BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB II KETENTUAN UMUM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober Artikel: Wikipedia Thre Free

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(1) Pemetaan bandar udara intemasional sebagaimana dimaksud. Pasal 7 ayat (7) tercantum dalam lampiran VIII.

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

yang lebih luas1 Dari sarana transportasi udara tersebut, komunikasi dengan bangsa lain

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pada sektor-sektor lain (ship follows the trade) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Transportasi adalah kegiatan untuk memindahkan, menggerakkan, atau mengalihkan objek, baik itu barang maupun manusia, dari tempat asal ke tempat tujuan (Miro, 2002). Prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan; dan (2) sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut (Tamin, 2000). Sifat jasa, operasi dan biaya membedakan alat transportasi menjadi angkutan kereta api, angkutan motor dan jalan raya, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan pipa. Setiap jenis angkutan tersebut memiliki keunggulan dan karakteristik masing-masing (Nasution Nur, 1996). Transportasi udara merupakan kegiatan dengan menggunakan pesawat udara yang memiliki keistimewaan dapat membuat interaksi atau memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain dengan relatif waktu lebih cepat pencapaiannya dan juga mampu melintasi rintangan alam yang tidak teratasi oleh transportasi lainnya. Seperti transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong. Peran transportasi sebagai penunjang dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang efektif dan 11

12 efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya, sekaligus juga berperan dalam menggerakkan dinamika pembangunan. Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah terpencil. Keberadaan infrastruktur memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu kota. Keberadaan suatu transportasi secara umum memiliki pengaruh antara lain perubahan penggunaan lahan penyebaran dan kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas penduduk, pembangunan berbagai fasilitas fisik dan perubahan sosial budaya masyarakat (Catanese dan Snyder, 1979). 2.1.1 Peran bandar udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia mengatakan bandar udara memiliki peran antara lain sebagai berikut: 1. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute penerbangan sesuai hirarki bandar udara; 2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian;

13 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi dalam bentuk inter koneksi antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya; 4. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di sekitarnya; 5. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain; 6. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Kepulauan dan/atau di daratan; 7. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam pada wilayah sekitarnya; 8. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara, digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan

14 dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.1.2 Pengaruh pembangunan bandar udara Pembangunan bandar udara tentunya akan memiliki keterkaitan tentang perkiraan terhadap perubahan yang terjadi di kawasan sekitar bandara. Pembangunan bandara akan memicu terjadi tumbuhnya aktivitas baru lainnya disekitar kawasan bandara karena juga dipengaruhi oleh adanya pola permintaan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pembangunan Bandara adalah upaya penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi udara yang efektif dan efisien yakni guna meningkatkan kelancaran arus manusia, barang dan jasa, serta membantu terbentuknya pola distribusi jasa transportasi udara yang merata ke seluruh wilayah tanah air (Adiasasmita, 2012). Adapun pengaruh dari adanya pembangunan bandara antara lain sebagai berikut: 1. Pengaruh Ekonomi Pembangunan bandara akan memberikan pengaruh terhadap perubahan dalam aspek ekonomi. Perubahan yang terjadi akan memberikan perkembangan terhadap sektor-sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa, industri, dan kegiatan ekonomi lainnya. Kegiatan ini akan membawa pengaruh positif, misalnya terjadi peningkatan negosiasi dan perjanjian perdagangan, pengiriman barang-barang perdagangan, dan akan diikuti oleh peningkatan kegiatan produktif dalam sektor-sektor primer

