BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyajian Musik iringan dalam pencak silat di Jawa Barat pada umumnya dibangun oleh beberapa jenis waditra diantaranya dua buah kendang besar dan empat buah kendang kecil (kulanter), tarompet dan kempul. Musik pengiring ibing penca ini khususnya di Bandung mengalami perkembangan yang cukup dinamis (Raspuzi 92:2011). Penyajian garap irama musiknya tidak lagi hanya berpatokan pada irama yang sudah baku, tetapi mulai adanya kreasi menciptakan irama baru dan juga menambahkan waditra yang tidak lazim digunakan dalam mengiringi ibing penca.dengan keadaan tersebut penyaji memiliki ketertarikan terhadap pencak silat terutama dalam iringan musiknya. Salah satu waditra yang sangat menarik bagi penyaji dalam iringan pencak silat adalah tarompet. Alat tiup ini merupakan waditra yang tidak bisa dipisahkan dengan waditra yang lainnya, karena tarompetmemiliki ciri khas dalam setiap sajian. Kekhasan tarompet ini terletak pada setiap ibingan yang dibawakannya misalnya seperti tepak dua dengan lagu kendor kulon, ayun ambing, deklarasi. Tepaktilu dengan lagu kembang bereum, banudin, mainang, joher. Padungdung kendor dengan lagu kidung atau gedong panjang. Dari ibingan yang berbeda beda tersebut iramanya
mempengaruhi karakter setiap lagu karena setiap ibingan memiliki tempo yang cepat, lambat dan sedang. Faktor yang membuat penyaji tertarik terhadap tarompet yaitu karena tidak ada pemain tarompet di perguruan/padepokan pencak silat Surya Dharma Pusaka yang berada di lingkungan rumah penyaji yaitu di daerah Cibiru. Dengan rasa penasaran penyaji terhadap tarompet yangsangat besar, sehingga penyaji berniat mempelajari permainan tarompet lebih fokus untuk membuktikan dan mengetahui lebih dalam tentang teknik permainan tarompet. Sebelum penyaji menempuh kuliah di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI)Bandung untuk belajar tarompet penyaji sering mendengarkan rekaman kaset pencak silat dari kaset pita ataupun vcd/dvd dengan juru tarompet Muhtar D.S dan Soleh Rachman (olet). Gaya permainan tarompet Soleh Rachman (Olet) dan Muhtar D.S. berhasil menarik hati penyaji untuk semakin fokus belajar tarompet, dengan keindahan gaya tiupan dan keahlian mereka sehingga kedua seniman tarompet tersebut dijadikan sumber inspirasi penyaji dalam bermain tarompet. Mereka berdua memiliki perbedaan gaya dalam bermain tarompet, jika Soleh Rachman (Olet) memiliki gaya permainan yang penuh dengan ornamentasi sedangkan Muhtar D.S memiliki gaya permainan santai, Lugas dan ketepatan nada yang tegas. Ketika kuliah di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI)Bandung, tepatnya di jurusan karawitan, penyaji mengambil mata kuliah pilihan keterampilan atau mata kuliah spesialis alat tiup tarompet.selain belajar dalam perkuliahan penyaji pun
belajar terhadap beberapa seniman tarompet diluar kampus yang sangat kompeten dalam permainan tarompet, hal demikian penyaji lakukan untuk meningkatkan kemampuan penyaji dalam memainkan tarompet. Setelah penyaji belajar dari kampus dan seniman luar kampus penyaji menyadari bahwa salah satu teknik yang sangat rumit adalah menyesuaikan teknik tiupan dan penjarian, kedua tekniksangat berperan penting dalam menghasilkan nada yang diinginkan seperti yang pernah disampaikan oleh Yoyon Darsono ketika dalam perkuliahan: tiupan sangat berperan dalam menghasilkan nada yang diinginkan, karena nada yang di hasilkan dari tiupan tarompet adalah hasil dari pengolahan teknik tiupan yang di kombinasikan dengan teknik penjarian. Seperti contoh dalam penjarian nada salendro, ketika tiupan sedang dan sesuai maka nada yang di hasilkan akan salendro pula, tetapi jika tiupan di kencangkan maka nada yang dihasilkan adalah mataraman meskipun masih dalam penjarian salendro. Dari pernyataan tersebut diatas merupakan salah satu kerumitan yang ada dalam teknik tiupan, sehingga kepekaan rasa terhadap nada sangat penting dalam permainan tarompet. Teknik tiupan tersebut berdampak terhadap penjarian yang akan digunakan dalam tarompet, karena alat tiup ini memiliki perbedaan penjarian sesuai kebiasaan pemain tarompetnya. Misalnya seperti salah satu contoh penjarian tarompet di bawah ini:
