BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

BUDIDAYA IKAN LELE. TUGAS E-BISNIS ( Electronic Business ) disusun oleh

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus).

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

Tingkat Kelangsungan Hidup

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

BAB I PENDAHULUAN. Sidat dikenal sebagai ikan katadromous yaitu memijah di laut, tumbuh dan

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

bio.unsoed.ac.id HEWAN AVERTEBRATA SEBAGAI PAKAN IKAN LELE, Suatu Bahan Penyuluhan:" Pemanfaatan Belatung Ampas Tahu Sebagai Pakan PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Lele Dumbo mempunyai fisik yang besar, pertumbuhannya cepat, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang berasal dari Afrika. Pemberian nama lele dumbo bertujuan untuk membedakan lele dumbo dengan lele jenis lainnya, terutama lele lokal atau yang lebih dikenal dengan nama lele jawa. Lele jawa merupakan lele asli Indonesia (Khairuman, 2002). Menurut Saanin (1986, 1995) ikan lele dumbo diklasifikasikan sebagai berikut: Filum Kelas Ordo : Chordata : Pisces : Ostariophysi Sub Ordo : Siluroidae Famili Genus Spesies : Clariidae : Clarias : Clarias gariepinus Ciri khusus dari ikan lele dumbo antara lain bentuk badannya memanjang, bagian kepala gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke belakang. Ikan lele dumbo dengan mulutnya yang lebar dapat menghisap makanan yang berasal dari organisme yang terdapat pada dasar perairan dan makanan buatan. Bahkan dengan giginya yang tajam ikan lele dumbo sanggup menghabiskan 4

5 bangkai dengan cara mencabik-cabik bangkai tersebut. Ciri yang lainnya dari ikan lele adalah memiliki sungut (Khairuman, 2002). Ikan lele dumbo memiliki lima jenis sirip, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dada berbentuk bulat agak memanjang dengan ujung meruncing dan dilengkapi sepasang duri yang disebut dengan patil. Patil pada lele dumbo tidak begitu kuat dan juga tidak begitu beracun, pada saat masih muda. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut sedangkan sirip tunggal adalah sirip punggung, sirip ekor, serta sirip dubur (Khairuman dan Amri, 2002). Pada saat ikan lele istirahat, ikan lele hidup secara berkelompok, dalam situasi ini hanya sesekali muncul mengambil O 2 dari udara bebas. Sifat lain yang dimiliki ikan lele adalah suka meloncat ke atas permukaan air. Oleh karena itu, di atas kolam banyak ditanami tumbuhan air atau diatas kolam dapat ditutupi dengan anyaman bambu yang memiliki lubang kecil, dengan tujuan agar ikan lele tidak dapat meloncat keluar dari kolam (Puspowardoyo, 2003). 2.2 Pertumbuhan Ikan Pertumbuhan merupakan suatu proses hayati yang akan terus terjadi di dalam tubuh suatu individu atau organisme. Pertumbuhan dapat didefinisikan dengan pertambahan berat, panjang, dan volume tubuh (Khairuman dan Amri, 2002). Pertumbuhan adalah perubahan dalam panjang dan berat dari suatu hewan atau

6 individu pada waktu tertentu dan dapat didefinisikan sebagai pertambahan biomassa dalam suatu populasi (Darson, 2002). Pertumbuhan pada setiap spesies mempunyai bentuk yang berbeda dengan spesies yang lain. Pada umumnya pertumbuhan ikan lebih bervariasi dan fleksibel dibandingkan dengan hewan yang lain karena pertumbuhan ikan langsung berhenti setelah mencapai tingkat kematangan seksual (Murhananto, 2002). Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi genetik, umur, sex, kematangan gonad, hormon pertumbuhan dan kemampuan memanfaatkan pakan. Faktor eksternal meliputi ketersediaan makanan, tingkat kompetisi, kualitas air, dan hama penyakit (Purnama, 2003). Pada daerah dataran tinggi, ikan dapat hidup akan tetapi proses pertumbuhannya lambat. Hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu yang kurang sesuai dengan persyaratan untuk dapat hidup maksimal. Batas maksimal syarat pertumbuhan ikan lele di dataran tinggi adalah 600 meter di atas permukaan laut, akan tetapi suhunya tidak boleh di bawah 22 o C. Ikan lele dapat hidup di bawah suhu 22 o C tetapi proses pertumbuhannya akan terganggu atau lambat (Purnawati, 2002). Pertumbuhan ikan akan tercapai apabila diberi sejumlah makanan yang melebihi kebutuhan ikan untuk pemeliharaan tubuhnya. Pertumbuhan dan kelulusanan hidup juga dipengaruhi oleh daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit patologis (Kodri, 2004).