15 (pertanian), sekunder (industri), dan tersier atau jasa (perdagangan, perbankan dan lainnya). Peningkatan kegiatan produktif akan mendorong peningkatan perekonomian, baik nasional maupun regional dan lokal (Adiasasmita, 2012). 2. Pengaruh Sosial Pembangunan bandara juga akan memberikan pengaruh sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya, yakni ditandai dengan bertambahnya mobilitas penduduk suatu wilayah. Meningkatnya mobilitas penduduk akan mendorong masyarakat untuk berwawasan lebih luas dan memiliki pola pikir maju. Selain itu, juga terjadi peningkatan terhadap jaringan sosial masyarakat, dengan meningkatnya pelayanan transportasi udara yang semakin luas dan lancar, akan menciptakan terjalinnya jaringan sosial antar penduduk dan antar lembaga diantara berbagai daerah makin kuat dan intensif. Jaringan sosial yang semakin luas, berarti interaksi sosial semakin luas pula (Adiasasmita, 2012). 3. Pengaruh Kewilayahan Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan bandara di suatu wilayah akan memberikan pengaruh yang dinamis terhadap perkembangan wilayah tersebut. Salah satunya yaitu dapat terciptanya interaksi pembangunan antar wilayah yang saling membutuhkan dan menunjang kemajuan satu sama lain. Peningkatan perekonomian wilayah ini akan berdampak positif juga terhadap kesejahteraan masyarakat yang

16 didukung dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, meningkatnya pendapatan masyarakat, serta dapat mewujudkan stabilitas harga yang sehat. Hal tersebut pun akan membantu terciptanya pola distribusi nasional yang baik dan dinamis, seta mendukung pengembangan wilayah dalam kehidupan masyarakat dimasa yang akan datang (Adiasasmita, 2012). 2.2. Perumahan dan Permukiman Hierarki kebutuhan manusia terhadap pemenuhan hunian yang terdiri dari: survival needs, safety and security needs, affliation needs, estem needs, cognitive and aesthetic needs (Sastra dan Marlina, 2006). Teori ini menjelaskan terdapat tahapan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Setelah kebutuhan jasmani manusia terpenuhi, maka tempat berlindung atau rumah menjadi kebutuhan yang dipenuhi manusia sebagai motivasi pengembangan diri ke arah kehidupan yang lebih baik. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan, namun rumah telah memberikan ketenangan, kesenangan dan kenangan atas segala peristiwa dalam kehidupan. Hal tersebut seide dengan adanya perbedaan antara rumah sebagai fisik bangunan dan rumah sebagai ruang hidup. Pasal 1 mendefinisikan perumahan adalah kumpulan rumah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya

17 pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia yang tujuannya untuk mempertahankan hidup secara lebih mudah dan lebih aman, dan mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Pengertian permukiman juga dapat dirumuskan sebagai suatu kawasan perumahan yang ditata secara fungsional sebagai satuan sosial, ekonomi, dan fisik tata ruang, dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum, dan fasilitas sosial. Permukiman atau perumahan akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsur, yaitu nature (alam), man (manusia), society (kehidupan sosial), shell (ruang), dan networks (hubungan) (Doxiadis, 1974). Perumahan merupakan tempat tiap individu yang ada saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain serta memiliki sense of belonging atas lingkungan tempat tinggalnya. Perumahan juga dapat diartikan sebagai suatu cerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan

18 tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Kuswartojo dan Rosnarti, 2005). Permukiman sebagai bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi pula segala sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan (Sumaatmadja, 1981). 2.3 Perkembangan Perumahan Dalam kaitannya dengan persebaran penduduk dengan tumbuhnya perumahan dan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan yang relatif datar akan membentuk pola-pola tersendiri yang secara keseluruhan dipengaruhi oleh posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya (Branch, 1996). Hal ini mencerminkan bahwa kondisi topografi yang relatif datar di wilayah penelitian merupakan modal dasar dari pertumbuhan perumahan dan permukiman. Hal-hal yang mempengaruhi dalam perkembangan perumahan adalah pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis (technical factors); lokasi (locations); estetika (aesthetics); komunitas (community); pelayanan kota (city services); dan biaya (costs), (Catanese dan Snyder, 1979). Perkembangan perumahan kekotaan dipicu oleh dua peristiwa utama yang mewarnai perkembangan peradaban manusia yaitu peristiwa revolusi pertanian dan revolusi industri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah perkembangan sosial ekonomi, perkembangan industri dan perkembangan transportasi (Clark, 1982).

