MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 420/Kpts/OT.210/7/2001 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 35/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PETELUR YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 05/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

PEDOMAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KELINCI DI PERKOTAAN

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

GUBERNUR MALUKU UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

PEDOMAN PEMBIBITAN BURUNG PUYUH YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik PT. Rama Jaya Lampung, Desa Jati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 50 TAHUN 2012 TANGGAL : Sragen,

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

j ajo66.wordpress.com 1

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

[Pemanenan Ternak Unggas]

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA HEWAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu dari 12 Februari 29 Maret

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I Peternakan Ayam Broiler

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 420/Kpts/OT.210/7/2001 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK AYAM BURAS YANG BAIK (GOOD FARMING PRACTICE) Menimbang: 1.bahwa pemberian pelayanan, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan peternak ayam buras telah menjadi kewenangan Kabupaten/Kota; 2. bahwa atas dasar hal tersebut diatas dan sebagai pelaksanaan Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar perlu ditetapkan Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik dengan Keputusan Menteri Pertanian. Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Keten -tuan -ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (lembaran Negara Ta -hun 1977 Nomor 21, tambahan Lembaran Negara Nomor 3102); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Ta hun 1992 tentang Obat Hewan (Lem - baran Negara Tahun 1992 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3509); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002); 1

9. Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 2000 Tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras; 10. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 Tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja jis Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 dan Keputusan Presiden Nomor 37 tahun 2001; 11. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000 juncto 289/M Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode 1999 2004 yang baru; 12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/ Kpts /OT.210 / 1/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; Menetapkan : 13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/OT.210/2/ -2001 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; MEMUTUSKAN KESATU : Menetapkan Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik (Good Farming Practice) seperti tercantum pada lampiran Keputusan ini. KEDUA KETIGA : Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik sebagaimana dimaksud diktum KESATU tersebut merupakan dasar bagi pemberian pelayanan, pelaksanaan pembinaan, dan pengembangan budidaya ternak ayam buras. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal : 20 Juli 2001 ttd Prof.DR.Ir. Bungaran Saragih, M.Ec SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. 1. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah; 2. Gubernur Propinsi seluruh Indonesia 3. Bupati/ Walikota seluruh Indonesia 4. Kepala Dinas yang membidangi Fungsi Peternakan di Propinsi seluruh Indonesia; 5. Kepala Dinas yang membidangi Fungsi Peternakan di Kabupaten/Kota seluruh Indonesia; 2

Lampiran: Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 420/KPTS/OT 210/7/2001 Tanggal : 20 Juli 2001 I. PENDAHULUAN 1. Maksud PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK AYAM BURAS YANG BAIK (GOOD FARMING PRACTICE) Maksud diterbitkannya Pedoman Budidaya Ternak Ayam Bukan Ras (Buras) yang Baik ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan budidaya ternak ayam buras yang baik dan pembinaa nnya. 2. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan Pedoman Budidaya ternak ayam Buras yang Baik adalah: 1) Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak. 2) Meningkatkan mutu hasil ternak 3) Menunjang ketersediaan pangan asal ternak ayam buras di dalam negeri. 4) Menciptakan lapangan pekerjaan 5) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak 6) Mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging. 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik ini meliputi sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan 4. Pengertian Dalam pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik ini, yang dimaksud dengan : 1) Budidaya Ternak adalah semua kegiatan proses produksi yang dilakukan untuk memproduksi hasil-hasil ternak sesuai dengan tujuannya. 2) Ayam buras atau ayam bukan ras adalah ayam asli Indonesia yang berasal dari ayam -ayam hutan yang telah didomestikasi untuk tujuan produksi telur dan daging. 3) DOC (Day Old Chick) adalah dalam bahasa Indonesia disebut kuri, yaitu anak ayam umur sehari; 4) Bibit ayam buras adalah calon induk umur antara 5 12 bulan, calon pejantan umur 8-15 bulan 5) Kutuk/anak ayam adalah anak ayam yang berumur sejak mulai menetas sampai umur 6 minggu. 6) Ayam dara adalah anak ayam yang berumur diatas 6 minggu sampai berumur 51/2 bulan. 3