7 2.3 Padat Tebar Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per satuan luas atau volume. Kepadatan ikan akan mempengaruhi pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan alami mencukupi maka pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal (Unisa, 2000). Peningkatan kepadatan ikan dapat meningkatkan hasil (yield) selama pakan tercukupi dan kualitas air tetap mendukung. Selain itu, Hepher (1978) menyatakan pula bahwa intensifikasi budidaya dapat berhasil jika dilakukan pengawasan terhadap empat faktor utama lingkungan, yaitu pengawasan suhu, penambahan pakan, suplai oksigen, dan pembersihan limbah metabolisme. Dengan pengawasan terhadap empat hal tersebut dapat memungkinkan untuk meningkatkan padat tebar ikan tanpa mengurangi pertumbuhan individu ikan sehingga dapat meningkatkan produksi (Unisa, 2000). Pada pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi (intensifikasi), kondisi lingkungan yang berubah antara lain menurunnya kandungan oksigen terlarut di air dan meningkatnya limbah metabolisme, khususnya amonia. Akibat secara langsung adalah menyebabkan kematian dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, sehingga kedua faktor tersebut dianggap sebagai faktor pembatas budidaya ikan. Berkurangnya kandungan oksigen di air dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan ikan, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi dalam proses metabolisme tubuh, pembentukan jaringan tubuh, aktivitas pergerakan, dan aktivitas pengolahan makanan (Najiyati, 2001). Beberapa hasil

8 penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan pada kondisi oksigen terlarut yang lebih rendah menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah. Kandungan ammonia sebagai hasil metabolisme yang meningkat cenderung menyebabkan gangguan yang bersifat fisiologis dan pemicu stress pada ikan. Colt & Amstrong (1979) dalam Boyd (1990) menambahkan bahwa meningkatnya kandungan ammonia di air akan memungkinkan ikan lebih mudah terkena penyakit dan menurunnya pertumbuhan ikan (Khairuman dan Amri, 2002). Pada pemeliharaan ikan di kolam, ketika populasi/jumlah ikan sedikit, maka secara otomatis pakan alami yang tersedia bagi jumlah ikan melebihi kebutuhan yang dibutuhkan per ekornya, sehingga pertumbuhan akan dapat berjalan dengan maksimal. Apabila jumlah pakan yang tersedia masih mencukupi kebutuhan populasi/jumlah ikan maka pertumbuhan akan tetap baik meskipun terjadi peningkatan jumlah populasi ikan. Pada usaha budidaya ikan pasti akan mengalami suatu masalah, baik masalah yang diakibatkan dari dalam maupun luar. Contoh faktor yang berasal dari luar salah satunya adalah pakan atau terjadi penurunan kualitas lingkungan, seperti kekurangan oksigen atau meningkatnya akumulasi limbah metabolisme (Purnawati, 2002). Penelitian tentang pengaruh padat penebaran ikan telah banyak dilakukan dan terbukti, bahwa padat penebaran ikan yang tinggi dapat meningkatkan biomassa ikan sebagai total hasil produksi tetapi belum dapat mempertahankan berat rata-rata ikan. Hal ini dimungkinkan karena pada padat penebaran yang

