Bab 5 Kesimpulan dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

Komponen Struktur Tarik

Gambar 5.1. Proses perancangan

BAB I PENDAHULUAN. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS MAHASISWA TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

Tata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak

BAB I PENDAHULUAN. apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

Struktur Baja 2. Kolom

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelat dasar kolom mempunyai dua fungsi dasar : 1. Mentransfer beban dari kolom menuju ke fondasi.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur dan Konstruksi II

PUNTIRAN. A. pengertian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

yang berhubungan satu sama lain secara kaku sehingga menjadi stabil dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bangunan baja semakin banyak diminati. Sehingga baja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa Kayu dapat menahan gaya tekan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

I. Perencanaan batang tarik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Kedoya Jakarta Barat, dapat diambil beberapa kesimpulan: ganda dengan ukuran 50x50x5 untuk batang tarik dan 60x60x6 untuk batang

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

Latar Belakang : Banyak bencana alam yang terjadi,menyebabkan banyak rumah penduduk rusak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

Transkripsi:

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa. Pada Tabel 3.11 diperlihatkan bahwa diperlukan anggaran sebesar + Rp. 500.000,- untuk membuat 4 buah kuda-kuda bambu, sedangkan diperlukan + Rp. 3.750.000,- untuk membuat sebuah kuda-kuda kayu (Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan, Konstruksu & Interior, 2003). Yang diperlukan dalam konstruksi bangunan tahan gempa adalah material dan sistem struktur yang mampu memenuhi konsep-konsep dasar bangunan tahan gempa, yakni: daktilitas, kekakuan, kekuatan, serta kontinuitas struktur dalam mengalirkan beban. Bambu, dengan sifatnya yang kuat menahan tarik dan tekan, serta siap dipanen setelah 5 tahun masa tanam, merupakan material yang menjanjikan dalam konstruksi bangunan. Namun demikian ada beberapa kelemahan pada bambu yang perlu diperhatikan dalam desain sebuah bangunan bambu. Kelemahan pertama adalah kekuatan bambu yang tidak seragam sepanjang batang. Bagian pangkal bambu cenderung lebih kuat dibanding bagian ujung bambu. Kelemahan ini akan cukup berpengaruh saat diperlukan bambu panjang sebagai elemen struktur seperti pada balok kuda-kuda, atau balok ring penghubung kolom. Untuk mengatasinya, perlu dipilih bambu yang sudah cukup tua, dan dipotong pada bagian ujungnya sehingga diameter bambu bagian pangkal dan ujung yang dipotong cukup seragam. Kelemahan kedua yang perlu diperhatikan berkaitan dengan arah orientasi serat bambu. Serat bambu tersusun searah sumbu batang sehingga bambu hanya kuat menahan gaya pada arah sumbu batang. Kelemahan bambu yang timbul akibat orientasi serat ini membuat bambu mudah dibelah atau dipecah dengan memberi gaya tarik tegak lurus serat. Pada struktur dengan bambu yang berpenampang silinder, kelemahan ini akan mengakibatkan bambu mudah pecah pada bagian struktur dimana terjadi gaya tarik atau tekan tegak lurus serat seperti pada balok yang terjepit diantara kolom dan kuda-kuda atap. Kelemahan semacam ini dapat diatasi dengan mengisi segmen bambu yang mengalami gaya tegak lurus serat dengan mortar atau kayu. Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material V-1

Kelemahan yang berikutnya terkait dengan bentuk batang bambu yang seperti pipa. Bentuk pipa ini mempersulit pembuatan sambungan antar batang bambu. Agar aliran gaya pada sambungan dapat berlangsung dengan sempurna, maka bidang kontak pada sambungan harus meliputi seluruh bagian penampang bambu yang disambung. Untuk dapat membuat bidang kontak seperti ini, maka diperlukan ketrampilan khusus yang dapat membuat potongan melengkung pada penampang bambu. Gambar 5.1 menunjukkan pembuatan sambungan yang kurang baik, dimana potongan pada penampang tidak dibuat melengkung sehingga bidang kontak yang terjadi antara batang bambu menjadi sempit. Gambar 5.2 menunjukkan potongan yang dibuat melengkung pada penampang sehingga bidang kontak menyertakan seluruh penampang bambu yang disambung. Secara empiris, pembuatan lengkungan pada penampang untuk menghasilkan kontak yang baik antar bambu dapat dipermudah dengan memilih batang bambu dengan diameter yang relatif sama dengan batang bambu lainnya pada titik sambung. Selisih diameter bambu demi keserasian sambungan bersifat subjektif tergantung keahlian orang yang membuat, namun berdasarkan pengamatan pada saat pembuatan spesimen uji, selisih antar batang bambu selalu diusahakan tidak lebih dari + 1 cm. Gambar 5.1 Sambungan yang tidak baik Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material V-2