Tugu Loloran panelu galimer singgul Gambar 1 penjarian tarompet dalam nada salendro 1= tugu Keterangan : = dibuka = ditutup Adapun yang menggunakan sistem penjarian dengan cara berikut: Tugu Loloran panelu galimer singgul Gambar 2 penjarian tarompet dalam nada salendro 1= tugu
Keterangan : = dibuka = ditutup Dari kedua teknik tiupan dan penjarian tersebut mempunyai peran penting dalam permainan tarompet, sehingga tiupan sedang, pelan atau kencang akan mempengaruhi terhadap nada yang akan dihasilkansehingga harus disesuaikan dengan sistem penjarian yang benar.kedua teknik tersebut harus dikuasai paling dasar, karena jika teknik tiupan dan teknik penjarian kurang baik maka tidak akan berpengaruh dalam teknik lainnya seperti ornamentasi, dinamika, pengolahan kalimat lagu, dan karakteristik sebuah lagu. Dari beberapa sumber pengetahuan tentang teknik teknik permainan tarompet yang dikuasai, penyaji merasa mampu untuk menyajikan pada sebuah sajian tarompet dalam iringan pencak silat sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Tugas Akhir untuk menyandang gelar sarjana di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Tugas Akhir Penyajian karya seni iringan pencak silat ini berjudul Tarompet PanggaetHate, Tarompet adalah tatabeuhananu disadana ditiup(waditra yangdimainkan penyaji),panggaet berasal dari kata gaet yang memiliki arti ngait (Danadibrata:2006), dan hate adalah puseurna rasa jelema (Lembaga Basa dan Sastra Sunda:1994). Jadi TarompetPanggaet Hatememiliki makna sebagai ketertarikan hati penyaji terhadap tarompet. karena dari berbagai jenis waditra dalam Karawitan Sunda tarompet adalah alat tiup yang sangat menarik untuk dipelajari. Sehingga dari rasa ketertarikan yang
begitu mendalam ini, kelak penyaji ingin menjadi seniman yang ahli dan mampu untuk menguasai berbagai teknik teknik dalam mempermainkan tarompet. B. Tujuan penyajian Ada beberapa tujuan dalam Tugas Akhir penyajian karya seni tarompét dalamiringan pencak silatyaitu: 1. Sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar sarjana S 1 2. Sebagai salah satu upaya peningkatan dan pengembangan kreatifitasdalam menyajikan tarompét. 3. Sebagai salah satu tolak ukur penyaji dalam proses belajar alat tiup tarompétdi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. 4. Mengaplikasikan pengetahuan dan potensi yang dimiliki oleh Penyaji. 5. Sebagai evaluasi kelayakan penyaji sebelum terjun ke masyarakat. Berdasarkan kepada tujuan tujuan tersebut, diharapkan penyajian karya seni Tarompet Panggaet Hate ini akan menjadi rangsangan kepada generasi muda untuk mau melakukan dan mencoba menuangkan kreatifitasnya demi perkembangan dan kemajuan kesenian yang ada di Jawa Barat.
C. Sumber penyajian Setiap pemain tarompét memiliki gaya dan kekhasan masing masing sesuai kemampuannya mengolah teknik berdasarkan kemampuandan pengalaman empiriknya. Oleh karena itu karena penyaji masih dalam tahap pemula sehingga belum memiliki gaya yang khas, maka penyaji akan menggabungkan gaya dari beberapa orang seniman tarompet sebagai sumber dalam meningkatkan kemampuan penyaji diantaranya yaitu: 1. Sumber Primer a. Cecep Wijaya sebagai dosen alat tiup tarompet. dari beliau penyaji mendapatkan teknik dasar bermain tarompet. b. Yoyon Darsono sebagai dosen alat tiup tarompet. dari beliau penyaji mendapatkan teknik ornamentasi tarompet. c. Nana Suryana. Seniman tarompet. Dari beliau penyaji mendapat teknik dan motif tarompet yang mirip dengan Muhtar D.S. yang digunakan dalam lagu kidung, buah kawung, maung lugay, cawadan dan mitra. d. Wawan. Seniman tarompet. Dari beliau penyaji mendapatkan lagu ayun ambing dan banudin. Tiupan Wawan ini mirip dengan gaya permainan Soleh Rachman.
e. Cucu Hadiat. Seniman tarompet. Dari beliau penyaji mendapatkan teknik ornamentasi dalam menghiasi sebuah frase lagu, salah satunya dalam lagu gedong panjang. f. Ardi Permana. Seniman tarompet dari beliau penyaji mendapatkan teknik tiupan gaya Soleh Rachman dalam lagu sedihprihatin 2. Sumber Sekunder a. Kendang penca, Medar Lampah Siliwangi, tahun 1994, produksi SP Records, Gajah Putih Mega Paksi Pusaka. b. Kidung 3 Laras, rekaman hasil penyadapan, tahun 2014.