BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan manusia bukan sekedar bentuk yang bisa kita lihat. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN SIDOMULYO 03 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Publishing, 2015), 17. Kencana Prenada Media Group, 2013), 186

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MTs AISYIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

ABSTRAK. Kata kunci: Komunikasi Matematis, Pembelajaran Kooperatif, Think Talk Write. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

Oleh: ENUNG KARNENGSIH NIP

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Tanpa pendidikan akan sulit diperoleh hasil dari kualitas sumber daya manusia yang maksimal. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian lebih oleh pemerintah maupun masyarakat. Sehingga tujuan pendidikan pun dapat tercapai. Hal ini sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Ajaran Islam juga sangat mengutamakan pentingnya pendidikan, bahkan kedudukan orang yang berpendidikan dan berilmu pengetahuan dimata Allah lebih tinggi dibanding orang 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1

yang tidak berilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surah Al-Mujadalah ayat 11: 2...... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.(qs. Al-Mujadalah/58:11) Ayat tersebut menerangkan bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu 3, dari ayat tersebut dapat dinyatakan bahwa penguasaan dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai kemajuan. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya adalah ilmu matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Kenyataan tersebut mungkin menjadi dasar mengapa matematika dijadikan bidang studi yang dipelajari oleh peserta didik dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, 2 Tim Pelaksana, Al Qur an Terjemah Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm. 543. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 25. 2

disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 4 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika dalam (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi poin keempat, jelas bahwa kemampuan komunikasi matematika sangat penting dan sudah seharusnya ditumbuhkan. Peserta didik harus 4 Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 16. 3

memiliki kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Hal ini senada dengan penjelasan dari National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), melalui principles and standard for school mathematics, menempatkan komunikasi sebagai salah satu bagian penting dalam matematika dan pendidikan matematika. 5 Dengan kemampuan komunikasi matematika soal pemecahan masalah yang biasanya sulit dipahami dapat diubah dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Kemampuan menganalogikan masalah yang rumit menjadi sederhana inilah yang nantinya akan berguna dalam dunia nyata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika. Kubus dan balok adalah materi yang diajarkan di kelas VIII semester genap. Pembelajaran tersebut seharusnya dilakukan dengan membiasakan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Hal itu dikarenakan materi ini sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai macam persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui dalam bentuk soal cerita. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita yaitu dengan membaca dan memahami soal. Dengan membaca dan 5 Ibid., hlm. 72. 4

memahami soal tersebut, peserta didik baru bisa menentukan apa yang ditanyakan dari soal cerita tersebut. Pada langkah ini peserta didik menggunakan bilangan-bilangan kemudian membuat model matematika. Apabila model matematika yang dimaksudkan telah ditentukan, maka permasalahan dalam soal cerita tersebut baru bisa diselesaikan. Dengan kata lain, karakteristik dari pembelajaran materi kubus dan balok membutuhkan ketercapaian kemampuan komunikasi matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan Novi Setyono selaku guru pengampu mata pelajaran Matematika di MTs Al- Khoiriyyah Semarang tanggal 15 November 2015 pukul 11.00 WIB, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi matematika peserta didik masih tergolong rendah, terutama pada materi kubus dan balok. Adapun gejala-gejala rendahnya kemampuan komunikasi matematika peserta didik adalah sebagai berikut: 1. Peserta didik kurang tepat dalam merefleksikan gambar, tabel, grafik ke dalam ide-ide matematika. Hal ini tampak bahwa peserta didik menganggap gambar bangun ruang sebagai bangun datar. 2. Peserta didik kesulitan dalam menyatakan peristiwa seharihari dalam bahasa atau simbol matematika. Hal ini tampak ketika dihadapkan pada suatu soal cerita, peserta didik tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal sebelum menyelesaikannya, sehingga 5