19 Dalam perkembangan perumahan ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Kependudukan; (2) Pertanahan; (3) Pembiayaan dan Dana (Peraturan Perundang-undangan Departemen Pekerjaan Umum, 1994). Selama kebijaksanaan tentang lokasi perumahan belum ditegakkan secara mapan, maka perkembangan lokasi perumahan, termasuk sarana dan prasarananya akan cenderung berjalan masing-masing tanpa keterpaduan yang harmonis dengan elemen lainnya. Dengan bermunculannya pengembang yang semakin banyak, telah mendorong perkembangan lokasi-lokasi perumahan baru tumbuh secara acak. Penghuni pemukiman dalam melakukan berbagai kegiatan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan budayanya. Sehingga dari kedua unsur tersebut yang akan mempengaruhi menjadi faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan perumahan dan permukiman (Sumaatmadja Nursid, 1981) antara lain: 1. Faktor fisik alamiah Faktor fisik akan mempengaruhi perkembangan perumahan dan permukiman karena keberadan rumah dan pemukiman tidak akan lepas dari kondisi lahan yang ditempatinya, meliputi keadaan tanah, keadaan hidrografi, iklim, morfologi, sumber daya alam. Faktor-faktor ini membentuk pola perluasan pemukiman dan bentuk pemukimannya. 2. Faktor sosial Karakter dan kondisi sosial penduduk dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Penduduk perkampungan memiliki rasa kebersamaan cukup tinggi.

20 3. Faktor budaya Pola hidup yang menjadi kebiasaan di kampung-kampung yang masih terbawa dalam lingkungan kehidupan kota diantaranya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan kebersihan. 4. Faktor ekonomi Kemampuan penduduk untuk memiliki tempat tinggal dipengaruhi oleh harga lahan, kemampuan daya beli, lapangan penghidupan dan transportasi. 5. Faktor politis Kondisi politik suatu negara mempengaruhi pertumbuhan pemukiman karena keadaan pemerintahan dan kenegaraan yang stabil dilengkapi dengan peraturan serta kebijaksanaan pemerintahnya akan menciptakan suasana yang aman dan situasi menguntungkan untuk membangun. Berkembangnya suatu perumahan dapat dilihat dari ciri-ciri fisik perkembangan perumahan yang dapat diamati secara langsung (Branch, 1996). Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan penduduk bertambah dan membuat kawasan tersebut semakin padat, bangunan-bangunan semakin banyak dan rapat, luasan lahan peruntukan perumahan yang semakin luas, serta semakin lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi

21 2.3.1 Penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman Pembangunan dan aktivitas yang terjadi pada suatu kawasan akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut (Yunus, 2000). Hal ini menunjukan faktor aktivitas manusia sangat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Kebutuhan dan aktivitas manusia menyebabkan tuntutan kebutuhan lahan semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya tersebut. Kebutuhan bermukim manusia yang semakin banyak menuntut penyediaan lahan untuk perumahan semakin banyak pula, maka terjadi perubahan penggunaan lahan untuk perumahan. Perubahan guna lahan adalah alih fungsi atau mutasi lahan secara umum menyangkut tranformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain (Tjahjati, 1997). Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam, dan dipengaruhi oleh faktor manusia (kebutuhan manusia akan tempat tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi), Faktor fisik kota (pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian), dan Faktor bentang alam (kemiringan lereng dan ketinggian lahan).

22 2.3.2 Ketersediaan sarana dan prasarana Perumahan juga harus disediakan sarana sarana seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lainnya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk. Hal-hal yang sering terabaikan padahal sangat penting artinya bagi kelayakan hidup manusia penghuni lingkungan perumahan adalah sarana dan prasarana (Budiharjo, 1992), yang meliputi: 1. Pelayanan sosial (social services), seperti sekolah, klinik, puskesmas, rumah sakit yang pada umumnya disediakan oleh pemerintah. 2. Fasilitas sosial (social facilities), seperti tempat peribadatan, persemayaman, gedung pertemuan, lapangan olahraga, tempat bermain/ruang terbuka, pertokoan, pasar, warung, kaki lima dan sebagainya. 3. Prasarana lingkungan meliputi jalan dan jembatan, air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor dan persampahan. Dalam sebuah lingkungan perumahan harus disediakan prasarana untuk memberikan kemudahan (Sastra dan Marlina, 2006). Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan perumahan dan permukiman akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana (Budiharjo, 1992). Dengan begitu perumahan dan aktivitas yang berkembang akan mempengaruhi kondisi sarana prasarana perumahan secara kualitas dan kuantitas. Salah satu ciri

23 perkembangan fisik perumahan dan permukiman adalah semakin lengkapnya fasilitas pendukung ekonomi dan sosial. 2.3.3 Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu sama lain, mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi (Black, 1981). Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dari sebuah sistem (Magribi, 1999). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. mengatakan aksesibilitas adalah masalah waktu dan juga tergantung pada daya tarik dan identitas rute perjalanan (Lynch, 1960) Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota atau wilayah lain yang berdekatan (Tarigan Robinson, 2004). Aksesibilitas suatu tempat perlu memperhatikan kemudahan dari transportasi yang baik ke tempat-tempat tertentu. Aksesibilitas suatu tempat dapat memudahkan hubungan satu tempat dengan lainnya yang didukung oleh transportasi. Penghuni perumahan lebih tertarik dengan aksesibilitas yang mudah menuju tempat kerja, sekolah, toko, pelayanan kesehatan dan tempat rekreasi. Indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua

24 tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa indikator aksesibilitas. Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi (Tamin, 2000). 2.4 Rangkuman Literatur Adapun rangkuman literatur dapat dengan jelas dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Rangkuman Literatur No Sumber Variabel Hasil Indikator 1 Catanese dan Keberadaan Keberadaan infrastruktur Keberadaan Snyder, 1979 Bandara Kuala Namu memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan Bandara Kuala Namu masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu kota. Keberadaan suatu transportasi memiliki pengaruh antara lain perubahan penggunaan lahan penyebaran dan kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas penduduk, pembangunan berbagai fasilitas fisik dan perubahan sosial budaya masyarakat. 2 Adisasmita, 2012 Pembangunan Bandara memberikan pengaruh antara lain pengaruh ekonomi, pengaruh sosial dan pengaruh kewilayahan

25 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Sumber Variabel Hasil Indikator 3 Catanese dan Perkembangan Hal-hal yang mempengaruhi 1. Penggunaan Snyder, 1979 Perumahan dalam perkembangan Lahan perumahan adalah permukiman pewilayahan (zoning); utilitas (utilities); faktor-faktor teknis 2. Ketersediaan fasilitas (technical factors); lokasi sosial dan (locations); estetika (aesthetics); komunitas (community); pelayanan kota (city services); dan biaya (costs) 4 Clark (1982), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah perkembangan sosial ekonomi, perkembangan industri dan perkembangan transportasi. 5 Branch, 1996 Berkembangnya suatu perumahan dapat dilihat dari ciri-ciri fisik perkembangan perumahan yang dapat diamati secara langsung Perkembangan fisik kawasan tersebut ditandai dengan Penduduk bertambah dan membuat kawasan tersebut semakin padat, Bangunanbangunan semakin banyak dan rapat, Luasan lahan peruntukan perumahan yang semakin luas, Semakin lengkapnya fasilitas yang mendukung kegiatan sosial ekonomi 6 Sastra dan Marlina, 2006 Sebuah lingkungan perumahan harus disediakan prasarana untuk memberikan kemudahan. ekonomi 3. Aksesibilitas 4. Prasarana lingkungan/ utilitas

26 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Sumber Variabel Hasil Indikator 7 Budiharjo, 1992. Perkembangan Perumahan Pembangunan dan kompleksitas aktivitas dalam suatu lingkungan perumahan dan permukiman akan mempengaruhi sarana prasarana kondisi 8 Black, 1981 Aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu sama lain, mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi 9 Magribi, 1999 Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempattempat atau kawasan dari sebuah sistem 1. Penggunaan Lahan permukiman 2. Ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi 3. Aksesibilitas 4. Prasarana lingkungan/ utilitas