RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN BACKFILLING BERDASARKAN RENCANA PASCATAMBANG PADA TAMBANG BATUBARA PT. KARBINDO ABESYAPRADHI COAL SITE TIANG SATU SUNGAI TAMBANG SUMATERA BARAT

DESIGN OF DISPOSAL AREA FOR MINNING PLAN OF INUL EAST PIT DURING JULI 2013 TO DESEMBER 2014 IN HATARI DEPARTEMENT AT PT KALTIM PRIMA COAL

TECHNICAL PLAN HOARDING IN POST-MINING AREAS WITH BACKFILLING DIGGING SYSTEM IN PIT KELUANG COAL MINE IN SOUTH SUMATRA, PT BATURONA ADIMULYA

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

KAJIAN TEKNIS KERJA ALAT GALI MUAT UNTUK PENGUPASAN LAPISAN TANAH PUCUK PADA LOKASI TAMBANG BATUBARA DI PIT

STUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

Perencanaan Produksi dan Pentahapan Pengupasan Lapisan Penutup pada Bulan Maret - Desember 2015 di PT Cipta Kridatama Site Cakra Bumi Pertiwi

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung

PERHITUNGAN FAKTOR KEAMANAN DAN PEMODELAN LERENG SANITARY LANDFILL DENGAN FAKTOR KEAMANAN OPTIMUM DI KLAPANUNGGAL, BOGOR

ANALISIS KESTABILAN LERENG METODE BISHOP/TRIANGLE (STUDI KASUS : KAWASAN MANADO BYPASS)

EVALUASI KINERJA EXCAVATOR BACKHOE

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA DI BLOK SELATAN PT. DIZAMATRA POWERINDO LAHAT SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

TEHNICAL DESIGN OF COAL MININGPITWITH PRODUCTION TARGET TON PER YEAR INPIT5 ATPT. GOLDEN GREAT BORNEO LAHAT REGENCY, SOUTH SUMATERA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Artikel Pendidikan 23

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

PERANCANGAN PENGUPASAN OVERBURDEN PADA QUARTER 4 TAHUN 2013 DI PIT S5 PT. CIPTA KRIDATAMA SITE RBH, INDRAGIRI HULU, RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT

Rencana Rancangan Tahapan Penambangan untuk Menentukan Jadwal Produksi PT. Cipta Kridatama Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

UNIVERSITAS DIPONEGORO

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

KAJIAN TEKNIS PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI TAMBANG BANKO BARAT PIT 3 BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE

BAB 3 METODE PENELITIAN

APLIKASI SLIDE SOFTWARE UNTUK MENGANALISIS STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI DAERAH GUNUNG SUDO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Kajian Biaya Produksi Pemindahan Material Batugamping dari Room of Material ke Crusher di PT Lafarge Cement Indonesia, Lhoknga, Aceh Besar

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

RANCANGAN BUKAAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT JKG PT. BBE SITE KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, MENGGUNAKAN APLIKASI MINESCAPE 4.118

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

KAJIAN GEOTEKNIK KESTABILAN LERENG PADA PT. INDOASIA CEMERLANG SITE KINTAP KECAMATAN SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT PROFINSI KALIMANTAN SELATAN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

KATA PENGANTAR. ( Untung Wachyudi ) vii

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

Riki Rizki Ilahi 1, Eddy Ibrahim 2, Fuad Rusydi Swardi 3

ANALISIS KESTABILAN LERENG DESAIN DISPOSAL XYZ TAHUN 2016 DI KABUPATEN TABALONG, KALIMANTAN SELATAN

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

STUDI PENGARUH TEBAL TANAH LUNAK DAN GEOMETRI TIMBUNAN TERHADAP STABILITAS TIMBUNAN

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

BAB I PENDAHULUAN. pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

RANCANGAN PENANGANAN MATERIAL OVERBURDEN YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN AIR ASAM TAMBANG DI BLOK 5D CB PT TANITO HARUM KALIMANTAN TIMUR

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

Disampaikan pada acara:

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

RANCANGAN POLA DAN ARAH PENGUPASAN LAPISAN TANAH PADA PENAMBANGAN NIKEL LATERITE DI PULAU GE.