9 tinggi, tingkat persaingan ikan untuk mendapatkan pakan juga meningkat sedangkan pemanfaatan pakan oleh ikan untuk pertumbuhannya akan menurun (Unisa, 2000). Peningkatan padat tebar ikan akan berpengaruh relatif terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan, artinya bahwa peningkatan padat penebaran ikan belum tentu menurunkan nilai kelangsungan hidup. Walaupun terlihat kecenderungan bahwa makin meningkat padat penebaran ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan makin kecil. Tingkat kematian yang terjadi cenderung disebabkan karena proses penanganan yang kurang baik terutama dalam penyediaan pakan dan pengelolaan kualitas air dalam mengimbangi meningkatnya kepadatan ikan (Unisa, 2000). Ikan jenis catfish terutama ikan lele dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi, karena ikan ini tidak bersifat teritorial, yaitu saling bersaing untuk mendapatkan tempat hidup. Oleh karena itu, padat penebaran untuk ikan lele dapat dinyatakan dalam jumlah ikan atau berat biomassa ikan per satuan volume (ekor/l atau kg/m 3 ) atau per satuan luasan wadah budidaya (ekor/m 2 atau kg/m 3 ). Pemeliharaan ikan lele di dalam sistem air mengalir dengan bobot rata-rata 0,5-8 g/ ekor dan padat tebar 25-200 ekor/l, peningkatan padat penebaran hingga dua kali lipat dapat meningkatkan hasil hingga 14-81 %, sedangkan padat penebaran yang normal untuk ikan lele terutama yang berusia lebih dari dua minggu dapat mencapai 10 ekor/l (Anwar, 2002).

10 Menurut Suyanto (2007) dalam usaha pembenihan lele dikenal dalam beberapa tahapan, yaitu pemeliharaan tahap I, II, dan III 2.3.1 Pemeliharaan Tahap I Pembenihan tahap I dimulai dari pemeliharaan calon induk kemudian dikawinkan. Hasil telur yang menetas di kolam pembesaran pertama sampai benih berumur 12-15 hari dengan ukuran panjang tubuh ikan antara 2-4 cm dengan padat penebaran mencapai 50 ekor/m 3. 2.3.2 Pemeliharaan Tahap II Benih ikan yang berasal dari usaha pembenihan tahap I (umur 12-15 hari, panjang 2-4 cm) kemudian dipelihara lagi selama 21-30 hari (3-4 minggu) sampai ukuran panjang mencapai 5-8 cm. Padatan penebaran dapat mencapai 20-25 ekor/m 3. 2.3.3 Pemeliharaan Tahap III Benih yang berasal dari usaha tahap II (umur antara 35-45 hari, dengan panjang 5-6 cm) kemudian dipelihara lagi dalam tahap III selama 30 hari sehingga ukuran panjang antara 10-15 cm dan berat antara 40-50 gram per ekor, dengan padat penebaran mencapai 10 ekor/m 3. Jumlah benih yang ditebarkan pada saat ukuran benih 3-5 cm adalah 30-40 ekor/m 3 (Khairuman, 2002). Pada benih yang panjangnya antara 5-8 cm jumlah padat penebaran yang sesuai adalah 30-50 ekor/m 3 (Khairuman, 2002). Padat penebaran yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan ikan. Hal ini disebabkan ikan ikan tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain,

11 sehingga mengakibatkan kekurangan oksigen (O 2 ) terlarut dan secara langsung akan mempengaruhi nafsu makan (Effendi, 2002). Lele dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun pada kolam yang kadar oksigennya rendah. Hal ini disebabkan ikan lele mempunyai alat pernafasan tambahan (arborescent organ) yang terletak di bagian kepala yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasannya (Puspowardoyo dan Djarijah, 2003). 2.4 Pakan Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Agar dapat tumbuh dengan baik, ikan pada umumnya membutuhkan nutrisi/gizi yang lengkap. Aspek kebutuhan gizi pada ikan sama dengan makhluk yang lain, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral agar dapat melakukan proses fisiologi dan biokimia selama hidupnya (Khairuman dan Amri, 2002). Berdasarkan jenis makanan, ikan dapat dibedakan/digolongkan menjadi 5 macam, yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), pemakan hewan lain (carnivora), pemakan tumbuhan dan hewan lain (omnivora), pemakan plankton, dan pemakan hancuran bahan organik (detritus). Ikan yang termasuk dalam golongan karnivora, makanan pokoknya yang paling utama terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari hewan. Contoh ikan yang termasuk pemakan daging/hewan antara lain ikan gabus, ikan belut, ikan sidat, ikan kakap, ikan lele, dan lain-lain (Murhananto, 2002).

