BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan


BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, serta pekerja dengan pekerjaannya (International Labour Organization, 1985).

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi dengan kawasan yang berfokus

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia hidup pasti bergerak, termasuk ketika sedang melakukan aktivitas kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Muhammadiyah Yogyakarta sudah sesuai dengan undang-undang nomor 25 tahun 2009?

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam Alamsyah (2011), rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Lingkungan rumah sakit terdapat beberapa bahaya-bahaya potensial yang dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Bahayabahaya potensial tersebut, umumnya disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor biologi dapat berupa virus, bakteri, jamur, parasit. Faktor kimia berupa antiseptik, reagent, gas anestesi. Kemudian untuk faktor ergonomi sering berhubungan dengan lingkungan kerja, cara kerja, posisi kerja yang salah. Faktor fisik dapat berupa suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, sedangkan faktor psikologi berupa kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja atau atasan (Kemenkes RI, 2010).

Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2014). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 13 menyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit. Dengan demikian pihak pengelola rumah sakit harus menerapkan upaya K3 rumah sakit (Kemenkes RI, 2007). Perawat merupakan tenaga kerja di rumah sakit, memiliki tugas yang sangat bervariasi. Aktivitas kerja perawat dirumah sakit cukup berat dan mempunyai potensi menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, salah satunya adalah faktor yang berhubungan dengan ergonomi antara lain mengangkat, mendorong, menarik, menjangkau, membawa benda dalam hal penanganan pasien. Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah penting dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat. Penyakit akibat kerja yang umum terjadi 2

adalah low back pain (LBP). Seorang perawat yang mengalami low back pain akan mengalami penurunan dalam hal produktivitasnya sehingga berdampak pada kualitas pelayanan pasien. Menurut Andini (2015), sebanyak 90% kasus low back pain bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari low back pain yang menyebabkan 80% kasus. Pada tahun 2010, untuk perawat, mantri dan petugas lainnya memiliki gangguan muskuloskeletal (MSDs) tertinggi. Ada 27.020 kasus, setara dengan tingkat kejadian atau insiden rate (IR) yaitu 249 per 10.000 pekerja, tujuh kali lebih tinggi dari semua sektor industri. Jauh dibandingkan dengan pekerja harian yang memiliki IR 34 per 10.000 pekerja. Untuk tingkat buruh kontruksi memiliki IR sebesar 85,0. Rata-rata tingkat kejadian kasus gangguan muskuloskeletal suatu pekerjaan tiap harinya meningkat 4 persen, sedangkan tingkat kejadian MSDs untuk perawat, mantri dan petugas lainnya meningkat 10 persen (OSHA, 2013). Pada penelitian perawat di Malaysia yang dilakukan oleh Rahmah, dkk (2008) dari 126 perawat yang diteliti diketahui 100 perawat (79,4%) diantara mengalami nyeri punggung bagian bawah. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyanti, dkk (2009) terdapat hubungan bermakna sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan dengan nyeri punggung di rumah sakit X yang terletak di wilayah Jakarta Pusat. Hasil uji statistik menunjukkan adanya 3

hubungan bermakna sudut lengkung punggung >45 pada waktu melakukan pekerjaan mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur. Dalam penelitian Kurniawidjaja, dkk (2014) mengenai pengendalian risiko ergonomi kasus low back pain pada perawat di tiga rumah sakit. Hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna postur membungkuk, sudut lengkung punggung dan transfer pasien dengan tingkat risiko low back pain. Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu, Kabupaten Klaten merupakan rumah sakit tipe D. Jumlah karyawan sebanyak 254 orang, dengan jumlah dokter umum 10 orang, dokter gigi 2 orang, dokter spesialis 26 orang, perawat 142 orang dan konsultan psikolog 1 orang. Dari hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan dengan metode wawancara terhadap 15 perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu didapatkan hasil yang menunjukkan 12 dari 15 perawat pernah mengalami keluhan musculoskeletal disorders setelah bekerja. Dari 12 perawat tersebut, sebanyak 75% keluhan musculoskeletal disorders dirasakan setelah melakukan tindakan mengangkat dan mendorong pasien. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan patient handling dengan kejadian musculoskeletal disorders pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. 4

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan patient handling dengan kejadian musculoskeletal disorders pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan patient handling dengan kejadian musculoskeletal disorders pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden seperti, usia, jenis kelamin, IMT, dan masa kerja. b. Mendeskripsikan dan menganalisis tingkat risiko patient handling pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. c. Mendeskripsikan dan menganalisis kejadian musculoskeletal disorders pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. d. Untuk mendeskripsikan hasil pengukuran metode RULA dan NBM pada perawat di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam merencanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). 2. Bagi Perawat Mengetahui penyebab kejadian musculoskeletal disorders pada perawat sehingga diharapkan dapat meminimalisir penyebab tersebut. 3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan pustaka di Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dan dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut yang komprehensif. 4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan patient handling dengan kejadian musculoskeletal disorders. 5. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. 6