Tambang Terbuka (013)

KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN

BAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu :

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

Transkripsi:

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN PLANNING TECHNIC MINE OUT DUMP PIT C IN COAL MINE AT PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN Abdul Majid 1, A. Rahman 2, Hartini Iskandar 3 1,2,3 Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang- Prabumulih KM 32, Indralaya, 30662, Indonesia PT. Aman Toebillah Putra, Lahat, Sumatera Selatan, 31471, Indonesia E-mail: al_madjid26@yahoo.co.id ABSTRAK Kegiatan operasional penambangan dilakukan pada pit AB dengan jumlah pengupasan overburden bulan Mei 2015 sampai final pit mencapai 2.787.270,87 BCM dengan shrinkage factor 0,9 menjadi 2.508.723,79 CCM pada kondisi pemadatan. Kapasitas desain penimbunan mine out harus mampu menampung jumlah overburden pit AB. Desain lereng tunggal timbunan yaitu tinggi bench 5 m, lebar bench 10 m, dan slope angle 25 0. Tahapan pembuatan sequence ini dimaksudkan untuk mempermudah pengontrolan desain penimbunan. Tahapan penimbunan terdiri dari empat sequence yaitu elevasi 89 mdpl sampai 94 mdpl, elevasi 94 mdpl sampai 99 mdpl, elevasi 99 mdpl sampai 104 mdpl, dan elevasi 104 mdpl sampai 109 mdpl. Kapasitas timbunan mencapai 2.688.901,50 CCM sehingga desain yang direncanakan mampu menampung overburden pit AB bulan Mei 2015 sampai final pit. Hasil analisis kestabilan lereng mine out pit C dengan menggunakan metode Bishop diperoleh nilai faktor keamanan lereng dengan angka 1,832 dengan kondisi jenuh. Kata kunci: desain, elevasi, kapasitas, lereng 1. PENDAHULUAN PT. Aman Toebillah Putra (ATP) berupaya meminimalkan lubang bukaan bekas tambang. Upaya dalam meminimalkan lubang bukaan bekas tambang tertuang dalam peraturan perundang-undangan yaitu UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan PP Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Salah satu cara yang cocok dalam penerapan hal tersebut adalah dengan penimbunan kembali mine out penambangan pit sebelumnya yaitu pit C. Penerapan ini dapat menjadi solusi dalam penggalian overburden dari Bulan Mei 2015 sampai final pit pada kegiatan operasional penambangan pit AB. Kegiatan penimbunan mine out pit C juga sebagai bagian dalam rangka mempersiapkan lahan untuk kegiatan reklamasi. Upaya perusahaan dalam menutup mine out pit C diperlukan suatu rencana penimbunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak menimbulkan masalah pada masa mendatang. Rencana penimbunan pada mine out pit C perlu memperhatikan jumlah overburden yang ditimbun pada mine out pit C, desain penimbunan pada mine out pit C, rencana sequence penimbunan dan produktivitas bulldozer pada kegiatan operasional penimbunan pada mine out pit C, dan stabilitas lereng timbunan mine out pit C. Ruang lingkung permasalahan pada penelitian ini yaitu merencanakan penimbunan mine out pit C dengan pertimbangan kapasitas desain dan stabilitas lereng timbunan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui jumlah overburden pit AB yang ditimbun ke mine out pit C (2) Membuat desain timbunan mine out pit C (3) Menentukan rencana sequence

penimbunan dan produktivitas bulldozer pada kegiatan operasional penimbunan pada mine out pit C (4) Menentukan nilai faktor keamanan lereng penimbunan mine out pit C. Penimbunan sebagai penanganan, pengangkutan, dan penempatan limbah tambang (mine waste) yang berfungsi untuk memenuhi stabilitas dan tujuan lingkungan [1]. Prinsip dasar perhitungan kapasitas volume timbunan adalah dengan perhitungan volume piramida terpancung meliputi pada Gambar 1 [1]. Lokasi penimbunan dapat dilakukan didalam pit maupun diluar operasi penambangan [2]. Desain dapat dirancang dari elevasi terendah sampai elevasi tertinggi pada area penimbunan [3]. Hubungan kondisi insitu dengan kondisi loose disebut swell factor dan hubungan kondisi insitu dengan pemadatan disebut shrinkage factor [4]. Kapasitas timbunan disesuaikan dengan overburden dalam kondisi pemadatan [5]. Kegiatan operasional penimbunan menggunakan bulldozer yang burfungsi (1) pemeliharaan akses dan pengangkutan jalan penimbunan (2) perawatan penimbunan (3) pembersihan disekitar daerah penimbunan (4) penyiapan lahan untuk reklamasi [5]. Waktu edar bulldozer terdiri dari waktu dorong, waktu kembali, dan waktu tetap [4]. Perlu diketahui produktivitas bulldozer pada kegiatan operasional penimbunan, dengan mempertimbangkan nilai faktor effisiensi pada kondisi kerja, antara lain: faktor operator, effisiensi kerja, faktor blade dan lain-lain yang terlihat pada persamaan berikut ini [5]. P = 3600 x Kb x SF x F t (1) Keterangan: P = Produktivitas bulldozer (m 3 /jam) Kb = Kapasitas blade (m 3 ) SF = swell factor F = Faktor effisiensi t = Waktu edar (detik) Metode Bishop sebagai salahsatu pendekatan analisis keseimbangan batas yang berfungsi untuk analisis kestabilan lereng [6]. Faktor faktor yang berpengaruh pada stabilitas lereng timbunan yaitu (1) geometri lereng, (2) sifat fisik dan mekanik tanah, (3) struktur geologi, (4) air tanah dan air permukaan (5) gaya dari luar [7]. Sifat fisik dan mekanik tanah terdiri dari (1) densitas (2) kohesi (3) sudut geser dalam [8]. Faktor keamanan lereng sebagai perbandingan antara gaya penahan dengan gaya penggerak [9]. Nilai faktor keamanan lereng dalam kondisi aman jika >1,25 dan apabila nilai faktor keamanan lereng dalam kondisi tidak aman jika <1,07 [10]. Analisa stabilitas lereng dapat menggunakan rumus sebagai berikut [6]. 1 secα FK = ( c' b + ( W ub) tanφ) W sinα 1+ tanφ tanα 1+ FK (2) Luas A2 h Luas A1 VVVVVVVVVVVV = 11 hh (AAAA + AAAAAAAA + AAAA) 33 Gambar 1. Piramida Terpancung

2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di PT. Aman Toebillah Putra (ATP), Desa Tanjung Baru, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Data penelitian ini meliputi data primer adalah data yang diukur secara langsung di lapangan, meliputi cycle time bulldozer Caterpillar tipe D8R dan data sekunder adalah data penunjang penelitian yang berasal dari data perusahaan, meliputi jumlah overburden sampai final pit AB, peta lokasi mine out pit C, faktor koreksi bulldozer, dan parameter geoteknik material. Selanjutnya dilakukan pengolahan data penelitian yang meliputi data jumlah overburden sampai final pit AB digunakan untuk mengetahui jumlah overburden yang ditimbun, peta lokasi mine out digunakan untuk pembuatan desain timbunan menggunakan software minescape 4.118, Jumlah overburden sampai final pit AB dan peta lokasi mine out juga untuk menentukan rencana sequence penimbunan mine out pit C menggunakan software minescape 4.118, cycle time dan faktor koreksi bulldozer digunakan untuk perhitungan produktivitas bulldozer pada kegiatan operasional penimbunan, serta parameter geoteknik material untuk pengujian nilai faktor keamanan lereng menggunakan software Slide 6.0. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Rencana Jumlah Pengupasan Overburden Diketahui rencana jumlah pengupasan overburden bulan Mei sampai Desember 2015 dengan akumulasi 1.687.245,87 BCM dan hingga batas akhir penambangan pit AB dengan volume akumulasi mencapai 2.787.270,87 BCM seperti pada Tabel 1. Jumlah pengupasan overburden perlu diketahui, hal ini dimaksudkan adanya keseimbangan overburden yang ditimbun dengan desain dan volume timbunan yang direncanakan. Penimbunan mine out pit C yang direncanakan dimaksudkan dapat menampung keseluruhan overburden dari penambangan pit AB dan mampu mengurangi potensi lubang bukaan bekas tambang pada perusahaan tersebut. Selanjutnya desain dan rencana sequence penimbunan yang direncanakan harus mempertimbangkan rencana jumlah pengupasan overburden. Diketahui volume dari sequence penimbunan yang direncanakan dapat disesuaikan dengan rencana pengupasan overburden tiap waktunya. 3.2. Desain Penimbunan Lereng timbunan direncanakan pada ketinggian 20 m (dari elevasi 89 mdpl sampai 109 mdpl) yang dapat diketahui dari kontur terendah pada peta lokasi mine out pit C, dengan desain lereng tunggal (single slope) yang direncanakan, yaitu tinggi bench 5 m, lebar bench 10 m, dan slope angle 25 0. Menurut Bowles, (1989) pertimbangan desain lereng didasarkan nilai FK > 1,25 dengan kondisi aman jika kemiringan lereng < 26,29 0 dan lebar bench minimum 5,5 m sehingga lebar bench 10 m yang direncanakan sudah memenuhi kondisi lebar bench minimum. Berdasarkan desain lereng tersebut selain sebagai dasar untuk membuat rencana desain lereng penimbunan yang stabil dengan mempertimbangkan rencana jumlah pengupasan overburden pit AB dan lokasi mine out pit C, juga menjadi dasar dalam memenuhi faktor keamanan lereng dari desain penimbunan yang direncanakan. Desain penimbunan yang direncanakan dimaksudkan dapat memudahkan alat mekanis dalam bekerja pada kegiatan operasional penimbunan. 3.3. Rencana Sequence Penimbunan dan Produktivitas Bulldozer pada Kegiatan Operasional Penimbunan Tahapan pembuatan sequence ini dimaksudkan untuk mempermudah pengontrolan desain penimbunan sampai final dari timbunan mine out pit C. Rencana sequence ini dapat mempermudah pengawasan terhadap rencana penimbunan overburden dari pit AB ke mine out pit C. Berdasarkan rencana, sequence penimbunan dibuat dari elevasi 89 mdpl (Elv.89) sampai 109 mdpl (Elv.109), yang dikontruksikan dari elevasi terendah sampai elevasi tertinggi, yaitu elevasi 89 mdpl sampai 94 mdpl, elevasi 94 mdpl sampai 99 mdpl, elevasi 99 mdpl sampai 104 mdpl, dan elevasi 104 mdpl sampai 109 mdpl. Dari desain timbunan yang dibuat diperoleh volume keseluruhan timbunan mencapai 2.688.901,50 CCM seperti pada Tabel 2. Desain penimbunan dapat dilihat pada Gambar 2 dan cross section pada Gambar 3. 3.4. Desain Penimbunan Lereng timbunan direncanakan pada ketinggian 20 m (dari elevasi 89 mdpl sampai 109 mdpl) yang dapat diketahui dari kontur terendah pada peta lokasi mine out pit C, dengan desain lereng tunggal (single slope) yang direncanakan, yaitu tinggi bench 5 m, lebar bench 10 m, dan slope angle 25 0. Menurut Bowles, (1989) pertimbangan desain lereng didasarkan nilai FK > 1,25 dengan kondisi aman jika kemiringan lereng < 26,29 0 dan lebar bench minimum 5,5 m sehingga lebar bench 10 m yang direncanakan sudah memenuhi kondisi lebar bench minimum. Berdasarkan desain lereng tersebut selain sebagai dasar untuk membuat rencana desain lereng penimbunan yang stabil dengan

mempertimbangkan rencana jumlah pengupasan overburden pit AB dan lokasi mine out pit C, juga menjadi dasar dalam memenuhi faktor keamanan lereng dari desain penimbunan yang direncanakan. Desain penimbunan yang direncanakan dimaksudkan dapat memudahkan alat mekanis dalam bekerja pada kegiatan operasional penimbunan. Tabel 1. Rencana Pengupasan Overburden Pit AB Bulan Target Pengupasan overburden (BCM) Volume Akumulasi (BCM) Mei 229.182,35 - Juni 238.235,29 467.417,64 Juli 196.830,00 664.247,64 Agustus 246.811,76 911.059,40 September 226.339,41 1.137.398,81 Oktober 206.311,76 1.343.710,57 Nopember 184.870,59 1.528.581,16 Desember 158.664,71 1.687.245,87 Final Pit 1.100.225 2.787.470,87 Tabel 2. Volume Sequence Penimbunan Sequence Luas (Ha) Elevasi (mdpl) Volume (CCM) VolumeAkumulasi (CCM) I 17,32 89 269.443,03 - II 18,79 94 1.058.249,47 1.327.692,50 III 19,41 99 804.149 2.131.841,50 IV 19,41 104 557.060 2.688.901,50 Gambar 2. Desain Final Penimbunan Mine Out Pit C

Lereng timbunan direncanakan pada ketinggian 20 m (dari elevasi 89 mdpl sampai 109 mdpl) yang dapat diketahui dari kontur terendah pada peta lokasi mine out pit C, dengan desain lereng tunggal (single slope) yang direncanakan, yaitu tinggi bench 5 m, lebar bench 10 m, dan slope angle 25 0. Menurut Bowles, (1989) pertimbangan desain lereng didasarkan nilai FK > 1,25 dengan kondisi aman jika kemiringan lereng < 26,29 0 dan lebar bench minimum 5,5 m sehingga lebar bench 10 m yang direncanakan sudah memenuhi kondisi lebar bench minimum. Berdasarkan desain lereng tersebut selain sebagai dasar untuk membuat rencana desain lereng penimbunan yang stabil dengan mempertimbangkan rencana jumlah pengupasan overburden pit AB dan lokasi mine out pit C, juga menjadi dasar dalam memenuhi faktor keamanan lereng dari desain penimbunan yang direncanakan. Desain penimbunan yang direncanakan dimaksudkan dapat memudahkan alat mekanis dalam bekerja pada kegiatan operasional penimbunan. 3.5. Rencana Sequence Penimbunan dan Produktivitas Bulldozer pada Kegiatan Operasional Penimbunan Tahapan pembuatan sequence ini dimaksudkan untuk mempermudah pengontrolan desain penimbunan sampai final dari timbunan mine out pit C. Rencana sequence ini dapat mempermudah pengawasan terhadap rencana penimbunan overburden dari pit AB ke mine out pit C. Berdasarkan rencana, sequence penimbunan dibuat dari elevasi 89 mdpl (Elv.89) sampai 109 mdpl (Elv.109), yang dikontruksikan dari elevasi terendah sampai elevasi tertinggi, yaitu elevasi 89 mdpl sampai 94 mdpl, elevasi 94 mdpl sampai 99 mdpl, elevasi 99 mdpl sampai 104 mdpl, dan elevasi 104 mdpl sampai 109 mdpl. Dari desain timbunan yang dibuat diperoleh volume keseluruhan timbunan mencapai 2.688.901,50 CCM seperti pada Tabel 2. Desain penimbunan dapat dilihat pada Gambar 2 dan cross section pada Gambar 3. Berdasarkan data engineering department, nilai shrinkage factor sebesar 0,9. Berdasarkan hal tersebut, pada Sequence I dengan volume timbunan sebesar 269.443,03 CCM dan luas timbunan 17,34 Ha dapat menerima overburden dari pit AB untuk rencana pengupasan overburden bulan Mei 2015 sebesar 206.264,76 CCM. Sequence II dengan volume 1.327.692,50 CCM mampu menerima overburden pada bulan Juni sampai Oktober 2015 dengan akumulasi sebesar 1.209.339,53 CCM, sedangkan sequence III dan Sequence IV dimaksudkan dapat menerima overburden bulan November dan Desember 2015 dengan akumulasi keseluruhan 1.518.521,29 CCM dan jumlah overburden sampai final pit mencapai 990.202,5 CCM sehingga rencana jumlah pengupasan overburden pit AB yang dipindahkan mencapai 2.508.723,79 CCM seperti pada Tabel 3. Kegiatan operasional penimbunan dimaksudkan untuk mengurangi potensi lubang bukaan bekas tambang pada perusahaan tersebut. Kegiatan perawatan dan pemeliharaan area penimbunan direncanakan menggunakan unit alat bulldozer Caterpillar tipe D8R, dimana tipe ini mampu bekerja untuk spreading material dan mendorong material di lereng timbunan. Berdasarkan rencana, alat ini dimaksudkan mampu menerima overburden yang datang (output) ke area penimbunan. Diketahui kapasitas blade = 11,70 m 3, cycle time = 47,12 detik, swell factor = 0,74, faktor blade = 1,1, faktor operator = 0,75 dan effisiensi kerja = 0,83 sehingga diperoleh produktivitas bulldozer = 452,95 bcm/jam. Diketahui terdapat 2 shift kerja, dengan 1 shift kerja = 10 jam, dan 1 bulan = 30 hari, maka diperoleh produktivitas bulldozer Caterpillar tipe D8R per bulannya sebesar 271.770 bcm/bulan. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui kemampuan produktivitas bulldozer dapat menangani material yang ditimbun sesuai rencana target pengupasan overburden tiap bulannya, dengan jumlah unit alat bulldozer yang digunakan satu unit bulldozer Caterpillar tipe D8R. Secara teknis, kegiatan operasional penimbunan dilakukan perataan dan penekanan material setiap ketinggian satu meter dari elevasi yang direncanakan. Penimbunan dilakukan secara bertahap pada tiap layer yang dimaksudkan supaya perataan dan pemadatan material dapat dilakukan pengawasan secara kontinu. Rencana teknis operasional penimbunan dilapangan tersebut dilakukan sama dengan penimbunan sebelumnya, hal ini dimaksudkan adanya kondisi pemadatan yang tidak jauh berbeda dengan penimbunan yang dilakukan sebelumnya. Dari teknis operasional penimbunan, data karakteristik mekanik pada penimbunan sebelumnya dapat digunakan pada kegiatan operasional penimbunan. 3.6. Desain Penimbunan Lereng timbunan direncanakan pada ketinggian 20 m (dari elevasi 89 mdpl sampai 109 mdpl) yang dapat diketahui dari kontur terendah pada peta lokasi mine out pit C, dengan desain lereng tunggal (single slope) yang direncanakan, yaitu tinggi bench 5 m, lebar bench 10 m, dan slope angle 25 0. Menurut Bowles, (1989) pertimbangan desain lereng didasarkan nilai FK > 1,25 dengan kondisi aman jika kemiringan lereng < 26,29 0 dan lebar bench minimum 5,5 m sehingga lebar bench 10 m yang direncanakan sudah memenuhi kondisi lebar bench minimum. Berdasarkan desain lereng tersebut selain sebagai dasar untuk membuat rencana desain lereng penimbunan yang stabil dengan mempertimbangkan rencana jumlah pengupasan overburden pit AB dan lokasi mine out pit C, juga menjadi dasar dalam