12 Berdasarkan sumbernya pakan ikan dibedakan menjadi dua, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang terbentuk secara alami pada habitatnya. Makanan alami ikan terdiri atas plankton, udang-udangan kecil, siput, cacing, dan jentik nyamuk (Kodri, 2004). Jika dibudidayakan di kolam, makanan tambahan dapat berupa dedak halus, sisa-sisa dapur, daging bekicot, belatung, dan pelet (Kodri, 2004). Oleh karena itu, lele digolongkan sebagai pemakan segalanya (omnivora). Lele memang sangat rakus jika diberi makan apa saja, bangkai saja dimakannya sehingga digolongkan sebagai pemakan bangkai (scavenger). Pakan buatan merupakan makanan yang sengaja dibuat dengan komposisi seperti pada makanan alami dan ditambah beberapa unsur nutrien untuk tujuan produksi yang optimal. Jika telah dibudidayakan, lele dapat diberi pakan buatan seperti pelet (Kodri, 2004). Kualitas nutrisi pakan pada umumnya dapat dilihat dari komposisi zat gizinya seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan lainnya (Kodri, 2004). Pakan berfungsi sebagai sumber energi, materi bagi kehidupan, dan pertumbuhan ikan (Khairuman, 2002). Apabila makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, maka hal ini dapat menjamin kehidupan ikan dan mempercepat proses pertumbuhan ikan (Khairuman, 2002). Jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ikan secara umum berkisar 5-6% berat tubuhnya per hari, tetapi dapat berubah tergantung kondisi lingkungannya (Khairuman, 2002). Sebagai patokan jumlah makanan yang diberikan setiap hari

13 kira-kira 3-5% dari berat lele keseluruhan (Kodri, 2004). Untuk dapat hidup dan berkembang biak lele memerlukan pakan. Ukuran dan jumlah pakan yang diberikan tergantung dari umur dan berat biomassa lele yang dipelihara. Pakan alternatif yang dapat diberikan kepada lele antara lain ikan rucah atau ikan ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak dikonsumsi manusia, limbah peternakan ayam, limbah pemindangan ikan, daging bekicot, atau keong mas (Khairuman, 2002). 2.5 Kualitas Air Air merupakan salah satu faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya lele, semua jenis ikan memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas air harus diperhatikan agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Khairuman, 2002). Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan binatang air lainnya. Ada beberapa jenis parameter kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, di antaranya temperatur, oksigen terlarut, dan ph (Puspowardoyo dan Djarijah, 2003). 2.5.1 Suhu Suhu merupakan sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan. Perubahan suhu yang mendadak dapat menyebabkan kematian pada ikan, meskipun kondisi lingkungan lainnya dalam keadaan optimal (Purnawati, 2002).

14 Kisaran suhu yang diperlukan dalam budidaya ikan lele dumbo adalah antara 25 30 o C. Suhu air berpengaruh besar terhadap proses metabolisme mahluk hidup di perairan tersebut dan semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen yang terlarut dalam air (Purnawati, 2002). 2.5.2. Oksigen terlarut Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan dibutuhkan agar dapat hidup dengan normal. Jika persediaan oksigen terlarut dalam suatu perairan tidak sesuai atau kurang dari kondisi yang dibutuhkan oleh ikan, maka akan berakibat pada berkurangnya nafsu makan, pertumbuhan, dan kesehatan ikan tersebut. Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5 6 ppm dianggap yang paling baik untuk tumbuh dan berkembang biak ikan baik lele maupun ikan yang lain yang dipelihara di kolam (Murhananto, 2002). 2.5.3. ph Derajat keasaman (ph) air memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Peningkatan jumlah karbondioksida akan menyebabkan menurunnya nilai ph dan sebaliknya. Pada umumnya nilai ph turun bersama dengan turunnya kandungan mineral yang ada di perairan. Kisaran ph yang cocok untuk semua jenis ikan termasuk ikan lele dumbo adalah sebesar 6,7 8,0 (Zonneveld et al., 1991). Pada kisaran ph tersebut ikan tidak terganggu pertumbuhan dan perkembangannya (Khairuman dan Amri, 2002).