PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 DI DESASALENRANG KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS

Abstract. : Time Provision of MP-ASI, energy intake, nutritional status.

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DI DESA BONTO MARANNU

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini Pada Balita Usia 6-24 Bulan

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

GAMBARAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 6-24 BULAN DI DESA BONTO BUNGA KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

FREKUENSI PENIMBANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

STATUS GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA; ANALISIS HASIL PEMATAUAN STATUS GIZI SULAWESI SELATAN TAHUN 2014

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI RW 2 WILAYAH PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6-11 BULAN DIKELURAHAN KARUWISI UTARA KOTA MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORI

POLA ASUH GIZI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA KERJA PUSKESMAS SIRAIT KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2013

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI UMUR 6-24 BULAN DI POSYANDU KARYAMULYA JETIS JATEN.

GAMBARAN STATUS IMUNISASI, PENYAKIT INFEKSI, ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA SALENRANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

KORELASI PERILAKU KADARZI TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA TAHUN 2014

Mona Sylvia J. Manullang¹, Albiner Siagian², Arifin Siregar²

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENYAKIT INFEKSI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

STUNTING DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU. Zulkarnain

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

STATUS GIZI DAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN MACCINI KECAMATAN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

PROFIL KELUARGA SADAR GIZI DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI DI KECAMATAN BONTOMARANNU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARANPEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PENYAKIT INFEKSI SERTA STATUS GIZI BAYI DI DESA PADAIDI KECAMATAN MATTIRO BULU KABUPATEN PINRANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA TELUK RUMBIA KECAMATAN SINGKIL KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2012.

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN SOREANG KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Ika Endar Ariyana 1,Machmudah 2,

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : DIAN KUSUMAWATI J

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

PROFESI Volume 10 / September 2013 Februari 2014

PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN BERDASARKAN INDEKS BB/U DI DESA BAN KECAMATAN KUBU TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

POLA PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP GRAFIK PERTUMBUHAN PADA KARTU MENUJU SEHAT (KMS)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

DWI SULISTYORINI J

Transkripsi:

PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS Asmarudin Pakhri 1, Fahrizal R. Pangestu 2, Salmiah 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2 Alumni Diploma III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar Abstract Background : Nutritional problems in infants and children is a dual problem, which is the discovery of the problem of malnutrition and the problem of excess nutrients. Malnutrition in children under five will lead to impaired growth and development, and susceptible to disease infection, if not addressed early. Objective : This study aims to describe the parent's education, the mother's knowledge of the MP - ASI, the practice of MP - ASI and nutritional status in children aged 6-24 months in the Taroada Villages, Districts Turikale, Maros Regency. Methods : This study is a descriptive survey study. Samples were children aged 6-24 months in this study areas, Samples is many as 32 people were selected by purposive sampling. Data of the parent's education, mother's knowledge about the breast feeding's complementary and the practice of breast feeding's complementary was collected using interviews with patents using a questionnaire instrument. Assessment of nutritional status was determined using a computer program WHO Anthro 2005. Results : The results showed that parent's education are lack, which school elementary father 37,5% dan mother 40,6%, mothers' knowledge of breast feeding's complementary 62,5% bad, Practice of breast feeding's complementary on infants under 2th are 78,1% good. But are age granting for the first under 6 month 21,9% and over 6 month 12,5%. Nutritional status based indexes BB/U of 12.5% lack and 18,8 % very less. Based on the index PB/U of 21,9% short and 9,4% short very short. Based on the BB/PB by 21,9 % thin and 9.4% very thin. The mother's education related with nutritional status based indexes BB/U but the father'education not. Mothers' knowledge of breast feeding's complementary no related nutritional status based indexes PB/U but related with BB/PB. Suggestion : to promoted nutritional status of infants need integrated with stakeholders for health education and the health care workers to providing frequent information about breast feeding's complementary on that mother. Keywords : Parent Education, Mother Knowledge, Giving Practice MPASI and Infants Nutritional Status PENDAHULUAN Permasalahan gizi pada balita dan anak merupakan masalah gizi ganda, yaitu selain ditemukannya masalah gizi kurang, juga muncul masalah kelebihan gizi. Kurang gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Dampak status gizi kurang khususnya pada anak baduta dapat mengakibatkan anak menjadi status gizi buruk dan mudah terserang penyakit infeksi serta lambatnya pertumbuhan (Rochimiwati dkk, 2011). 96

Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor secara langsung dan faktor tidak langsung. Menurut Soekirman (2000) faktor yang langsung adalah asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial, budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) pada bayi tergolong faktor langsung. Pemberian MPASI terlalu dini pada anak dapat menyebabkan gangguan pencernaann pada bayi seperti diare, konstipasi, muntah dan alergi serta mengganggu pemberian ASI. Hal ini lebih sering terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI (Depkes RI, 2007). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan status gizi pada balita berdasarkan indikator BB/U di Indonesia sebesar 5,7% gizi buruk, 13,0% gizi kurang. Menurut indikator TB/U sebesar 18,0% sangat pendek, 19,2% pendek. Menurut indikator BB/TB sebesar 5,3% sangat kurus, 6,8% kurus (Balitbangkes, 2014). Status gizi pada baduta di Sulawesi Selatan menurut Riskesdas 2007 berdasarkan golongan umur, indikator BB/U umur 0 5 bulan 1,0% gizi buruk, 0,9% gizi kurang, umur 6 11 bulan 0,8% gizi buruk, 4,2% gizi kurang, umur 12 23 bulan 3,3% gizi buruk, 7,3% gizi kurang. Berdasarkan indikator TB/U umur 0 5 bulan 3,5% sangat pendek, 1,4% pendek, umur 6 11 bulan 10,7% sangat pendek, 10,7% pendek, umur 12 23 bulan 9,6% sangat pendek, 8,9% pendek. Berdasarkan indikator BB/TB umur 0 5 bulan 6,8% sangat kurus, 9,2% kurus, umur 6 11 bulan 0,5% sangat kurus, 5,2% kurus, umur 12 23 bulan 7,0% sangat kurus, 7,4% kurus. Sedangkan di daerah Maros menunjukkan menurut BB/U 3,9% gizi buruk, 12,9% gizi kurang,menurut TB/U 12,6% sangat pendek, 15,2% pendek,dan menuruy BB/TB 11,4% sangat kurus dan 10,3% kurus (Balitbangkes, 2008). Proses penyapihan menimbulkan perubahan tertentu, terutama yang terkait gizi. Seharusnya pada masa penyapihan, ibu memberikan makanan yang mengandung protein tinggi pada bayi.ibu perlu mengetahui bahwa periode penyapihan, volume ASI menurun dan konsumsi makanan tambahan bayi tergantung pada jumlah dan jenis makanan yang diberikan ibu kepada bayinya (Prasetyono, 2009). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa presentase pemberian MP ASI pada anak usia 6 24 bulan di Indonesia yaitu baik sebesar 44,3%. Sedangkan di Sulawesi sebesar 47,4% baik dan di Sulawesi Selatan sebesar 40,7% baik (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008, disebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberikan MP ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usian nol sampai dua bulan mulai diberikan makanan pendamping cair (21,3%), makanan lunak/lembek (20,2%) dan makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga sampai lima bulan yang mulai diberi makanan pendamping cair (60,2%), lunak/lembik (66,3%) dan padat (44,5%) (Depkes, 2009). Peranan ibu sangat penting dalam upaya pemberian makanan bergizi untuk anak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) kepada anak. Ketidaktahuan ibu mengenai Makanan Pendamping ASI (MP ASI) biasa disebabkan karena beberapa sebab seperti budaya yang diterapkan sebagian masyarakat dalam keluarga secara turun-temurun, yang memberikan makanan tambahan atau makanan keluarga kepada bayi usia dibawah 6 bulan dengan alasan ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan tidak memberikan rasa kenyang terhadap anak. Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian mengenai pendidikan, pengetahuan Ibu, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Anak Usia 6 24 bulan. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah berbentuk survey dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan ibu, pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan status gizi pada bayi usia 6 sampai 24 bulan (Notoatmodjo, 2006). Sampel adalah keluarga yang memiliki anak usia 6 24 bulan yang ada di Kelurahan Taroada Kecamatan Turikale Kabupaten Maros sebanyak 32 keluarga. Penentuan sampel dengan metode purposive, dengan kriteria : keluarga yang memiliki anak usia 6 24 bulan, penduduk tetap di wilayah penelitian, anak dan ibu dalam kondisi sehat, memiliki kartu menuju sehat dan bersedia menjadi sampel. 97

Instrumen penelitian yang digunakan adalah timbangan berat badan, microtoice, papan piksasi, kuesioner dan alat tulis. Kuesioner yang digunakan telah dipakai dalam praktek lapangan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Makassar. Penentuan status gizi menggunakan indeks BB/U, PB/U dan BB/PB dan penilaian dengan program WHO anthro 2005 (Supariasa, 2012). HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Tabel. 01 Distribusi umur orang tua sampel di Kelurahan Taroada Umur Ayah Ibu n % n % 19-29 13 40.6 24 75.0 30-49 19 59.4 8 25.0 32 100.0 32 100.0 Berdasarkan data dari 32 sampel pada tabel 01 menunjukkan ayah yang berumur 19 29 tahun sebanyak 40,6% dan yang berumur 30 49 tahun sebanyak 59,4%. Sedangkan ibu yang berumur 19 29 tahun sebanyak 75% dan yang berumur 30 49 tahun 25%. Tabel. 02 Distribusi pekerjaan orang tua sampel di Kelurahan Taroada Pekerjaan ayah Ibu n % n % Karyawan swasta 7 21.9 0 0 Pedagang 8 25.0 2 6.3 Petani pemilik 1 3.1 0 0 Buruh 16 50.0 0 0 Ibu rumah tangga - - 30 93.8 32 100 32 100 Tabel 02 memperlihatkan pekerjaan ayah umumnya sebagai buruh sebanyak 50,0%, lainnya adalah karyawan swasta 21,9%, pedagang 25,0%, petani 3,1%. Sedangkan ibu umumnya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 93,8%, lainnya adalah pedagang 6,3%. Tabel. 03 Distribusi pendidikan orang tua sampel di Kelurahan Taroada Pendidikan Ayah Ibu n % n % Tamat SD 12 37,5 13 40.6 Tamat SMP 7 21.9 14 43.8 Tamat SMA 13 40,6 5 15.6 32 100.0 32 100.0 Tingkat pendidikan orang tua masih sebagian tamat SD. Ayah yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 12 orang (37,5%), tamat SMP 7 orang (21,9%) dan tamat SMA 13 orang (40,6%). Sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 13 orang (40,6%), tamat SMP 14 orang (43,8%) dan tamat SMA 5 orang (15,6%). Tabel.04 Distribusi anak berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kelurahan Taroada Umur Laki Perempuan (bulan) n % n % n % 06-08 3 21,4 3 16,7 6 18,8 09-11 5 35,7 6 33,3 11 34,4 12-24 6 42,9 9 50,0 15 46,9 14 100,0 18 100,0 32 100.0 Berdasarkan tabel 04 menunjukkan sampel anak laki umumnya berumur 12 24 bulan sebanyak 6 anak (42,9%).dan yang berumur 09-11 bulan sebanyak 5 anak (35,7%). Anak perempuan kebanyakan berumur 12-24 bulan yaitu 9 orang (50,0%). Pengetahuan ibu tentang MPASI Tabel 05 Distribusi pengetahuan ibu berdasarkan umur anak di KelurahanTaroada Umur Baik Kurang (bulan) n % n % n % 06-08 0 0 6 18,8 6 18,8 09-11 4 12,5 7 21,9 11 34,4 12-24 8 25,0 7 21,9 15 46,9 12 37,5 20 62,5 32 100.0 Tabel 05 terlihat pengetahuan ibu tentang MPASI umumnya kurang yaitu 20 orang (62,5%). Jika dilihat dari golongan umur pengetahuan ibu yang kurang hampir sama pada ketiga golongan umur yaitu 7 orang (21,9%). Pengetahuan ibu tentang MPASI 98

yang baik paling banyak pada sampel anak umur 12-24 bulan yaitu 8 orang (25,0%). Praktek pemberian makanan pendamping ASI (21,9%) yang memperkenalkan MP ASI pertama pada umur <6 bulan. Namun masih ada sebanyak 7 orang (21,9%) yang memperkenalkan MP ASI pada umur <6 bulan. Tabel 08 Distribusi umur berdasarkan praktek pemberian makanan pendamping ASI Praktek Pemberian Makanan Umur Pendamping ASI Baik Kurang n % n % n % 06-08 5 15,6 1 3,1 6 18,8 09-11 8 25,0 3 9,4 11 34,4 12-24 12 37,5 3 9,4 15 46,9 25 78,1 7 21,9 32 100.0 Praktek pemberian MPASI pada anak di bawah dua tahun umumnya sudah baik yaitu 25 anak (78,1%). Menurut golongan umur MPASI sudah baik12 anak (37,5%) pada umur 12-24 bulan dan 8 anak (25,0%) pada umur 09-11 bulan. Namun masih ada 9,4 % praktek pemberian makanan pendamping ASI pada golongan umur tersebut belum baik. Umur pertama MP ASI diberikan Tabel. 06 Distribusi umur anak pertama pemberian MP- ASI di Kelurahan Taroada Umur pemberian n % <6 bulan 7 21.9 6 bulan 21 65.6 >6 bulan 4 12.5 32 100.0 Tabel 06 menunjukkan sebanyak 21 orang (65,6%) yang memperkenalkan MP ASI pada umur 6 bulan. sebanyak 7 orang Bentuk/konsistensi MP ASI Tabel. 07 Distribusi umur berdasarkan bentuk/konsistensi MP-ASI di KelurahanTaroada Pemberian MP-ASI Umur Baik Kurang (bulan) n % n % n % 6-8 5 15.6 4 12,5 9 28,1 9-11 3 9,4 5 15,6 8 25,0 12-24 12 37,5 3 9,4 15 46,9 20 62.5 12 37.5 32 100.0 Berdasarkan tabel 07 menunjukkan kategori baik dalam pemberian bentuk/konsistensi MP ASI paling banyak pada umur 12 24 bulan yaitu 12 orang (37,5%). Sedangkan kategori kurang paling banyak dalam pemberian bentuk/konsistensi MP ASI pada umur 9 11 bulan sebanyak 5 orang (15,6%). Status gizi anak Tabel. 09 Distribusi anak berdasarkan status gizi BB/U di Kelurahan Taroada Status Gizi Umur (bulan) Baik Kurang Sangat Kurang n % n % n % n % 6-8 6 18,8 1 3,1 0 0 7 21,9 9-11 11 34,4 0 0 0 0 11 34,4 12-24 5 15,6 3 9,4 6 18,8 14 43,7 22 68,7 4 12.5 6 18,8 32 100.0 Berdasarkan tabel 09 status gizi status gizi pada anak masih banyak yang kurang dan sangat kurang yaitu 4 orang (12,5% dan 6 orang (18,8%). Status gizi kurang dan sangat kurang paling banyak pada umur 12 24 bulan yaitu sebanyak 4 anak (12,5%) dan 6 anak (18,8%). 99

Tabel. 10 Distribusi anak berdasarkan status gizi PB/U di Kelurahan Taroada Status Gizi Umur (bulan) Normal Pendek Sangat Pendek n % n % n % n % 6-8 3 9,4 1 3,1 2 6,2 6 18,8 9-11 7 21,9 4 12,5 0 0 11 34,4 12-24 12 37,5 2 6,2 1 3,1 15 46,9 22 68,7 7 21,9 3 9,4 32 100.0 Tabel 10 menunjukkan status gizi pendek dan sangat pendek menurut indeks PB/U masih cukup tinggi yaitu 7 anak (21,9%) dan 3 anak(9,4%). Status gizi pendek paling banyak pada umur 12 24 bulan sebanyak 12 anak (37,5%).. Tabel. 11 Distribusi anak berdasarkan status gizi BB/PB di Kelurahan Taroada Status Gizi Umur (bulan) Normal Kurus Sangat Kurus n % n % n % n % 6-8 3 9,4 1 3,1 2 6,2 6 18,8 9-11 7 21,9 4 12,5 0 0 11 34,4 12-24 12 37,5 2 6,2 1 3,1 15 46,9 22 68,7 7 21,9 3 9,4 32 100.0 Status gizi anak menurut indeks BB/PB masih tinggi yang kurus dan sangat kurus yaitu 7 anak (21,9%) dan 3 anak (9,4%). Status gizi kurus paling banyak pada umur 9-11 bulan sebanyak 4 anak (12,5%) dan sangat kurus usia 6-8 bulan 2 orang (6,2%). Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Gizi Anak indeks PB/U Tabel. 12 Distribusi anak berdasarkan pendidikan orang tua dan status gizi PB/U Status Gizi Pendidikan Normal Pendek P n % n % n % Ibu SD 6 18,8 7 21,9 13 40,6 0,023 SMP keatas 16 50,0 3 9,4 19 59,4 Ayah SD 9 28,1 3 9,4 12 37,5 0,555 SMP Keatas 13 40,6 7 21,9 20 62,5 22 68,7 10 31,3 32 100.0 Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U sedangkan pendidikan ayah tidak berkaitan. Uji statistik kaikuadrat menunjukkan pendidikan ibu memperoleh nilai P 0,023 <0,05 yang berarti berhubungan signifikan, sedangkan pendidikan ayah memperoleh nilai 0,555 > 0,05 yang berarti berhubungan tidak signifikan. 100

Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi anak menurut PB/U dan BB/PB Tabel. 13 Distribusi anak berdasarkan pengetahuan gizi ibu dan status gizi Pengetahuan gizi ibu Status gizi Baik Kurang P n % n % n % BB/U Baik 10 31,3 10 31,3 20 62,5 0,059 Kurang 2 6,2 10 31,3 12 37,5 BB/PB Normal 11 34,4 11 34,4 22 68,7 0,030 Kurus 1 3,1 9 28,1 10 31,3 12 37,5 20 62,5 32 100.0 Pengetahuan gizi ibu tentang MPASI tidak berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U, namun berkaitan dengan status gizi anak menurut BB/PB. Uji kaikuadrat menunjukkan pengetahuan ibu dan status gizi anak menurut PB/U memperoleh nilai P 0,059 >0,05 yang berarti tidak berhubungan signifikan, sedangkan status gizi anak menurut BB/PB memperoleh nilai 0,030 < 0,05 yang berarti berhubungan signifikan. PEMBAHASAN Pendidikan Orang Tua dan Status Gizi Anak Tingkat pendidikan orang tua masih sebagian tamat SD. Ayah yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 12 orang (37,5%), tamat SMP 7 orang (21,9%) dan tamat SMA 13 orang (40,6%). Sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 13 orang (40,6%), tamat SMP 14 orang (43,8%) dan tamat SMA 5 orang (15,6%). Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U sedangkan pendidikan ayah tidak berkaitan. Status gizi pendek dan sangat pendek menurut indeks PB/U masih cukup tinggi yaitu 7 anak (21,9%) dan 3 anak(9,4%). Status gizi pendek paling banyak pada umur 12 24 bulan sebanyak 12 anak (37,5%), Uji statistik kaikuadrat pendidikan ibu dan status gizi anak menurut PB/U memperoleh nilai P 0,023 <0,05 yang berarti berhubungan signifikan, sedangkan pendidikan ayah memperoleh nilai 0,555 > 0,05 yang berarti berhubungan tidak signifikan. Menurut Adisasmito (2008) semakin tinggi tingkat pengetahuan, pendidikan dan keterampilan orang tua terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga dalam memberikan MPASI. Sebaliknya kurangnya pengetahuan, pendidikan dan keterampilan orang tua kemungkinan tidak mampu menyediakan bahan makanan yang baik berupa MPASI bagi anak sehingga beresiko tinggi menderita kurang gizi. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Anak Pengetahuan ibu tentang MPASI umumnya masih kurang yaitu 62,5%. Jika dilihat dari golongan umur anak, pengetahuan ibu yang kurang hampir sama pada ketiga golongan umur yaitu 21,9%. Hal ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifin, 2013 di Desa Bowong Cindea Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP ASI) berada pada tingkat kategori kurang dengan jumlah 30 orang (60.0%). Hal ini disebabkan karena masih banyak ibu-ibu di lokasi penelitian yang tingkat pendidikannya Tamat SD dan tidak bekerja. Pengetahuan gizi ibu tentang MPASI tidak berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U, namun berkaitan dengan status gizi anak menurut BB/PB. Status gizi pada anak menurut indeks BB/U masih banyak yang kurang dan sangat kurang yaitu 12,5% dan 18,8%. Status gizi kurang dan sangat kurang paling banyak pada umur 12 24 bulan yaitu sebanyak 12,5% dan 18,8%. Status gizi anak menurut indeks BB/PB juga masih tinggi yang kurus dan sangat kurus yaitu 21,9% dan 9,4%. Status gizi kurus paling banyak pada umur 9-11 bulan sebanyak 12,5% dan sangat kurus pada usia 6-8 bulan sebanyak 6,2 %. Uji statistik kaikuadrat menunjukkan pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak menurut PB/U memperoleh nilai P 0,059 >0,05 yang berarti tidak berhubungan signifikan, sedangkan status gizi anak menurut BB/PB 101

memperoleh nilai 0,030 < 0,05 yang berarti berhubungan signifikan. Praktek Pemberian MP-ASI Praktek pemberian MPASI pada anak di bawah dua tahun umumnya sudah baik yaitu 78,1%. Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi sejak 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan menghentikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI (Waryana, 2010). Namun masih ada ibu-ibu yang memperkenalkan MPASI pada umur <6 bulan yaitu 21,9% dan pada umur >6 bulan 12,5%. MPASI sebaiknya diberikan pada umur 6 bulan karena pada saat itu kebutuhan akan zat gizi semakin meningkat sedangkan produksi ASI semakin berkurang (Sulistyoningsih, 2011). Bentuk/konsistensi dari makanan yang diberikan pada anak, menunjukkan sebanyak 62,5% yang telah tepat dan 37,5% kurang tepat. Menurut Proverawati (2010) MP ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara khusus untuk bayi dan diberikan 2 4 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan kemudian pemberian ditingkatkan 4 5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan. MP ASI harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk yang sesuai dengan umur anak. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan sering hingga anak berusia 24 bulan KESIMPULAN 1. Tingkat pendidikan orang tua sebagian masig kurang, yaitu ayah yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD 37,5%, tamat SMP 21,9% dan tamat SMA 40,6%. Sedangkan pendidikat ibu tamat SD 40,6%, tamat SMP 43,8% dan tamat SMA 15,6%. 2. Pengetahuan ibu tentang MPASI umumnya kurang 62,5%. Jika dilihat dari golongan umur pengetahuan ibu yang kurang hampir sama pada ketiga golongan umur yaitu 21,9%. 3. Praktek pemberian makanan pendamping ASI pada anak di bawah dua tahun umumnya sudah baik yaitu 78,1%. Namun masih ada ibu-ibu yang memperkenalkan MPASI pada umur <6 bulan yaitu 21,9% dan pada umur >6 bulan 12,5%. 4. Status gizi anak menurut BB/U masih banyak yang kurang dan sangat kurang yaitu 12,5% dan 18,8%. Menurut indeks PB/U yang pendek dan sangat pendek yaitu 21,9% dan 9,4%. Menurut indeks BB/PB yang kurus dan sangat kurus yaitu 21,9% dan 9,4%. 5. Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U sedangkan pendidikan ayah tidak berkaitan. Pengetahuan gizi ibu tentang MPASI tidak berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U, namun berkaitan dengan status gizi anak menurut BB/PB. SARAN 1. Mengingat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu-ibu masih banyak yang kurang maka diharapkan para petugas kesehatan untuk lebih sering memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang pentingnya pemberian MP ASI yang tepat. 2. Untuk memperbaiki status gizi yang masih kurang perlu dijalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengadakan penyuluhan secara terpadu. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (2008). Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada Arifin, 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang MPASI dan Status Gizi anak umur 6-24 bulan di Desa Bowong Cindea Kabupaten Pangkep. KTI Jur.Gizi Poltekkes Makasar Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2014). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. (2007). Buku pedoman Pemberian MP-ASI. Jakarta. Notoatmodjo S. (2006). Metode penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Prasetyono DS. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press. Proverawati A dan Kusumawati E. (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Rochimiwati SN, Fany L, dkk, (2011). Pembuatan Aneka Jajanan Pasar Dengan Subtitusi Tepung Wortel Untuk Anak. Media Gizi Pangan. Jur. Gizi Poltekkes Makassar. Soekirman (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta, Dirjen Dikti Depdiknas RI 102

Sulistyoningsih H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jogjakarta: Graha Ilmu. Supariasa IDN. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Jogjakarta: Pustaka Rehama. 103