peserta didik sering salah menafsirkan maksud dari soal tersebut. 3. Kemampuan peserta didik dalam memberikan penjelasan idea, konsep, atau situasi matematika dengan bahasa sendiri dalam bentuk penulisan secara matematik masih kurang. Hal ini tampak bahwa sebagian besar peserta didik masih kesulitan dalam menggunakan konsep volume dan luas permukaan kubus dan balok dalam soal cerita. Sehingga dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika peserta didik masih terhitung kurang. Berdasarkan observasi pembelajaran matematika di kelas VIII MTs Al-Khoiriyyah Semarang masih menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran hanya terjadi satu arah dan berpusat pada guru, guru menjelaskan materi dan peserta didik hanya menerima informasi yang disampaikan, Kegiatan pembelajaran yang monoton dan berpusat pada guru menjadikan peserta didik pasif dan kurang semangat dalam pembelajaran. Kemampuan komunikasi matematika peserta didik yang rendah dan semangat belajar yang kurang menyebabkan prestasi belajar kurang dari yang diharapkan. Dimana untuk pelajaran matematika menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73, termasuk dalam materi Kubus dan Balok. Tetapi banyak 6

peserta didik masih kesulitan untuk mencapai nilai tersebut, yaitu dengan nilai rata-rata 51. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan dapat mendukung serta mengarahkan peserta didik pada kemampuan berkomunikasi matematika. Sehingga peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan serta mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan matematikanya. Teori konstruktivisme mengatakan bahwa belajar adalah keterlibatan anak secara aktif membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur, seperti membaca, berpikir, mendengar, berdiskusi, mengamati dan melakukan eksperimen terhadap lingkungan serta melaporkannya. 6 Berdasarkan teori tersebut pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Peserta didik sendiri harus aktif dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik adalah strategi Think Talk Write (TTW). Strategi ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi ini dimulai dari keterlibatan peserta didik 6 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 95. 7

dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca. Selanjutnya, berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. 7 Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) membantu peserta didik dalam mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep peserta didik menjadi lebih baik. Peserta didik dapat mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga peserta didik saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan. Strategi Think Talk Write (TTW) juga dapat melatih peserta didik untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga peserta didik akan lebih memahami materi dan membantu peserta untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan. 8 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik karena Think Talk Write (TTW) mampu mendorong pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran. Agar pembelajaran berlangsung lebih menarik, digunakan juga media pembelajaran. Macromedia flash adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mengatasi kurangnya pengetahuan dan keabstrakan pada materi kubus dan balok. 7 Ibid., hlm.84. 8 Jumanto Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 221-222. 8

Menggunakan macromedia flash akan membantu peserta didik memperjelas bentuk nyata dari materi yang dipelajari khususnya kubus dan balok. Sehingga peserta didik lebih tertarik dan mempermudah peserta didik dalam memahami dan menemukan konsep dari sub bab materi kubus dan balok. Melalui strategi Think Talk Write (TTW) berbantuan media berbasis macromedia flash diharapkan peserta didik dapat tertarik, aktif dan membantu peserta didik dalam mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep peserta didik menjadi lebih baik. Karena pemahaman konsep yang baik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik dalam materi balok dan kubus. Permasalahan-permasalahan diatas melatarbelakangi peneliti untuk melakukan suatu penelitian eksperimen dalam proses kegiatan belajar matematika dengan judul Efektivitas Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Berbantuan Media Berbasis Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Peserta Didik Materi Pokok Kubus Dan Balok Kelas VIII di MTs Al-Khoiriyyah Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Apakah strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) 9

berbantuan media berbasis macromedia flash efektif terhadap kemampuan komunikasi matematika peserta didik materi pokok kubus dan balok kelas VIII di MTs Al-Khoiriyyah Semarang tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengetahui apakah strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media berbasis macromedia flash efektif terhadap kemampuan komunikasi matematika peserta didik materi kubus dan balok kelas VIII di MTs Al-Khoiriyyah Semarang tahun ajaran 2015/2016. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi guru Sebagai motivasi untuk memaksimalkan strategi dan media pembelajaran yang digunakan agar tujuan pembelajaran matematika di sekolah dapat tercapai. b. Bagi peserta didik Bagi peserta didik, pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran Think Talk Write berbantuan media berbasis macromedia flash lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematika pada materi kubus dan balok. 10

c. Bagi Sekolah Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi belajar. d. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengalaman ketrampilan dalam menerapkan strategi pembelajaran Think Talk Write berbantuan media berbasis macromedia flash. 11