7) Ayam induk/babon adalah ayam yang betina dewasa yang sedang menjalani masa bertelur. 8) Indukan (brooder) adalah alat pemanas ruangan kandang anak ayam yang berfungsi sebagai indukan buatan; 9) Ransum adalah pakan jadi /setengah jadi hasil pabrik/ industri atau hasil pencampuran bahan ransum 10) Ransum Starter adalah ransum yang diberikan kepada anak ayam periode starter (sejak menetas/umur 1 hari sampai umur 4 minggu) 11) Konsentrat adalah campuran bahan baku pakan yang tinggi nilai gizinya dan mudah dicerna; 12) Desinfektan adalah bahan penghapus hama. 13) Desinfeksi adalah kegiatan penghapus hama. 14) Sanitasi adalah suatu pelaksanaan kebersihan yang bertujuan meningkatkan/mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak baik didalam kandang dan komplek maupun dekitar komplek usaha peternakannya. 15) Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, sehingga tubuh dapat menahan serangan penyakit (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1973) 16) Vaksinasi adalah usaha pengebalan hewan dengan mempergunakan vaksin. 17) Stress adalah suatu keadaan menurunnya kondisi badan pada ternak yang terjadi karena berbagai sebab. 18) Tempat isolasi adalah tempat yang khusus digunakan bagi ayam yang sakit atau diduga sakit. 19) Kepadatan kandang adalah banyaknya ternak ayam yang secara ideal dapat dimasukkan dalam kandang persatuan luas lantainya. 20) Kelompok Usaha adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis untuk mencapai tujuan yang sama. 21) Kawasan Usaha adalah suatu area dimana para kelompok peternak berhimpun untuk melaksanakan usaha ternak. 22) Sehat dan hygienis adalah secara kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan bebas dari pencemaran bakteri dan residu bahan kimia. 23) Antibiotik adalah obat yang mempunyai spektrum luas terhadap suatu penyakit. 24) Hormon adalah suatu bahan yang dihasilkan tubuh atau diproduksi secara sintetik da n berguna untuk menstimulir suatu fungsi faal tubuh agar berjalan normal. 25) Pemantauan Kesehatan Hewan adalah pengamatan untuk melihat arus penyakit dan status kesehatan hewan dalam populasi secara terus menerus. 4

II. SARANA 1. Lokasi Lokasi usaha petern akan ayam buras harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) Tidak bertentangan dengan Rencana Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR D) yang bersangkutan, 2) Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan tofografi, sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. 2. Lahan Status Lahan usaha peternakan ayam buras harus menurut peraturan perundangan yang berlaku jelas, sesuai dgn peruntukannya 3. Penyediaan Air dan Alat Penerang 1) Air yang digunakan hrs memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun. 2) Setiap usaha peternakan ayam buras hendaknya menyediakan lat penerangan (misalnya listrik) yang cukup setiap saat sesuai kebutuhan dan peruntukkannya. 4. Bangunan 1) Jenis Bangunan a. kandang anak ayam, kandang ayam dara, ayam induk/babon dan ruang penetasan; b. kandang isolasi ayam sakit; c. gudang penyimpanan bahan baku, ransum makanan ayam, gudang perlatan, ruang penyimpanan telur dan tempat penyimpanan obat; d. bak dan saluran pembuangan limbah; e. bangunan kantor untuk urusan administrasi. 2) Kontruksi Bangunan a.dapat memenuhi daya tampung untuk menjamin masuknya udara segar dengan leluasa kedalam kandang dan keluarnya udara kotor/berdebu secara bebas dari kandang serta dapat dicapai suhu optimal 26,5 0 C dengan kelembaban maksimum 90% ; b.memiliki saluran pembuangan limbah; c.terbuat dari bahan yang ekonomis kuat namun dapat menjamin kemudahan pemeliharaan, pembersihan dan desinfeksi kandang. Konstruksi bangunan gudang penyimpanan pakan harus dibuat agar pakan tetap sehat, tidak rusak, dan hygienis; 5

