BAB I PENDAHULUAN I - 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. Studi pustaka terhadap materi desain. Mendata nara sumber dari instansi terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

PENDAHULUAN BAB I Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

Maksud dari pembuatan Tugas Akhir Perencanaan Pengamanan Pantai Dari Bahaya Abrasi Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

3.2 METODOLOGI PERENCANAAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

Pengendalian Banjir Rob Semarang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada

DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB V RENCANA PENANGANAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting karena dapat memberikan petunjuk asal sedimen, transportasi

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Ekspedisi Citarum Wanadri Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN DARATAN PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

3.2. METODOLOGI PERENCANAAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis pantai yang sangat panjang mencapai ± 81.000 km membuat Indonesia menjadi negara dengan garis pantai terpanjang di dunia setelah Canada. Semarang adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki pantai di bagian utara. Secara administratif wilayah pantai Kota Semarang terdiri atas 6 kecamatan, 17 kelurahan dengan luas wilayah daratan ± 37360,947 Ha, dan mempunyai panjang garis pantai ± 25 km (Bappeda Kota Semarang, 2010). Secara geografis terletak pada 6 0 55 52,5 LS 6 0 58 45 LS dan 110 0 17 18 BT 110 0 29 25 BT. Wilayah pantai Kota Semarang dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah pantai Semarang bagian barat, wilayah pantai Semarang bagian tengah, dan wilayah pantai Semarang bagian timur. Sungai dan pantai mempunyai hubungan yang sangat erat, hal ini dikarenakan hampir semua sungai bermuara di pantai sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan disepanjang daerah aliran sungai sedikit banyak akan berpengaruh ke pantai termasuk kerusakan-kerusakan di daerah pantai. Ada tiga sungai besar yang bermuara di pantai Semarang bagian timur, yaitu Sungai Tenggang di kecamatan Gayamsari, Sungai Sringin dan Sungai Babon di kecamatan Genuk. Jenis kerusakan yang kerap terjadi di daerah pantai adalah abrasi dan akresi (sedimentasi). Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Abrasi pantai ini hampir terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Dampak yang diakibatkan oleh abrasi pantai sangat merugikan. Selain menyebabkan mundurnya garis pantai, abrasi pantai juga dapat merusak fungsi lahan daerah pesisir yang notabene berpotensi untuk digunakan sebagai kawasan I - 1

pusat pemerintahan, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian / perikanan, pariwisata, pemukiman dan sebagainya. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser. Pada kasus muara sungai, sedimentasi yang terjadi adalah karena media air dan angin. Dampak merugikan yang merupakan akibat dari sedimentasi adalah terganggunya aliran sungai dan pendangkalan muara sungai. Wilayah pantai Semarang bagian timur merupakan kawasan penting yang berorientasi pada sektor primer dan sekunder seperti usaha pertambakan, pusat pendaratan ikan (PPI), kawasan industri dan konservasi (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, 2010). Wilayah pantai Semarang bagian timur juga tidak luput dari dua masalah yang sudah dibahas diatas yaitu abrasi dan sedimentasi. Abrasi terjadi di wilayah pantai dari Sungai Tenggang sampai Sungai Babon. Sedangkan sedimentasi terjadi di tiga muara sungai, yaitu Sungai Tenggang, Sungai Sringin, dan Sungai Babon. Agar dampak dari abrasi dan sedimentasi tidak semakin meluas, maka harus segera dilakukan tindakan penanganan dengan mengacu pada aturan-aturan yang menyangkut penataan ruang pesisir. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penulisan Tugas Akhir Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai Semarang Bagian Timur ini adalah: Mengidentifikasi daerah pantai yang mengalami kerusakan Mengetahui penyebab kerusakan pantai Memberikan alternatif pananganan akibat kerusakan yang terjadi di daerah tersebut Merencanakan bangunan pelindung pantai. Sedangkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai Semarang Bagian Timur ini adalah untuk mengamankan daerah disekitar pantai Semarang bagian timur dari abrasi dan sedimentasi,. I - 2

1.3. LOKASI STUDI Lokasi studi untuk Tugas Akhir ini adalah Pantai Semarang Bagian Timur yang meliputi wilayah pantai dari Sungai Tenggang sampai Sungai Babon, yang secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Gayamsari dan Genuk. Ada 3 sungai besar yang bermuara di Pantai Semarang Bagian Timur, yaitu S.Tenggang, S.Sringin, dan S.Babon. Untuk mendukung data yang nantinya akan digunakan untuk menganalisis, maka dilakukan identifikasi dan survey daerah yang termasuk di dalam satuan wilayah pantai yang ditinjau. Adapun penjelasan tentang pembagian wilayah pesisir pantai Semarang menurut BAPPEDA Kota Semarang dapat dilihat pada gambar 1.1. Sebagai kawasan pengembangan lebih berorientasi pada sektor primer/rural (Pertanian, pertambakan, pariwisata, konservasi) Sebagai kawasan pengembangan fungsi perkotaa/sektor skunder dan tersier ( Pelabuhan, industri, permukiman dan fasilitasnya, pariwisata ) konservasi) Sebagai kawasan pengembangan yang lebih berorientasi pada sektor primer dan skunder/rural (Pertambakan, Pusat Pendaratan Ikan, industri, konservasi) Gambar 1.1 Pembagian wilayah pesisir menurut BAPPEDA Kota Semarang, 2010 I - 3

Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi studi dapat dilihat pada gambar 1.2 dibawah ini : (1999 2009) Gambar 1.2 Lokasi studi (Google Earth, 2009) Survey lapangan dilakukan disepanjang wilayah pantai Semarang bagian timur. Survey dilakukan dengan jalur darat dan jalur laut. Jalur darat kami lakukan untuk meninjau muara S.Sringin. Sedangkan jalur laut kami lakukan untuk menyusuri wilayah pesisir dari S.Tenggang sampai S.Babon, muara S.Tenggang dan S.Babon. Hal ini dikarenakan tempat-tempat tersebut tidak bisa dilewati dengan jalur darat. Berikut kami tampilkan beberapa foto hasil survey lapangan yang dapat mewakili untuk memberikan gambaran keadaan daerah tersebut. I - 4

2003 2007 ALUR KAPAL MASUK 2009 PENDANGKALAN MUARA SUNGAI (SEDIMENTASI) ALUR KAPAL MASUK (SETELAH ADA PENDANGKALAN) ABRASI TANGGUL SISI BARAT RUSAK (JEBOL) Gambar 1.3 Foto Udara Muara S. Sringin (Google Earth) Pada gambar 1.3 terlihat perubahan morfologi muara sungai, tahun 2007 tanggul sisi barat S.Sringin telah rusak, kemudian di tahun 2009 kerusakan akibat abrasi bertambah parah, ditambah dengan pendangkalan muara yang terjadi akibat sedimentasi, pendangkalan muara sungai sangat mengganggu bagi keluar masuknya kapal nelayan, karena untuk dapat mencapai muara sungai kapal harus memutar dan menempuh jarak yang lebih jauh. I - 5

` Gambar 1.4 Muara Sungai Sringin Sumber: pemotretan di lapangan Pada gambar 1.4 terlihat tanaman bakau yang berfungsi sebagai pelindung alami terhadap erosi sudah mulai rusak dan hilang, sehingga pada sisi timur muara Sungai Sringin mudah terjadi erosi. EROSI Gambar 1.5 Sisi timur muara S. Sringin Sumber: pemotretan di lapangan I- 6

Gambar 1.6 Sisi Timur Muara Sungai Sringin Sumber: pemotretan di lapangan Pada gambar 1.5 dan 1.6 terlihat bahwa pada sebagian muara sisi timur Sungai Sringin sama sekali tidak ada perlindungan secara alami ataupun buatan terhadap gerusan ombak,sehingga terjadi erosi yang mengakibatkan mundurnya garis pantai. ARAH HULU TAMBAK & TONGGAK JARING IKAN Gambar 1.7 Sisi Barat Muara Sungai Sringin Sumber: pemotretan di lapangan I - 7

