KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

ANALISIS MIGRASI PENDUDUK KE DESA NDOKUMSIROGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO. Oleh : Drs. Walbiden Lumbantoruan, M.Si

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha.

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya disebabkan oleh perbedaan dalam ketersediaan sumber daya alam,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Kecamatan Kampar TimurKabupaten Kampar. Adapun jarak desa Pulau

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN PERMUKIMAN PENDUDUK DI KELURAHAN TIGARAJA KECAMATAN GIRSANG SI PANGAN BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KARO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjujung tinggi

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Responden Warga Pematang Raya, Sondi Raya Merek Raya

IV. KEADAAN UMUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara merata dan berkesinambungan ( Sugiharto 2007). manusia maupun sarana dan prasarana penunjang yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Katalog BPS :

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Terbentuknya Desa Cimanuk

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Suka Jawa merupakan salah satu Desa di Kecamatan Bumiratu Nuban

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMAT ERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 25 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 25 TAHUN 2007 TENTANG

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. mempunyai luas wilayah kira-kira ha. Sebagai wilayahnya sudah

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

KEPALA DESA JATILOR KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJAR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

III. METODE PENELITIAN. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

Katalog BPS

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 31 TAHUN 2011

Transkripsi:

KEADAAN DESA BALIMBINGAN KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN Walbiden Lumbantoruan 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan Desa Balimbingan ditinjau dari matapencaharian, penerapan teknologi baru, pendidikan, sarana dan prasarana serta pengelolaan administrasi. Populasi dalam penelitian ini adalah Desa Balimbingan dan sekaligus sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni studi dokumenter dan analisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Matapencaharian penduduk di Desa Balimbingan sudah Beraneka ragam yang mayoritas (91,30 %) hidup dari usaha non pertanian (2) Pada umumnya (90%) petani telah menerapkan teknologi baru sehingga produksi padi meningkat dari 3-5 ton/ha menjadi 4-5,8 ton/ha, produksi jagung dari 3-4 ton/ha menjadi 4-4,5 ton/ha,kelapa sawit dari 0,5-1 ton/ha menjadi 0,5-1,6 ton/ha dan kakao dari 0,5-0,75 ton/ha menjadi 0,5-0,96 ton/ha (3) Pendidikan formal penduduk mencapai 69,70 % tamat SD (sudah melebihi standar yaitu 60%). (4) Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi serta komunikasi menyebabkan hubungan Desa Balimbingan semakin lancar ke kota Kecamatan Tanah Jawa dan Kota Kabupaten Simalungun, ini diperlihatkan ketersediaan sarana mobil penumpang (30 unit), becak bermotor (225 unit), truk (10 unit), dan prasarana jalan (sepanjang 8 km jalan aspal dan diperkeras) sehingga arus barang dan manusia menjadi lancar. Selain itu juga karena ketersediaan sarana komunikasi televisi (sudah seluruhnya penduduk memanfaatkannya), radio (800 unit), handphone (600 unit), telepon rumah (120 unit) dan wartel (7 unit) sehingga mereka lebih akses terhadap perubahan, (5) Pengelolaan desa oleh setiap perangkat desa sudah terlaksana sesuai dengan tugasnya atau sistim administrasi telah berjalan dengan baik. Dengan demikian Desa Balimbingan ditinjau dari matapencaharian, penerapan teknologi baru, pendidikan, sarana dan prasarana serta pengelolaan administrasi tergolong desa swasembada. Kata Kunci : Desa Balimbingan, Desa Swasembada 1 Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 39