d.bahan dan kontruksi kandang menjamin ternak terhindar dari kecelakaan dan kerusakan fisik. 3) Tata Letak Bangunan Penataan letak bangunan kandang dan bukan kandang didalam lokasi usaha peternakan ayam buras hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/ pengelola usaha peternakan harus terpisah dari perkandangan dan dibatasi dengan pagar; b. jarak antara tiap-tiap kandang minimal 1 kali lebar kandang dihitung dari tepi atap kandang; c. jarak terdekat antara kandang dengan bangunan bukan kandang minimal 25 m; d. ruang penetasan, kandang untuk anak ayam, ayam dara dan kandang induk untuk bertelur harus terpisah/disekat satu sama lainnya; e. bangunan-bangunan kandang, kandang isolasi dan bangunan bukan kandang harus ditata supaya aliran air, udara dan penghantar lain tidak menimbulkan pencemaran penyakit. 5 Alat dan Mesin Peternakan Usaha peternakan ayam buras hendaknya memiliki sejumlah peralatan pemeliharaan sesuai dengan kapasitas/jumlah ayam yang dipelihara, mudah digunakan dan dibersihkan serta tidak mudah berkarat seperti : 1) Induk Buatan (brooder) 2) Tempat pakan (feeder) untuk berbagai jenis umur 3) Tempat Minum (waterer) untuk berbagai jenis umur 4) Alat penghapus hama 5) Alat penerangan dan budidaya lainnya 6) Alat pembersih kandang 7) Peralatan kesehatan hewan 8) Timbangan 9) Alat pencampur bahan baku pakan Peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh digunakan dalam kandang lain sebelum disucihamakan. 6 Bibit a. Bibit ayam buras yang dipelihara harus bebas dari penyakit unggas seperti Avian Influenza, Newcastle Disease (ND), Fowl Kolera, Fowl Pox, Infectious Bursal Disease, Salmonellosis (S.pullorum;S.enteritidis, Infectious coryza) b. Bibit ayam buras yang dipelihara diutamakan bibit ayam buras yang asli yang berasal dari daerah lokasi usaha setempat. c. Penyediaan dan pengembangan bibit ayam buras hasil persilangan antara ayam buras asli setempat dengan ayam buras yang berasal dari daerah lain atau yang disilangkan dengan ayam ras dapat dilakukan dibawah bimbingan Dinas Peternakan setempat atau lembaga/ Instansi teknis yang berwenang. 6

7. Pakan a. Pakan yang digunakan harus cukup dan sehat b. Sediaan biologi, sediaan parmacetik, sediaan premix, dan sediaan obat alami dapat digunakan pada usaha budidaya ternak ayam buras dan telah mendapat nomor pendaftaran 8. Obat hewan a. Obat-obat, bahan kimia, hormon dan bahan biologik untuk ternak ayam buras yang digunakan adalah yang sudah terdaftar. b. Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 9. Tenaga kerja a. Tenaga kerja yang diperkerjakan hendaknya berbadan sehat; b. Mendapat pelatihan teknis produksi, kesehatan hewan dan lain-lainnya; c. Setiap usaha peternakan ayam buras hendaknya menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang ketenaga-kerjaan. III. Proses Produksi 1. Pemilihan Bibit Untuk mendapatkan calon bibit (induk) dan pejantan yang baik harus memenuhi syaratsyarat : 1) Bibit harus sehat dan tidak cacat; 2) Lincah dan gesit; 3) Penampilan tegap; 4) Mata bening dan bulat; 5) Rongga perut elastis; 6) Bulu halus dan mengkilat ; 7) Produksi dan daya tetas tinggi; 8) Tidak mempunyai sifat kanibal; 9) Umur bibit antara 5-12 bulan (induk) untuk pejantan antara umur 8 15 bulan. 2. Kandang Persyaratan teknis lokasi kandang pembuatan kandang adalah: 1) Harus memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran udara, cukup mendapat sinar matahari, bersih dan kuat. 2) Memperhatikan sarana transportasi dan dekat dengan sumber pakan. 7