Pada bagian sisi barat Sungai Sringin dipergunakan oleh penduduk sebagai lahan tambak dan dipenuhi oleh tonggak - tonggak bambu dengan kedalaman perairan sekitar 0.5 m hingga 1 m (dangkal) sehingga kapal nelayan tidak dapat merapat. ARAH HILIR ARAH HULU UJUNG JETTY Gambar 1.8 Muara Sungai Tenggang Sumber: Pemotretan di lapangan 2007 2009 Jetty sisi barat Jetty sisi timur ABRASI JETTY RUSAK Gambar 1.9 Foto Udara S.Tenggang 2007-2009 (Google Earth) SEDIMENTASI I - 8

Pada Gambar 1.9 terlihat bahwa terjadi kerusakan pada jetty Sungai Tenggang sehingga muara sungai yang dulunya mengarah ke utara kini menjadi mengarah ke timur. Pada muara sungai yang baru terlihat juga adanya sedimentasi, sehingga perahu nelayan tidak dapat masuk ke muara sungai. Di sisi timur muara Sungai Tenggang pada tahun 2007 terlihat masih adanya daratan yang dipergunakan sebagai tambak, namun pada tahun 2009 daratan beserta jetty sungai tersebut telah hilang karena abrasi, yang tersisa hanya bagian ujung jetty yang terbuat dari konstruksi batu polos. Perlu dilakukan re-desain terhadap konstruksi jetty agar nantinya dapat menahan hantaman dan gerusan gelombang yang datang dari arah timur. Gambar. 1.10 Sisi Timur Muara Sungai Tenggang Sumber: pemotretan di lapangan Pada gambar 1.10 terlihat bagian jetty yang rusak. Posisi kerusakannya yaitu pada bagian lengan, diperkirakan penyebab kerusakan adalah karena konstruksinya menggunakan batu dengan ukuran dan stabilitas yang tidak dapat menahan gelombang serta tidak adanya perawatan dan penanganan secara dini. Berbeda dengan bagian kepala jetty yang terlihat masih utuh. I- 9

Gambar 1.11 Sisi Timur Sungai Tenggang Sumber: Pemotretan di lapangan Pada tahun 2007 terdapat daratan yang menyatu dengan jetty bagian timur Sungai Tenggang, akan tetapi kini daratan yang digunakan oleh penduduk sebagai tambak sekaligus sebagai tanggul sisi timur muara S.Tenggang tersebut telah hilang terkena abrasi. Hal ini menunjukkan bahwa abrasi yang terjadi di daerah tersebut cukup besar sehingga diperlukan penanganan penanganan, salah satunya adalah dengan membangun bangunan pelindung pantai. I - 10

2003 2007 2009 PENDANGKALAN MUARA SUNGAI (SEDIMENTASI) ABRASI TANGGUL SISI TIMUR RUSAK (JEBOL) Gambar 1.12 Foto Udara S.Babon (Google Earth) Di wilayah Kota Semarang, Sungai Babon merupakan sungai yang terletak paling timur. Gambar 1.12 merupakan foto udara yang diambil dari google earth tahun 2003, 2007 dan 2009. Terlihat terjadi perubahan bentuk muara sungai, pada tahun 2009 tanggul sungai sebelah timur telah rusak (jebol) sehingga muara sungai berpindah dari yang dulu bermuara ke utara, sekarang bermuara ke timur. Pada daerah muara pada tahun 2009 dapat kita lihat kerusakan lahan akibat abrasi semakin besar ditambah dengan pendangkalan muara sungai (sedimentasi),yang mengakibatkan kapal nelayan tidak dapat merapat. I - 11

Gambar 1.13 Muara Sungai Babon Sumber: Pemotretan di lapangan Pada gambar 1.13 terlihat penumpukan sedimen terjadi di muara Sungai Babon. Sedimentasi ini menumpuk hingga tercipta sebuah daratan yang bisa dihinggapi oleh sekumpulan burung. TANGGUL SISI TIMUR RUSAK (JEBOL) sepanjang +- 400 m Gambar 1.14 Foto udara muara Sungai Babon (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Semarang, 2010) Pada gambar 1.14 terlihat tanggul sisi timur muara S.Babon jebol akibat abrasi & gerusan gelombang dari arah timur. I - 12