PENDAHULUAN Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Pembangunan ini merupakan rangkaian upaya perbaikan dan peningkatan taraf kehidupan Bangsa dan Negara yang dilaksanakan secara berkesinambungan.dalam rangka pemerataan pembangunan keseluruh wilayah pedesaan, hal ini diarahkan pada perluasan kesempatan kerja, pembinaan dan pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat serta peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan kekayaan alam. Pembangunan itu telah banyak membuahkan hasil bagi kehidupan penduduk kearah yang lebih baik sehingga desa-desa tertinggal yang sebahagian besar telah mengalami perubahan dari desa tradisional (swadaya) menjadi desa Swakarya, demikian juga desa Swakarya berubah menjadi desa Swasembada.Hal itu tentu diketahui dari ciri-ciri desanya yakni matapencaharian penduduk, penerapan teknologi baru, pendidikan, sarana dan prasarana serta pengelolaan administrasi (Departemen Dalam Negeri, 2000, Wardiyatmoko, 2003 dan Bappeda sumut, 2008). Walaupun pembangunan itu telah berhasil, namun belum optimal atau belum merata, oleh karena itu masih banyak terdapat desa tertinggal. Ketertinggalan desa itu disebabkan oleh : (1) Kurangnya partisipasi masyarakat akibat kurangnya kerjasama, (2) Selama ini pola perencanaan pembangunan mengartikan makna partisipasi sebagai dukungan rakyat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya, dan (3) Kurangnya kesiapan masyarakat atau sumberdaya manusia padahal jumlahnya relatif besar, ini memerlukan pengelolaan yang lebih intensif agar mampu mempunyai produktivitas yang tinggi (Junaedi, 1999). Keadaan tersebut masih ditunjukkan yakni tidak jarang penduduk desa mengalami tekanan ekonomi, menyebabkan mereka pindah ke kota (urbanisasi) sehingga penduduk kota terus bertambah. Akibatnya bagi desa adalah kurangnya tenaga kerja dalam usaha pertanian, sulit mencari kerja yang berpendidikan dan tenaga penggerak pembangunan, sedangkan di kota timbulnya pengangguran, tunawisma, gubuk-gubuk liar, kejahatan/kriminal dan sebagainya. Dalam mengatasi masalah itu di wilayah pedesaan, pemerintah telah melaksanakan pembangunan secara desentralisasi artinya bahwa setiap daerah diberi wewenang untuk mengatur dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan kepentingan daerahnya, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 40

menikmati hasil pembangunan sesuai kemampuannya. Selain peluang dan akses yang sama juga meliputi kemampuan kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga dan melestarikan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai (Sutrisno, 1999). Keadaan desa tersebut tidak jauh berbeda dengan desa-desa yang berada di Kecamatan Tanah Jawa, yang terdiri dari berbagai desa dengan bentuk perubahan yang berbeda seperti desa tradisional (swadaya) adakalanya berubah menjadi desa swakarya dan adakalanya desa Swakarya berubah menjadi desa Swasembada.Salah satu desa yang dimaksud adalah Desa Balimbingan yang pada awalnya merupakan desa tradisional dengan penduduk yang pada umumnya hidup dari usaha pertanian.kemudian mengalami perubahan menjadi desa swakarya. Setelah tahun 2008 diduga mengalami perubahan kearah yang lebih baik, namun memiliki masalah yaitu masih banyak penduduk bermigrasi ke daerah lain dan produksi padi sawah rata-rata 3,5 ton per hektar atau belum sesuai dengan yang diharapkan (Monografi Desa Balimbingan 2008). Hal tersebut penting untuk dipelajari, mengingat masalah itu tergolong penentu dalam perkembangan desa.oleh karena itu perlu dicermati ciri-ciri desa yang mencakup matapencarian penduduk, penerapan teknologi baru, pendidikan, sarana dan prasarana serta pengelolaan administrasi di Desa Balimbingan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. METODOLOGI Populasi dalam penelitian ini adalah Desa Balimbingan yang berpenduduk 5.901 jiwa (1.435 kk). Mengingat data yang diambil adalah data sekunder, maka populasi dijadikan sekaligus sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter dan data-data yang dibutuhkan diambil dari kantor kepala Desa Balimbingan dan Kantor Kecamatan Tanah Jawa. Selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yakni menyajikan fakta-fakta secara sistematis kemudian dianalisis. Hal itu dapat memberikan gambaran sehingga lebih mudah untuk dipahami. HASIL PENELITIAN Pembahasan ini menguraikan keadaan Desa Balimbingan ditinjau dari berbagai ciri. Dari ciri matapencaharian dapat diketahui dari aktivitas penduduk yang ditunjukkan oleh aktivitas homogen atau heterogen (non-pertanian). Hal itu mengalami perubahan sesuai dengan kemampuan penduduk dan tata geografisnya. Kondisi ini di Desa Balimbingan pada umumnya (91,30%) hidup dari usaha non Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 41

pertanian (pegawai negeri, swasta, BUMN dan pedagang) dan hanya 8,70% penduduk hidup dari kegiatan pertanian. Oleh karena itu matapencaharian penduduk telah mencerminkan kehidupan yang heterogen atau sudah bersifat kekotaan, keadaan itu tidak jauh berbeda dengan yang diberlakukan oleh Departemen Dalam Negeri (2000) yakni bahwa salah satu ciri desa swasembada adalah matapencaharian tidak tergantung hanya pada bidang pertanian saja, dengan demikian Desa Balimbingan tergolong desa swasembada. Ditinjau dari penerapan teknologi baru pada umumnya (90%) petani sudah menggunakan teknologi baru seperti jetor untuk mengolah lahan, pemupukan sesuai dengan komposisinya (sekitar 350 kg/hektar dengan komposisi 90 kg TSP, 90 kg KCL dan 110 kg Urea), penyemprotan pestisida sesuai dengan jenis hama, pemanfaatan pengairan setengah teknis dan menggunakan mesin komben untuk panen. Demikian juga dalam penerapan teknologi dalam usaha tanaman jagung, kakao dan kelapa sawit sudah sesuai dengan petunjuk atau aturan yang berlaku untuk masing-masing tanaman. Dengan diterapkannya teknologi itu, produksi padi yang pada awalnya 3-5 ton perhektar meningkat menjadi 4-5,8 ton perhektar (standar produksi 4-5 ton perhektar). Untuk tanaman jagung, produksi awalnya 3-4 ton perhektar meningkat menjadi 4 4,5 ton perhektar atau sudah melebihi standar (standar produksi adalah 4-5 ton perhektar). Untuk tanaman kelapa sawit pada awalnya 0,5-1 ton perhektar meningkat menjadi 0,5-1,6 ton perhektar. Untuk tanaman kakao produksi awal 0,5-0,75 ton/ha meningkat menjadi 0,5-096 ton perhektar. Kondisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wardiyatmoko (2003) bahwa salah satu ciri desa swasembada atau desa berkembang adalah penerapan teknologi baru yang benar-benar dimanfaatkan sehingga produksi meningkat. Oleh karena itu Desa Balimbingan termasuk swasembada. Ditinjau dari ciri pendidikan di suatu daerah tertentu dapat diketahui dari tingkat pendidikan formal penduduknya. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan penduduk semakin tinggi pula tingkat kualitasnya. Oleh karenanya pendidikan salah satu penentu dalam perkembangan desa. Keadaan ini di Desa Balimbingan yakni 14,13% penduduk sedang duduk dibangku SD, 21,01% penduduk telah tamat SD akan tetapi tidak melanjut ke jenjang yang lebih tinggi, 17,74% penduduk berpendidikan SLTP, 26,01% berpendidikan SLTA dan hanya 4,94% berpendidikan perguruan tinggi. Dengan demikian jumlah persentase penduduk yang tamat SD adalah 69,70%. Hal itu tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Wardiyatmoko (2003) apabila disuatu desa lebih dari 60% jumlah penduduk tamat SD Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 42