memenuhi faktor keamanan lereng dari desain penimbunan yang direncanakan. Desain penimbunan yang direncanakan dimaksudkan dapat memudahkan alat mekanis dalam bekerja pada kegiatan operasional penimbunan. 3.7. Rencana Sequence Penimbunan dan Produktivitas Bulldozer pada Kegiatan Operasional Penimbunan Tahapan pembuatan sequence ini dimaksudkan untuk mempermudah pengontrolan desain penimbunan sampai final dari timbunan mine out pit C. Rencana sequence ini dapat mempermudah pengawasan terhadap rencana penimbunan overburden dari pit AB ke mine out pit C. Berdasarkan rencana, sequence penimbunan dibuat dari elevasi 89 mdpl (Elv.89) sampai 109 mdpl (Elv.109), yang dikontruksikan dari elevasi terendah sampai elevasi tertinggi, yaitu elevasi 89 mdpl sampai 94 mdpl, elevasi 94 mdpl sampai 99 mdpl, elevasi 99 mdpl sampai 104 mdpl, dan elevasi 104 mdpl sampai 109 mdpl. Dari desain timbunan yang dibuat diperoleh volume keseluruhan timbunan mencapai 2.688.901,50 CCM seperti pada Tabel 2. Desain penimbunan dapat dilihat pada Gambar 2 dan cross section pada Gambar 3. Berdasarkan data engineering department, nilai shrinkage factor sebesar 0,9. Berdasarkan hal tersebut, pada Sequence I dengan volume timbunan sebesar 269.443,03 CCM dan luas timbunan 17,34 Ha dapat menerima overburden dari pit AB untuk rencana pengupasan overburden bulan Mei 2015 sebesar 206.264,76 CCM. Sequence II dengan volume 1.327.692,50 CCM mampu menerima overburden pada bulan Juni sampai Oktober 2015 dengan akumulasi sebesar 1.209.339,53 CCM, sedangkan sequence III dan Sequence IV dimaksudkan dapat menerima overburden bulan November dan Desember 2015 dengan akumulasi keseluruhan 1.518.521,29 CCM dan jumlah overburden sampai final pit mencapai 990.202,5 CCM sehingga rencana jumlah pengupasan overburden pit AB yang dipindahkan mencapai 2.508.723,79 CCM seperti pada Tabel 3. Kegiatan operasional penimbunan dimaksudkan untuk mengurangi potensi lubang bukaan bekas tambang pada perusahaan tersebut. Kegiatan perawatan dan pemeliharaan area penimbunan direncanakan menggunakan unit alat bulldozer Caterpillar tipe D8R, dimana tipe ini mampu bekerja untuk spreading material dan mendorong material di lereng timbunan. Berdasarkan rencana, alat ini dimaksudkan mampu menerima overburden yang datang (output) ke area penimbunan. Diketahui kapasitas blade = 11,70 m 3, cycle time = 47,12 detik, swell factor = 0,74, faktor blade = 1,1, faktor operator = 0,75 dan effisiensi kerja = 0,83 sehingga diperoleh produktivitas bulldozer = 452,95 bcm/jam. Diketahui terdapat 2 shift kerja, dengan 1 shift kerja = 10 jam, dan 1 bulan = 30 hari, maka diperoleh produktivitas bulldozer Caterpillar tipe D8R per bulannya sebesar 271.770 bcm/bulan. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui kemampuan produktivitas bulldozer dapat menangani material yang ditimbun sesuai rencana target pengupasan overburden tiap bulannya, dengan jumlah unit alat bulldozer yang digunakan satu unit bulldozer Caterpillar tipe D8R. Secara teknis, kegiatan operasional penimbunan dilakukan perataan dan penekanan material setiap ketinggian satu meter dari elevasi yang direncanakan. Penimbunan dilakukan secara bertahap pada tiap layer yang dimaksudkan supaya perataan dan pemadatan material dapat dilakukan pengawasan secara kontinu. Rencana teknis operasional penimbunan dilapangan tersebut dilakukan sama dengan penimbunan sebelumnya, hal ini dimaksudkan adanya kondisi pemadatan yang tidak jauh berbeda dengan penimbunan yang dilakukan sebelumnya. Dari teknis operasional penimbunan, data karakteristik mekanik pada penimbunan sebelumnya dapat digunakan pada kegiatan operasional penimbunan. 3.8. Stabilitas Lereng Penimbunan Mine Out Pit C Pada pembuatan desain lereng harus memperhatikan kestabilan lereng dengan karakteristik mekanik material yang ditimbun dan disesuaikan dengan kegiatan operasional penimbunan. Diketahui data parameter geoteknik material pada area penimbunan, yaitu density 17,346 kn/m 3, kohesi 38,416 kn/m 2, dan sudut geser dalam 15,83 0. Dari final desain timbunan yang dibuat dan karakteristik material pada area penimbunan, selanjutnya dilakukan analisis kestabilan lereng timbunan dengan metode Bishop menggunakan software slide 6.0 yang dapat diketahui dari lereng cross section yang dibuat sehingga dapat menentukan faktor keamanan (FK) lereng timbunan tersebut. Diketahui Safety factor menunjukan nilai dari faktor keamanan lereng dimana dari atas ke bawah (warna merah ke warna biru), nilai faktor keamanannya semakin tinggi. Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng timbunan pada mine out pit C dengan menggunakan software slide 6.0 diperoleh FK = 1,832 dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut Bowles, (1989) jika faktor keamanan (FK) lereng > 1,25 itu berarti lereng timbunan berada dalam kondisi aman. Selain faktor geometri lereng dan karakteristik mekanik material, faktor air tanah dan air permukaan menjadi salah satu faktor yang berpangaruh terhadap kestabilan lereng timbunan, karena dapat menambah beban lereng tersebut. Dari faktor tersebut, maka diasumsikan desain lereng pada kondisi jenuh, hal ini dimaksudkan untuk mempertimbangkan faktor kondisi basah (musim penghujan) pada lokasi penimbunan. Apabila dalam kondisi tersebut diperoleh nilai faktor keamanan (FK) lereng >1,25

