BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar sering dikaitkan dalam dunia pendidikan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran, setiap sekolah harus mengacu pada nilainilai. membimbing siswa baik dalam memahami konsep pelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kemajuan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tercapai sebagaimana yang diinginkan. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia ( id-ego super ego)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Ilmu yang memiliki pengaruh yang besar untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN. siswa mampu menyelesaikan semua persoalan-persoalan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. mampu bekerja sama. Kemampuan tersebut diberikan agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB V PEMBAHASAN. A. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif berpengaruh positif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja)

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN :

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya. maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif. bersama melalui teknik teknik tertentu. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 yaitu sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang bertujuan untuk menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu, matematika juga menuntut siswa untuk lebih bersikap teliti, tekun, disiplin, jujur, dan bertanggung jawab. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, yaitu : (1) Memiliki konsep matematika, menjelaskan kaitan antara konsep dan mengaplikasikan algoritma secara luas, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 1 Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut, jelas menyebutkan bahwa hal yang pertama yang harus dicapai siswa yaitu memiliki kemampuan pemahaman konsep dalam memecahkan persoalan matematika. Pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan terpenting dan bersifat fundamental dalam pembelajaran matematika, artinya pemahaman konsep merupakan tahap awal 1 Masmur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 12 1

2 bagi siswa dalam mempelajari matematika. Siswa yang mampu menguasai konsep dengan baik, maka siswa tersebut akan mudah mempelajari matematika ke tahap berikutnya. Siswa yang mampu menguasai konsep pembelajaran matematika dengan baik dan benar maka seyogyanya siswa tersebut akan mudah dalam mengaplikasikan konsep pembelajaran matematika tersebut. Tetapi, sebaliknya jika siswa tidak mampu menguasai konsep pembelajaran matematika dengan baik dan benar maka seyogyanya siswa tersebut akan merasa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep pembelajaran matematika tersebut. Baik itu secara teoritik maupun secara praktiknya. Namun, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMAN 1 Kampar Timur melalui wawancara dengan salah satu guru matematika Ibu Dra. Regina Syari pada tanggal 25 Januari 2013. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar hasil belajar matematika siswa masih dibawah Keriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari yang ditentukan sekolah yaitu 72. Dalam menghadapi permasalahan tersebut guru sudah mengupayakan berbagai perbaikan-perbaikan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa seperti, menerapkan pembelajaran kooperatif (pembelajaran berkelompok) metode eksperimen, metode Tanya jawab, diskusi kelompok, metode inkuiri, dan sebagainya. Tetapi kenyataannya upaya tersebut belum mampu meningkatkan hasil dan proses belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari beberapa gejala

3 dalam proses pembelajaran sebagai berikut : 1. Sebagian besar hasil ulangan atau ujian harian matematika siswa masih tergolong rendah dan belum mencukupi KKM yang ditentukan sekolah. 2. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika yang lebih menekankan pada pemahaman konsep suatu pokok bahasan tertentu. 3. Sebagian siswa tidak dapat menjelaskan kembali tentang konsep mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. 4. Ketika siswa diberi soal yang berbeda dengan contoh, siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. 5. Sebagian siswa masih merasa kesulitan dalam menyajikan konsep dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik. 6. Sebagian siswa masih bingung ketika disuruh mengerjakan soal dipapan tulis. 7. Siswa lebih cenderung menghafal rumus, tanpa memahami dari mana rumus tersebut diperoleh. Berhubungan dengan gejala tersebut, maka perlu dikembangkan suatu strategi mengajar inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan melibatkan siswa untuk mandiri, kreatif dan lebih aktif dalam pembelajaran matematika. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah pendekatan cooperative learning (Pembelajaran Kooperatif). Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