maka desa itu termasuk desa swasembada, ini berarti bahwa Desa Balimbingan tergolong swasembada. Desa tersebut juga dapat diketahui dari ketersediaan sarana dan prasarana transportasi dan ini sangat erat hubungannya dengan aktivitas penduduk. Tersedianya sarana dan prasarana akan mempermudah penduduk dalam melakukan aktivitasnya, baik didalam desa, antar desa maupun dari desa ke kota atau sebaliknya. Keadaan ini di Desa Balimbingan ditunjukkan oleh ketersediaan sarana angkutan sepeda motor 780 unit, becak bermotor 225 unit, mobil penumpang 30 unit, becak dayung 15 unit dan truk 10 unit yang semuanya layak pakai. Hal itu tidak terlepas dari ketersediaan prasarana jalan yang panjangnya mencapai 8 km dengan perincian 4,5 km jalan beraspal dan 3,5 km jalan diperkeras/dibatui yang semuanya dalam kondisi baik. Dengan tersedianya sarana dan prasarana transportasi maka arus barang dan manusia semakin lancar. Ketersediaan sarana tersebut didukung oleh ketersediaan sarana komunikasi seperti televisi ternyata penduduk sudah seluruhnya memiliki dan memanfaatkannya, demikian halnya ketersediaan radio sebanyak 800 unit, hand phone 600 unit, telepon rumah 120 unit dan wartel 7 unit. Hal ini menyebabkan aktivitas penduduk akses terhadap komunikasi dalam berbagai bidang sehingga mereka lebih akses pula terhadap perubahan. Oleh karena itu hubungan Desa Balimbingan semakin lancar ke kota kecamatan Tanah Jawa dan kota Kabupaten Simalungun. Keadaan tersebut seirama dengan yang dikemukakan Wardiyatmoko (2003) bahwa salah satu ciri desa swasembada adalah apabila sarana dan prasarana sudah mulai baik sehingga hubungan dengan kota lancar, dengan demikian Desa Balimbingan tergolong swasembada. Ditinjau dari pengelolaan administrasi, ini diketahui dari pengelolaan administrasi yang dilaksanakan oleh perangkat desa untuk mendukung kelancaran pembangunan. Adapun perangkat desa yang dimaksud dan tugas yang telah dilaksanakan adalah (1) kepala desa, tugas pokok yang telah dilaksanakan yakni mengkordinasikan, mengendalikan kegiatan, dan melakukan sebagian kewenangan pemerintahan serta tugas lain yang diberikan oleh camat, (2) sekretaris desa, tugas pokok yang telah dilaksanakan yaitu membantu kepala desa di bidang pembinaan administrasi umum (urusan nomor arsip surat menyurat), perlengkapan (penyimpanan data-data penduduk), keuangan(bekerja sama dengan bendahara menyusun buku kas), kepegawaian dan rumah tangga (pengurusan data-data penduduk), (3) seksi pemerintahan umum, tugas pokok yang telah dilaksanakan yakni pembinaan penyelenggaraan pemerintahan, ketentraman dan Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 43