maka dalam kondisi tidak jenuh (kering), nilai faktor keamanannya dapat lebih baik dari nilai faktor keamanan pada kondisi jenuh. A A B B C C Gambar 3. Cross Section Final Penimbunan Mine Out Pit C Tabel 3. Tabulasi Volume Timbunan Mine out Pit C dengan Overburden Pit AB Volume Sequence Timbunan (CCM) Sumber Overburden (CCM) Sequence Volume Volume Akumulasi Rencana Volume Volume Akumulasi I 269.443,03 - Mei 206.264,12 - II 1.058.249,47 1.327.692,50 Juni 214.411,76 Juli 177.147 Agustus 222.130,58 September 203.705,47 Oktober 185.680,58 1.209.339,51 November 166.383,53 III 804.149 2.131.841,50 1.518.521,28 Desember 142.798,24 IV 557.060 2.688.901,50 Final Pit 990.202,50 2.508.723,78

Material Timbunan Tanah Asli Bidang Longsoran Gambar 4. Nilai Faktor Keamanan Lereng Mine Out Pit C 4. KESIMPULAN Berdasarkan uraian kegiatan penelitian dan pengamatan yang dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Jumlah pengupasan overburden dari pit AB yang direncanakan mencapai 2.787.470,87 BCM dengan shrinkage factor 0,9 diperoleh 2.508.723,78 CCM itu berarti menjadi pertimbangan dalam menentukan desain dan sequence penimbunan mine out pit C yang direncanakan. 2. Desain lereng penimbunan yang direncanakan yaitu tinggi bench 5 m, lebar bench 10 m, dan single slope 25 0 menjadi acuan dalam pembuatan desain penimbunan mine out pit C dengan memperhatikan rencana jumlah pengupasan overburden dari pit AB. 3. Penimbunan direncanakan empat sequence dari elevasi 89 mdpl sampai 109 mdpl dengan keseluruhan volume timbunan mencapai 2.688.901,50 CCM, dimana sequence yang direncanakan mampu menerima rencana jumlah pengupasan overburden yang dipindahkan dari pit AB. Produktivitas bulldozer Caterpillar tipe D8R pada kegiatan operasional penimbunan sebesar 271.770 bcm/bulan berarti dengan satu unit alat bulldozer mampu menangani overburden yang masuk ke penimbunan mine out pit C. 4. Nilai faktor keamanan (FK) lereng hingga kegiatan operasional penimbunan berakhir mencapai 1,832 itu berarti sudah memenuhi nilai faktor keamanan (FK) > 1,25 yang ditetapkan oleh Bowles, (1989). 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Hartman, H.L. (1992). SME Mining Engineering Handbook Second Edition volume 1. Colorado: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration inc. [2] Pendra, A.R., (2014). Desain Backfilling Berdasarkan Rencana Pascatambang pada Tambang Batubara Di PT. Carbindo Abesyapradhi Coal Site Tiang Satu Sungai Tambang Sumatera Barat, Jurnal Ilmu Teknik, 2(1), 35-64. [3] PT. Aman Toebillah Putra. (2015). Dokumen Engineering Department PT. Aman Toebillah Putra(ATP). Lahat: PT. Aman Toebillah Putra(ATP). [4] Caterpillar Publication. (2008). Caterpillar Performance Handbook Edition 38. Illinois: Caterpillar Inc. [5] Rostiyanti, S.F. (2008). Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. [6] Singh, T. N., Gupte, S. S., Verma, D., Kainthola, A., (2011). A Coal Mine Dump Stability Analysis, Scientific Research, 1. [7] Society for Mining, Metallurgy, and Exploration inc. (1990). Surface Mining 2 nd Edition. Colorado: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration inc.

[8] Prasetyo, A.S. Imam. (2011). Studi Kasus Kestabilan Lereng Disposal Di Daerah Karuh, Kec. Kintap, Kab. Tanah Laun, Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional ke 6 Tahun 2011, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. [9] Das, Braja M. (2006). Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Surabaya: Institute Teknologi 10 Nopember. [10] Bowles, J. E. (1989). Physical and Geotechnical Properties of Soils. USA: McGraw-Hill Book Company.