Gambar 5.2 Sambungan yang baik Sambungan batang bambu harus dibuat agar dapat mengalirkan gaya-gaya yang terjadi secara sempurna. Biasanya sambungan antar batang bambu hanya dibuat dengan ikatan tali ijuk atau rotan. Meski sambungan semacam ini sudah banyak digunakan dan terbukti dapat digunakan dalam pembuatan bangunan bambu yang sederhana, namun sambungan semacam ini dapat bergeser dan kekuatannya sangat tergantung keahlian orang yang membuat ikatan. Pada tugas akhir ini, ada 2 kategori sambungan dalam sistem struktur yang dibuat. Sambungan yang pertama adalah sambungan yang hanya mempertahankan posisi batang karena gaya-gaya sambungan ditahan sendiri oleh elemen batang. Sambungan jenis ini hanya dibuat menggunakan tali. Sambungan yang kedua adalah sambungan yang menahan geser. Dalam hal ini alat penyambung berperan menahan gaya yang terjadi pada sambungan. Sambungan jenis ini dibuat dengan batang bambu tambahan yang dibaut. Dengan konfigurasi sambungan seperti di atas, sistem struktur yang dibuat dapat memiliki kapasitas jauh di atas beban rencana. 5.2 Saran Tugas akhir ini hanya membahas penggunaan bambu dari segi teori konstruksi jangka pendek dan sedikit mengenai pengawetan. Belum ada literatur yang membahas bambu hingga ke arah sifat bambu dalam jangka panjang. Sehingga diharapkan tugas akhir ini dapat menjadi pemicu kepada pihak-pihak yang berminat untuk meneliti sifat bambu untuk jangka panjang seperti adanya fenomena susut pada bambu, agar bambu dapat menjadi material yang umum digunakan. Kunci dari pengembangan suatu struktur bambu adalah pada pengembangan sambungan. Sambungan baut yang dibuat pada spesimen memiliki kekurangan dalam hal terjadinya gesekan antara baut dengan bambu pada lubang yang pada akhirnya Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material V-3

dapat merusak bambu itu sendiri. Kerusakan seperti ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan bahaya terhadap struktur sambungan dan struktur bambu secara keseluruhan. Untuk menghindari kerusakan pada lubang baut, permukaan lubang dapat dilapisi dengan resin atau dilapisi dengan ring atau keduanya untuk menghindari kontak langsung bambu dengan baut selain juga untuk mengontrol diameter lubang agar tidak lebih besar dari perencanaan sehingga dapat mengurangi deformasi pada struktur. Selama ini fokus pengembangan sambungan bambu selalu menyertakan penggunaan alat sambung yang relatif mahal seperti baut dan pelat baja. Penggunaan tali yang relatif murah sebagai alat sambung dapat dilakukan jika ada komponen yang menahan gaya geser pada sambungan menggantikan baut dan pelat. Sebagai alternatif dapat dicoba bentuk sambungan takik seperti yang biasa digunakan pada kayu. Mempertimbangkan kuat geser bambu yang kecil, tahanan gaya bisa didapat dari bahan pengisi seperti cor beton atau kayu. Meski masih memerlukan kajian lebih lanjut, penggunaan sambungan takik dengan ikatan tali akan dapat mengurangi biaya bahan konstruksi selain juga lebih dikenal masyarakat dibanding penggunaan baut pada sambungan. Sambungan dengan tali sering menjadi masalah karena kurangnya keahlian orang yang mengikat. Ikatan tali yang kurang kuat dapat menyebabkan posisi batangbatang bambu bergeser. Walau sedikit, pergeseran ini dapat mengurangi integritas struktur dengan terjadinya deformasi-deformasi yang tidak perlu. Oleh karena itu, diperlukan standarisasi mengenai metoda pengikatan dan pengencangan dengan tali, baik ijuk, rotan, maupun material lain. Pengembangan metoda ikatan dan pengencangan akan sangat membantu perkembangan penggunaan material bambu sebagai komponen struktur bangunan. Meski bambu mulai menjadi material yang diminati baik dalam maupun luar negeri, belum ada standar perencanaan yang khusus mengenai konstruksi bambu. Hal ini mengakibatkan masyarakat belum berani menggunakan material bambu dalam konstruksi bangunan mereka. Oleh karena itu, diharapkan para ahli konstruksi Indonesia dapat melanjutkan penelitian mengenai bambu dan menerbitkan standar yang dapat digunakan sebagai acuan konstruksi, seperti pada material beton dan baja. Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material V-4

Gambar 5.3 Bangunan Bambu yang megah Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material V-5