1.4. PEMBATASAN MASALAH Pada penyusunan Tugas Akhir ini, analisis dan penanganan kerusakan pantai Semarang bagian timur kami batasi pada lokasi yang memiliki kerusakan terparah dan harus segera ditangani agar lokasi tersebut bisa bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Dalam perencanaan bangunan pantai hanya dibatasi pada sistem perlindungan pantai dan muara sungai saja, tidak termasuk perencanaan sistem reklamasi. Dari hasil identifikasi dan survey di lapangan, di tiga sungai yang bermuara di pantai Semarang bagian timur, dapat disimpulkan bahwa lokasi pantai Semarang bagian timur yang mengalami kerusakan terparah adalah wilayah antara muara Sungai Tenggang hingga Sungai Babon, dengan melihat beberapa alasan berikut: a. Daerah antara muara Sungai Tenggang, Sungai Sringin dan Sungai Babon mengalami kerusakan akibat abrasi dan sedimentasi yang sangat parah. b. Sungai Seringin merupakan sungai yang paling banyak dipergunakan untuk lalu lintas kapal nelayan. c. Daerah antara Sungai Tenggang hingga Sungai Babon merupakan kawasan penting yang berorientasi pada sektor primer dan sekunder yaitu sebagai kawasan industri dan usaha pertambakan serta sebagai kawasan konservasi. d. Sabuk pantai yang digunakan untuk pengaman pantai berupa mangrove sudah banyak yang mengalami kerusakan dan tidak adanya pelindung buatan di sekitar muara sungai tersebut. e. Penanganan abrasi dan sedimentasi belum dilakukan secara sempurna sehingga kerusakan semakin bertambah parah. 1.5. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 10 bab yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan analisis kerusakan pantai dan perencanaan bangunan pelindung pantai. Secara garis besar sistematika penyusunan kerja praktek ini adalah sebagai berikut: I - 13

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi studi, pembatasan masalah, dan sistematika penyusunan laporan Tugas Akhir. BAB II STUDI PUSTAKA Bab ini berisi tentang telaah atau pembahasan suatu materi yang didasarkan pada literatur yang ada (buku referensi, karya ilmiah, jurnal, dsb) yang bertujuan memperkuat analisis, pembahasan maupun sebagai dasar untuk perhitungan berupa rumus-rumus yang nantinya akan digunakan dalam menyelesaikan Tugas Akhir. BAB III METODOLOGI Dalam bab ini akan dibahas tentang tahapan-tahapan dalam penyusunan Tugas Akhir. BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengidentifikasikan masalah dan analisis data. BAB V PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI, PEMODELAN POLA ARUS DAN PERENCANAAN PEMILIHAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI Dalam bab ini dibahas mengenai perubahan garis pantai dengan software GENESIS (Generalized Model for Simulating Shoreline Water Modeling System), pemodelan pola arus dengan software SMS (Surface water Modeling System), dan pemilihan bangunan pantai berdasarkan beberapa pertimbangan. I - 14

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI Dalam bab ini akan dibahas tentang perancangan struktur bangunan, desain teknis dan dimensi bangunan pantai pada lokasi yang terletak di pantai semarang bagian timur. BAB VII MATERIAL BAHAN, PERALATAN KERJA, DAN METODE PELAKSANAAN BANGUNAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai bahan material yang digunakan, peralatan kerja khususnya alat berat, lingkup pekerjaan, metode pelaksanaan, time schedule, network planning, dan analisis man power (tenaga kerja). BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA Dalam bab ini akan dibahas mengenai rekapitulasi RAB, analisis harga satuan pekerjaan, prosentase bobot pekerjaan dan perhitungan volume pekerjaan. BAB IX RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Bab ini berisi tentang syarat-syarat umum, syarat-syarat administrasi, dan syarat-syarat teknis pekerjaan. BAB X PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. I - 15

I - 16

I - 17

I - 18

I - 19

I - 20

I - 21