4 belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. 2 Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggug jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. 3 Pembelajaran kooperatif ini, memiliki beberapa tipe seperti Jigsaw, STAD, TAI, GI dan sebagainya. Dalam tipe jigsaw guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok ahli yang diambil dari masing-masing anggota kelompok asal. Hingga akhirnya masing-masing kelompok akan mempersentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas Pembelajaran dengan cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian Wardani yang dikutip oleh Isjoni menyebutkan bahwa dalam penelitiannya dikalangan siswa SMA Tasik Malaya dalam mata pelajaran matematika, menyatakan bahwa : melalui cooperative learning tipe jigsaw menunjukkan hasil belajar siswa yang signifikan dan ditinjau dari rata-rata hasil belajar berkategori baik. Dari segi efektif, secara umum siswa dalam cooperative learning tipe jigsaw lebih aktif dan saling memberikan pendapat, kondusif belajar menyenangkan dan guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok mengambil bagian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 4 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 202 3 Ibid, h. 203 4 Isjoni, Efektivitas Model Cooperative Learning Mata Pelajaran Sejarah, (Pekanbaru,2009), h.81

5 Berdasarkan penelitian tersebut jelas menyebutkan bahwa cooperative learning tipe jigsaw memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, dimana salah satu aspek pencapaian hasil belajar tersebut adalah pemahaman konsep siswa, maka apabila cooperative learning tipe jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar siswa, berarti cooperative learning tipe jigsaw juga mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Di samping itu, dalam proses pembelajaran seorang guru juga perlu menerapkan metode belajar yang melatih siswa belajar sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep atau materi yang dipelajarinya. Agar pembelajaran yang dilakukan siswa lebih bermakna. Menurut Trianto, dalam menanamkan konsep, pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru. 5 Hal ini juga senada dengan pendapat Ebbutt dan Straker yang dikutip oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP ) tentang hakikat dan karakteristik pembelajaran matematika disekolah yaitu: 6 Matematika sebagai kegiatan penulusuran pola dan hubungan. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah guru perlu: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dan sebagainya, (4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya. 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inivatif-Progresif, ( jakarta: kencana, 2010), h. 171 6 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (Jakarta, 2008), h.1

6 Berdasarkan hakikat dan karakteristik pembelajaran matematika tersebut yang menekankan pada konsep penemuan ( inquiry), maka guru diharapkan mampu menggunakan metode belajar yang mengarah kepada hakikat dan karakteristik pembelajaran matematika tersebut. Salah satu metode yang dapat diterapkan guru untuk melatih siswa menemukan dan melakukan penyelidikan dalam memecahkan persoalan matematika secara aktif adalah metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa menemukan sendiri konsep atau materi yang dipelajarinya, sehingga pengetahuan yang didapat siswa dalam proses pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. 7 Menurut Suparno yang dikutip oleh Isjoni mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. 8 Pembelajaran menggunakan metode inkuiri juga dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik. 9 Oleh sebab itu, pembelajaran menggunakan pendekatan cooperative learning tipe jigsaw apabila dikombinasikan dengan metode 7 Isjoni, Op.cit, h.55 8 Ibid, h. 55 9 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 31

7 inkuiri akan mampu memberikan pengaruh yang positif pada pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik akan melakukan penelitian eksperimen yang berjudul: Pengaruh Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw dengan Metode Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa di SMAN 1 Kampar Timur. B. Definisi Istilah 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses memperoleh pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika. 10 2. Pendekatan Cooperative Learning Pendekatan cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak -partisipasif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. 11 10 Risnawati, Strategi Pembelajaran Matematika, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 5-6 11 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 51

8 3. Pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw Pendekatan cooperative learning tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie dalam Rusman bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. 12 4. Metode inkuiri Metode inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. 13 5. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. 14 C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 12 Rusman, op.cit, h. 218 13 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakar ta : Bumi Aksara, 2009), h. 76 14 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Model Penilaian Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 2006), hal. 59

9 a. Hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah. b. Pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah. c. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam, maka dalam penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh penerapan pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dengan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep matematika siswa di SMA Negeri 1 Kampar Timur. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada perbedaan pemahaman konsep matematika siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dengan metode inkuiri dan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional di SMAN 1 Kampar Timur? D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pemahaman konsep matematika siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

10 pendekatan Cooperatif Learnng tipe jigsaw dengan metode inkuiri dan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional di SMAN 1 Kampar Timur. 2. Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut: a. Bagi siswa 1) Dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam belajar matematika. 2) Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran matematika. b. Bagi guru 1) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. 2) Dapat mengetahui pendekatan pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat dikurangi. c. Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana menggunakan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan.