BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 1991), cet. 2,hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. F. J. McDonald, Education Psychology, (San Fransisco: Wadsworth Publishing, 1959), hlm. 4

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dapat diartikan usaha sadar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB V PEMBAHASAN. A. Metode Guru Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Terhadap Anak. Usia Dini Di TK Dharma wanita 1 Durenan kab Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu. menghasilkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif,mandiri, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berat pula. Kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki nilai yang strategi dan urgen dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. a. Apakah bapak kepala sekolah telah membantu guru-guru dalam. menyelesaikan tugas mengajar?

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan. Mulai dari sistem pendidikan dan kurikulum pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan aspek-aspek perilaku lainya kepada generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama 07 Patebon merupakan salah satu Madrasah Nahdlatul Ulama di Kabupaten Kendal. MTs NU 07 Patebon dirancang sebagai madrasah yang berorientasi untuk mewujudkan generasi yang berkarakter Islami sebagaimana dambaan masyarakat, khususnya masyarakat di Kabupaten Kendal. Hingga saat ini, MTs NU 07 Patebon masih bereksistensi memberikan warna lain bagi dunia pendidikan. Bahkan MTs NU 07 Patebon merupakan salah satu madrasah favorit bagi masyarakat Nahdlatul Ulama di lingkungan Kabupaten kendal. Pendidikan menurut Frederick Y. Mc, Donald dalam bukunya Educational Psychology mengatakan: Education is a process or an activity which is directed at producing desirable at producing desirable changes into the behavior of human beings. Pendidikan adalah suatu proses atau aktivitas yang menunjukkan perubahan yang layak pada tingkah laku manusia 1.Tujuan pendidikan MTs NU 07 Patebon senada dengan pendapat Nasrudin Anshory, yaitu mencerdaskan fikiran, menghaluskan budi pekerti, memperluas cakrawala pengetahuan 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo: Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1

serta memimpin dan membiasakan anak-anak menuju ke arah kesehatan badan dan kesehatan ruhani bangsanya. 2 Peserta didik menurut ketentuan umum dalam Undang- Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 3 Siswa juga bisa disebut sebagai suatu komponen terpenting dalam dunia pendidikan, karena semua yang dilakukan sekolah bertujuan agar siswanya mampu menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pengertian siswa tersebut menjadi sebuah usaha madrasah untuk mengelola kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik yang dirancang secara sengaja dari awal siswa masuk, berproses dan lulus. Dalam hal ini Manajemen kesiswaan adalah sebuah tugas yang dilaksanakan secara berkelanjutan agar mampu memberikan pelayanan terbaik demi mencetak siswa yang berkualitas. Manajemen kesiswaan termasuk salah satu substansi manajemen pendidikan, karena sentral layanan pendidikan tertuju kepada siswa. semua kegiatan pendidikan, baik yang berkenaan 2 HM. Nasrudin Anshory, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme, (Yogyakarta: LKIS,2008), hlm. 11. 3 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 5. 2

dengan manajemen sekolah, layanan pendukung sekolah, tenaga kependidikan, sumber daya keuangan, sarana dan hubungan sekolah dengan masyarakat, senantiasa diupayakan agar siswa mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Manajemen kesiswaan adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus, bahkan menjadi alumni. Bidang kajian manajemen kesiswaan, sebenarnya meliputi pengaturan aktivitasaktivitas peserta didik sejak yang bersangkutan masuk ke sekolah hingga yang bersangkutan lulus, baik yang berkenaan dengan peserta didik secara langsung, maupun yang berkenaan dengan peserta didik secara tidak langsung kepada tenaga kependidikan,sumber-sumber pendidikan, prasarana dan sarananya. 4 Kegiatan manajemen kesiswaan mencakup kegiatan mulai dari perencanaan, penerimaan siswa baru, pengaturan siswa dalam kelompok-kelompok, pembinaan siswa, berakhir dengan pelepasan siswa dari sekolah,serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan siswa. 5 Disiplin akan membuat peserta didik memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan waktu yang baik. Karena waktu yang baik 4 Suharsimi Arikunto,Pengelolaan Kelas Dan Siswa (Jakarta Utara: CV. Rajawali, 1992),hlm. 12. 5 Kasan Tolib, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studi Press, 2003), hlm.75. 3

dalam diri seseorang akan menciptakan suatu pribadi yang luhur. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap dan potensi yang berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran dan berprilaku di sekolah. Prilaku peserta didik yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik dapat menghambat jalannya pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai pendidik guru bertanggung jawab mengarahkan peserta didik ke prilaku yang positif, yaitu dengan menanamkan disiplin. Mendisiplinkan peserta didik, bertujuan untuk membantu mereka menemukan diri, mengatasi mencegah timbulnya masalah disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan belajar. Tugas pendidik dalam pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Pendidik sebagai pembimbing harus berupaya membimbing danmengarahkan prilaku peserta didik ke arah yang positif. Sebagai contoh atau tindakan pendidik harus memperlihatkan prilaku disiplin yang baik kepada peserta didik. 6 Kebutuhan siswa dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam hal pemprioritasan, ada siswa ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, disisi lain juga ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan teman sebayanya. Dan ada juga siswa 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 165. 4

yang ingin sukses dalam segala hal. Pilihan yang tepat atas keberagaman keingginan tersebut tidak jarang menimbulkan masalah bagi siswa. Oleh karena itu diperlukan layanan bagi siswa atau peserta didik yang dikelola dengan baik. Manajemen kesiswaan berupaya mengisi kebutuhan akan layanan yang baik tersebut, mulai dari siswa tersebut mendaftarkan diri ke sekolah sampai siswa tersebut menyelesaikan studi disekolah tersebut. Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Manajemen Kesiswaan di MTs NU 07 Patebon. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perencanaan pembinaan peserta didik di MTs NU 07 Patebon? 2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan peserta didik di MTs NU 07 Patebon? 3. Bagaimana pengawasan pembinaan peserta didik di MTs NU 07 Patebon? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 5

a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perencanaan pembinaan peserta didik di MTs NU 07 Patebon? b. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pelaksanaan pembinaan peserta didik di MTs NU 07 Patebon? c. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengawasan pembinaan peserta didik di MTs NU 07 Patebon? 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Secara Teoritis Menambah khasanah keilmuan terutama dalam ilmu Manajemen Pendidikan Islam, khususnya manajemen kesiswaan. b. Secara Praktis 1) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk mengembangkan tata ruang sekolah ke depannya. Temuan-temuan yang peneliti peroleh di lapangan barangkali dapat menjadi sesuatu yang dapat dikembangkan ke depannya. Sehingga, peserta didik dan orang tua/wali akan semakin puas dengan layanan yang diberikan oleh sekolah. 6

2) Bagi guru dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mendidik, menanamkan nilai-nilai islami dalam setiap pengajaran yang diberikan kepada peserta didik 3) Bagi orang tua dan masyarakat untuk memberikan pengetahuan mengenai pentingnya budaya islami dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan akhlak peserta didik dan masyarakat. 7