ketertiban masyarakat, membantu tugas-tugas di bidang pemungutan PBB, pemungutan dan pelaksanaan pemilu, pertanahan dan pertahanan sipil, (4) Kepala lingkungan, tugas pokok yang telah dilaksanakan yakni membantu melaksanakan tugas-tugas operasional kepala desa dan wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja perangkat desa sesuai dengan tugasnya dalam mengelola administrasi untuk mendukung kelancaran pembangunan. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan yang diberlakukan Bappeda sumatera utara (2008) yakni bahwa ciri desa berkembang (swasembada) salah satunya adalah pengelolaan administrasi telah dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu Desa Balimbingan termasuk swasembada. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka diperoleh simpulan yakni keadaan Desa Balimbingan Kecamatan Tanah Jawa sudah tergolong desa swasembada. Hal itu terlihat dari : (1) matapencaharian penduduk telah beranekaragam yang pada umumnya (91,30%) hidup dari usaha non-pertanian (pegawai negeri, swasta BUMN dan pedagang) (2) pada umumnya (90%) petani telah menerapkan teknologi baru baik dalam pengolahan, pemupukan, penyemprotan hama maupun dalam pengairan dan panen. Hal ini dapat meningkatkan produksi padi dari 3 5 ton/ha menjadi 4-5,8 ton/ha, produksi jagung dari 3-4 ton/ha meningkat menjadi 4 4,5 ton/ha, kelapa sawit 0,5 1 ton/ha menjadi 0,5 1,6 ton/ha dan kakao dari 0,5 07,5 ton/ha menjadi 0,5-0,96 ton/ha, (3) pendidikan penduduk sudah melebihi 60% (69,70%) tamat SD dari total penduduk atau bahkan 48,69% berpendidikan SLTP hingga perguruan tinggi (4) ketersediaan sarana angkutan seperti mobil penumpang (30 unit), becak dayung (15 unit), becak bermotor (225 unit) dan truk (10 unit) yang semuanya layak pakai. Demikian halnya prasarana jalan dengan panjang 8 km (4,5 km jalan aspal dan 3,5 km jalan batu yang diperkeras) kondisinya tergolong baik. Dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana ini menyebabkan arus barang dan manusia menjadi lancar. Keadaan tersebut tidak terlepas dari ketersediaan sarana komunikasi seperti televisi, sarana lainnya yakni radio 800 unit, handphone 600 unit, telepon rumah 120 unit, dan wartel 7 unit menyebabkan penduduk lebih mudah mengalami perubahan. Hal itu berarti bahwa hubungan desa Balimbingan lancar ke kota kecamatan dan ke kota Kabupaten Simalungun, (5) pengelolaan desa yang dilaksanakan setiap perangkat desa telah berjalan dengan baik untuk mendukung kelancaran pembangunan. Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 44

Sesuai dengan uraian kesimpulan, maka Desa Balimbingan Kecamatan Tanah Jawa tergolong desa swasembada. Oleh karena itu diharapkan kepada pemerintah Desa Balimbingan kiranya dapat mempertahankan keadaan yang sudah ada, dan dapat meningkatkannya agar semakin maju pada masa yang akan datang. Demikian juga kepada masyarakat Desa Balimbingan agar lebih giat dalam usaha meningkatkan produksi pertanian, pendidikan dan meningkatkan partisipasi dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah setempat sehingga tercapai masyarakat adil dan makmur. DAFTAR PUSTAKA Bappeda Sumut. 2008. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Medan. Bintarto, R. 1980. Gotong Royong. Surabaya : Bina Ilmu. BPS. 2008. Kecamatan Tanah Jawa Dalam Angka 2008. Departemen Dalam Negeri. 2000. Petunjuk Dalam Pelaksanaan Pembinaan Proyek-proyek Hasil Bantuan Desa Bidang Usaha Ekonomi Desa. Jakarta : Direktorat PMD. Junaedi, H. 1999. Pembangunan di Pedesaan. Jakarta : UI Press. Lumbantoruan, W. (2009). ANALISIS MIGRASI PENDUDUK KE DESA NDOKUMSIROGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO. JURNAL GEOGRAFI, 1(1), 43-50. Monografi Desa Balimbingan. 2008. Mubyarto, 1989. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3S Setiawan, Edi. 2003. Geografi. Bandung : Grafindo Media Pratama. Seokartiwi, Edi. 2005. Prinsip-prinsip Komunikasi Pertanian. Jakarta : UI Press. Sitompul, M., & Situmorang, R. (2010). KEADAAN SOSIAL EKONOMI DI DESA TERPENCIL KECAMATAN STABAT. JURNAL GEOGRAFI, 2(2), 81-92. Sutrisno, L. 1999. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius. Wardiyatmoko, K. 2003. Geografi. Jakarta : Erlangga. Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 45

Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari 2011 46