3) Ukuran kandang dan daya tampung yang berlaku untuk dewasa 6-10 ekor/m2 4) Tempat makan dan minum dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti bambu, paralon, plastik atau bahan lainnya, dan sesuai dengan umur ayam, baik ukuran maupun bentuknya. Penempatannya dibuat secara praktis, mudah terjangkau ternak, mudah dipindahkan, mudah diganti atau ditambah isinya, dan mudah dibersihkan. 5) Alat pembersih kandang harus lengkap.alat pem bersih dari kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain. 6) Alat pemanas (induk buatan) 7) Alas kandang atau litter harus tetap kering dan bila menggumpal segera diganti dengan yang lain. 8) Sangkar atau tempat bertelur terbuat dari anyaman bambu atau papan yang dibuat berbentuk kerucut, bulat atau persegi dengan alas rumput atau jerami kering. 9) Alat penerangan (lampu) 3. Pakan 1) Pakan yang diberikan harus sesuai jumlah dan mutunya dengan umur dan periode pertumbuhan ayam. 2) Karena ransum ayam buras standar formulanya belum ada yang baku maka acuannya adalah sebagai berikut : a untuk ayam buras 1-7 hari diberikan makanan dengan ransum ayam starter; ras b umur 2-12 minggu diberikan ransum dengan Proptein Kasar 14-15%, enegi metabolis 2.300-2900 kkal/kg ransum, Lemak 5-8%, serat kasar 6,7%, Ca 1-2,5% dan fosfor 0,9-15%; c umur 12-20 minggu dapat diberikan ransum dengan kandungan nutrisi Protein Kasar 10-14%, energi metabolisme 2.700 kkal/kg ransum, lemak 5-7 %, serat kasar 9-10%, Ca 1-1,2% dan P 0,28 0,95% d.umur betina dewasa dapat diberikan ransum dengan kandungan nutrisi, protein kasar 15% energi metabolisme 2.312 kkal/kg ransum. e.dapat menggunakan pakan komersial dengan mencampur bahan paku pakan lainnya dengan memperhatikan ketentuan teknis yang ada. 3) Jenis dan jumlah bahan baku pakan yang digunakan, harus tercatat. 4) Tanaman yang ditanam baik digunakan sebagai pakan maupun sebagai tanaman pelindung tidak boleh tercemar bahan beracun. 4. Kesehatan Hewan 1) Situasi Penyakit Ayam Buras 8

Usaha peternakan ayam buras harus melaksankan vaksinasi : a. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang digunakan. b. Melapor kepada Dinas Peternakan setempat bila terjadi kasus penyakit ayam menular. 2) Tindakan Pengamanan Penyakit 4. Reproduksi a. Lokasi peternakan tidak mudah dimasuki binatang lain yang membawa penyakit. b. Melakukan desifeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya. c. Melakukan pembersihan dan pencucian kandang baik terhadap kandang yang habis dikosongkan maupun sebelum dimasukkan ternak baru kedalamannya. d. Peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh dipakai dalam kandang lainnya sebelum disuci hamakan. e. Didalam lokasi peternakan tidak terdapat ternak dan unggas lain yang dapat sebagai penghantar penyakit menular. f. Orang yang dapat keluar masuk komplek perkandangan adalah petugas atau orang yang diizinkan. g. ayam yang menderita penyakit menular atau bangkai ayam dan bahan - bahan yang berasal dari hewan bersangkutan tidak dibawa keluar komplek peternakan melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur dibawah pengawasan Dokter Hewan. atau petugas setempat; h. Daging yang berasal dari ayam buras yang dipotong selama pengobatan antibiotika atau hormon tidak boleh diperjualkan atau kosumsi manusia, kecuali apabila ternak tersebut dipotong setelah 7 hari dari pemberian antibiotika atau 3 hari dari pemberian hormon yang terakhir. 1) Untuk meningkatkan mutu ayam buras harus dilakukan seleksi sesuai sifat-sifat yang dihendaki. Untuk meningkatkan mutu dengan melakukan kawin silang harus terencana dengan pengawasan yang ketat. 2) Telur yang akan ditetaskan hendaknya diperoleh dari induk dengan mutu produksi yang baik. 3) Untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi perbandingan jantan dan betina harus diperhatikan (1: 8-10). 4) Sistem perkawinan bisa dengan IB atau kawin alam. 5) Sistem penetasan dapat dilakukan dengan penetasan induk atau mesin tetas dengan memperhatikan kaidah-kaidah teknis yang ada. 9

