakan bahwa Dalam perebutan bola siapa yang memiliki kecepatan yang lebih bagus maka pemain tersebut yang akan mendapatkan bola. Untuk meningkatkan kecepatan atlet secara optimal dan signifikan haruslah dilakukan perencanaan latihan yang baik. Dalam perencanaan latihan tersebut seorang pelatih tentu saja harus mengatur densitas latihan yang diberikan. Supaya atlet mendapatkan porsi latihan yang pas, baik itu dari segi istirahat untuk pemulihannya dan tentunya supaya atlet mendapatkan peningkatan hasil yang signifikan. Dari hasil pengamatan penulis dilapangan, setiap tim/klub dalam program latihannya memberikan densitas latihan untuk meningkatkan salah satu aspek kondisi fisik itu berbeda-beda terutama aspek kondisi fisik yang menjadi pembahasan penulis saat ini yaitu kecepatan. Penulis melakukan observasi ke beberapa tim sepakbola untuk melihat program latihan mengenai densitas latihan yang diberikan yang tujuannya spesifik untuk meningkatkan aspek kondisi fisik kecepatan atlet. Dalam program latihan PS UPI Senior untuk persiapan tournament LISMAJAB mencantumkan latihan fisik yang tujuannya untuk meningkatkan kecepatan hanya 1 kali dalam 1 minggu yang dirasa masih sangat kurang, terbukti dengan hasil yang sangat tidak memuaskan di turnament tersebut. Berbeda dengan PS UPI U-19 dalam program latihannya mencantumkan latihan fisik yang spesifik untuk meningkatkan kecepatan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu secara teratur. Begitu juga berbeda dengan program latihan Persib U-21 yang mencantumkan latihan fisik yang tujuannya untuk meningkatkan kecepatan setiap kali latihan dilakukan, yaitu sebanyak 5 kali dalam 1 minggu.

5 Dari hasil pengamatan penulis di atas maka terlihat tidak adanya kepastian mengenai berapa densitas latihan yang pas untuk meningkatkan kecepatan atlet sepakbola. Hal inilah yang melatarbelakangi permasalahan sebagai isu untuk mengetahui berapa densitas latihan yang pas yang harus diberikan kepada atlet sehinga waktu latihan menjadi lebih effesien dan effektif yang tentunya dengan tujuan terjadinya dalam cabang olahraga sepakbola. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari Atlet (Studi Eksperimen Pada SSB Karya Praja Usia 15-20 Tahun). B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah : 1. Apakah latihan dengan densitas 3 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet? 2. Apakah latihan dengan densitas 4 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet? 3. Apakah latihan dengan densitas 5 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet? 4. Manakah antara latihan dengan densitas 3 kali, 4 kali, atau 5 kali dalam 1 minggu yang lebih signifikan meningkatkan kecepatan lari atlet? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang akan diungkap dan dirumuskan oleh penulis, maka dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah latihan dengan densitas 3 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet.

6 2. Untuk mengetahui apakah latihan dengan densitas 4 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet. 3. Untuk mengetahui apakah latihan dengan densitas 5 kali dalam 1 minggu dapat meningkatkan kecepatan lari atlet. 4. Untuk mengetahui manakah antara latihan dengan densitas 3 kali, 4 kali, atau 5 kali dalam 1 minggu yang lebih signifikan meningkatkan kecepatan lari atlet. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Secara Teoritis: hasil penelitian ini berguna untuk memberikan informasi ilmiah dalam bidang olahraga, khususnya dalam aspek kondisi fisik serta ilmu kepelatihan pada umumnya. Terutama yang berkaitan dengan densitas latihan yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan atlet. 2. Secara Praktis: hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada Pembina olahraga atau pelatih khususnya dalam aspek kondisi fisik sebagai salah satu bahan informasi tentang gambaran dan acuan mengenai metode yang lebih tepat melatih kecepatan untuk atlet. E. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu luas dan akurat dalam pelaksanaannya. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah densitas latihan kecepatan, 3 kali, 4 kali dan 5 kali dalam satu minggu. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil kecepatan lari. 3. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet cabang olahraga sepakbola Sekolah Sepak Bola (SSB) Karya Praja Kabupaten Belitung, dan yang menjadi sampel adalah siswa yang berumur 15-20 tahun, sebanyak 20 orang. F. Batasan Istilah

7 Untuk mendapat data yang diperlukan, maka penulis memberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Kecepatan menurut Harsono (1988:216) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara beturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yan sesingkat-singkatnya. Dalam penelitian ini adalah kecepatan lari yang dilakukan oleh atlet sepakbola. 2. Densitas latihan menurut Harsono (2004:10) adalah kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (serie) rangsangan per satuan waktu. Dalam penelitian ini adalah kepadatan latihan yang dilakukan dalam satu minggu. 3. Sepakbola menurut Sucipto (2000:7) adalah permainan beregu, masingmasing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. G. Struktur Organisasi Untuk mempermudah salam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian Batasan Istilah Struktur Organisasi BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut :

8 Prinsip-prinsip Latihan Densitas Latihan Kemampuan Fisik Komponen Kondisi Fisik dalam Olahraga Kecepatan (Speed) dalam Olahraga Latihan Kecepatan Kecepatan dalam Sepakbola Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Membahas tentang metode dan teknik pengumpulan data, sebagai berikut: Metode Penelitian Populasi dan Sampel Desain Penelitian Instrumen Penelitian Pelaksanaan Latihan Prosedur Pengolahan Data BAB IV HASIL PENELITIAN Membahas tentang hasil penelitian, sebagai berikut: Hasil Penelitian Diskusi Temuan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Membahas tentang : Kesimpulan Penelitian Saran