6. Penangan Hasil Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu penanganan ayam hidup yang baik sebelum dipasarkan, yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah : (1) Pembersihan ayam Ayam sebaiknya dibersihkan secara kering (tanpa air), kecuali kotoran sukar dibersihkan dengan cara kering, jika membersihkan ayam dengan cara basah (dengan air) hendaknya menggunakan air hangat kuku, untuk menghindari sedikit mungkin perubahan pada kulit. (2) Sortir/ pemilihan ayam. Ayam dipilih sesuai dengan kondisi dan beratnya. Ayam yang beratnya normal dan bersih merupakan ayam yang baik mutunya. (3) Pengepakan ayam siap angkut. Sebelum ayam dimasukkan ke dalam alat transportasi khusus, sebaiknya ayam dikemas dalam wadah atau kemasan khusus untuk ayam, yang bertujuan untuk melindungi dari pengaruh buruk pada saat pengangkutan. IV. Pelestarian Lingkungan 1. Rencana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Setiap usaha peternakan ayam Buras harus menyusun rencana cara-cara penanggulangan pencemaran dan kelestarian lingkungan sebagaimana diatur di dalam : (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); (3) Peraturan pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); 2. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Dalam upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan, diperlukan perhatian khusus terhadap beberapa hal, sebagai berikut: (1) Mencegah timbulnya erosi serta membantu penghijauan di areal peternakan. (2) Menghindari timbulnya erosi dan gangguan lain yang berasal dari peternakan yang dapat mengganggu lingkungan berupa bau busuk, suara bising, serangga, tikus serta pencemaran air sungai/ air tanah (sumur). (3) Setiap usaha peternakan ayam Buras agar membuat unit pengolahan limbah peternakan (padat, cair dan gas) yang sesuai dengan kapasitas produksi limbah yang dihasilkan. (4) Setiap usaha peternakan ayam Buras membuat tempat pembuangan kotoran dan penguburan bangkai. 10

V. Pengawasan 1. Sistim Pengawasan (1) Usaha peternakan ayam Buras harus menerapkan sistem pengawasan secara baik pada titik kritis dalam proses produksi untuk mem antau kemungkinan adanya penyakit. (2) Instansi yang berwenang dalam bidang peternakan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengawasan manajemen mutu terpadu yang dilakukan (Pedoman Budidaya Ternak Ayam Buras Yang Baik/Good Farming Practice). 2. Sertifikasi (1) Usaha peternakan ayam Buras yang produksinya untuk tujuan ekspor harus dilengkapi dengan sertifikat. (2) Sertifikat dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang setelah melalui penilaian berdasarkan pada monitoring dan evaluasi. 3. Monitoring dan Evaluasi (1) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh instansi yang berwenang di bidang peternakan di kabupaten/ kota. (2) Evaluasi dilakukan setiap tahun berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan serta pengecekan/ kunjungan ke lokasi usaha. 4. Pencatatan Usaha peternakan ayam Buras hendaknya melakukan pencatatan (Recording) data yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh petugas atau instansi terkait. Data yang perlu dicatat sebagai berikut : (1) Data populasi. (2) Data produksi. (3) Data catatan reproduksi. (4) Data konsumsi pakan. (5) Jadwal vaksinasi. (6) Data penyakit. (7) Data pemasukan dan pengeluaran ayam. 5. Pelaporan (1) Setiap usaha peternakan ayam Buras wajib membuat laporan tertulis secara berkala (semester dan tahunan) kepada instansi yang berwenang. (2) Setiap usaha peternakan ayam Buras wajib membuat laporan baik teknis maupun administrasi secara berkala (semester dan tahunan) untuk keperluan pengawasan intern, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat mengadakan perbaikan/ perubahan berdasarkan laporan yang ada. 11

VI. Penutup Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat. Menteri Pertanian, ttd Prof.DR. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec 12