Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang menjanjikan bagi bidang pertanian

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

IDENTIFIKASI VARIETAS JERUK

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

P R O S I D I N G ISSN: X SEMNAS BIODIVERSITAS Mei 2015 Vol.4 No.3 Hal:

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

Emi Budiyati 1, Nirmala FD. 2, dan Setiono 3

PERSEBARAN DAN KARAKTERISASI INDUK JERUK KEPROK TAWANGMANGU ASLI (Citrus reticulata Blanco ssp Tawangmangu)

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sebagai satu dari empat jenis buah yang ditetapkan sebagai komoditas prioritas

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT TUJUH VARIETAS JERUK KEPROK (Citrus reticulata Blanco) IKA NANTI NUR HIDAYATI

Teknologi Top Working Pada Tanaman Jeruk

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT

EKSPLORASI TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L. ) DI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG

Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

TINJAUAN PUSTAKA. (bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

berdasarkan kriteria Gleason dengan LD mg kg BB -1 dan tidak ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan

MANFAAT MATA KULIAH. 2.Merancang program perbaikan sifat tanaman. 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman

MEMBANGUN KERJASAMA PVTPP DENGAN PEMDA DAN BPTP

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Citrus merupakan genus dari famili Rutaceae dimana pada famili ini

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

Elsje T. Tenda dan Jeanette Kumaunang Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Indonesian Coconut and Other Palmae Research Institute RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai

Profil DNA 10 aksesi tanaman obat sambiloto dari Pulau Kalimantan

EKSPLORASI PLASMA NUTFAH PADI LOKAL DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA, MALUKU UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Transkripsi:

EVALUASI KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH JERUK 15 VARIETAS KEPROK DAN 7 VARIETAS MANIS DI DUA KETINGGIAN (KEBUN PERCOBAAN TLEKUNG 950 M DPL DAN KEBUN PERCOBAAN BANJARSARI 2 M DPL) Emi Budiyati* dan Jati Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung No. 1 Junrejo, Batu, Jatim *e-mail : emi.budiyati@yahoo.co.id ABSTRAK Tanaman jeruk menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hasil eksplorasi jenis-jenis jeruk dan kerabat liarnya menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan plasma nutfah, untuk itu diperlukan Evaluasi keragaan pertumbuhan vegetatif 15 asesi jenis keprok dan 7 asesi jenis manis baik di dataran tinggi maupun rendah untuk mengetahui sebarannya sesuai lingkungan yang dikehendaki dua jenis jeruk tersebut. Penelitian di susun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok, diulangi 3 kali dengan unit percobaan 1 tanaman. Hasil menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan di KP Banjarsari (dataran rendah) menunjukkan pertumbuhan yang optimal dibanding di KP Tlekung (dataran tinggi) baik tinggi tanaman maupun diameter batang dan lebar tajuk. Hasil data statistik menunjukkan bahwa Keprok Gayo, Blinyu, Freemont, Siompu, Maseh, Pachuan, Berkerah, Chokkun, Thay Ayam, Maga, dan Selayar adalah plasma nutfah jeruk keprok yang mudah terkonservasi karena memiliki nilai perbedaan yang tidak signifikan antara dataran tinggi dan dataran rendah. Sedangkan varietas jeruk manis yang mudah terkonservasi adalah Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, dan Manis Thomson. Kata Kunci : Jeruk keprok, Jeruk manis, varietas, dataran rendah, dataran tinggi PENDAHULUAN Plasma nutfah adalah suatu salah satu sumber daya yang penting untuk dilestarikan setelah air, tanah, dan udara (BPTP Sumatera Selatan, 2011). Plasma nutfah juga merupakan koleksi sumber daya genetik yang tediri atas keanekaragaman tumbuhan, hewan, atau jasad renik untuk banyak tujuan. Kekayaan plasma nutfah di alam memiliki potensi dalam industri pertanian. Hal ini dikarenakan plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, atau gen yang mampu bertahan pada cekaman lingkungan. Salah satu yang memiliki keragaman gen paling tinggi adalah tanaman jeruk (Cottin, 1997 dalam Karsinah et al., 2002). Tanaman jeruk menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hasil eksplorasi jenis-jenis jeruk dan kerabat liarnya menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan plasma nutfah (Surgiyanto dan Supriyanto, 1992 dalam Karsinah et al., 2002). Dari sekitar 91 Kode Aksesi Tanaman Jeruk yang ditanam di Kebun Percobaan (KP) Tlekung-Batu dan 70 Kode Aksesi Di Kebun Percobaan (KP) Banjarsari-Probolinggo, akan dikarakterisasi secara vegetatif pada dua varietas jeruk yaitu jeruk keprok dan jeruk manis pada dataran tinggi dan dataran rendah. Keragaman sumber daya genetic jeruk sangat tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya asesi atau varietas yang telah dikoleksi di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Batu, Jawa Timur yang berasal dari hasil eksplorasi maupun hasil introduksi. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa varietas unggul jeruk keprok yang kualitasnya dapat menandingi jeruk impor. Beberapa varietas jeruk keprok komersial hasil seleksi Balitjestro maupun dari Pemerintah Daerah yang sudah dilepas oleh Kementrian Pertanian dengan kualitas buah yang tidak kalah dengan jeruk impor antara lain Keprok Batu 55 berasal; dari Batu, Jawa Timur, keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Pulung dari Jawa Timur, keprok Tawangmangu dari Jawa Tengah, dan keprok SOE dari NTT. Jenis keprok lainnya seperti keprok Tejakula (Bali), keprok Madura, keprok Borneo Prima (Kaltim) dan keprok Trigas (Kalbar) tampaknya juga dapat berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang khususnya untuk dataran rendah ( Budiyati, E. 2013) Selain varietas varietas unggul yang sudah didaftrakan tersebut diatas, masih banyak varietas varietas jeruk harapan pada koleksi Balitjestro yang masih belum dievaluasi keunggulannya, baik secara produktivitas maupun kualitasnya apabila ditanam di berbagai ketinggian. Untuk itu dibutuhkan evaluasi varietas- varietas harapan baik jeruk keprok maupun jeruk manis di dataran tinggi maupun dataran rendah untuk diketahui potensi keunggulannnya sehingga bisa dikembangkan sesuai habitatnya. 906

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tlekung (950 m dpl ) dan Kebun Percobaan Banjarsari (2 m dpl) dengan menggunakan benih tanaman rekoleksi jeruk keprok dan manis yang berumur 8 bulan setelah tanam. Penelitian di susun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok, diulangi 3 kali dengan unit percobaan 1 tanaman. Pengamatan karakterisasi vegetatif dilakukan dengan pengukuran diameter batang bawah, diameter batang atas, panjang tajuk, dan tinggi tanaman. Selanjutnya analisa statistik menggunakan T-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pertumbuhan tinggi tanaman di KP Tlekung dan KP Banjarsari dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Pada gambar 3.2.1 dibawah ini grafik plasma nutfah tanaman jeruk keprok yang dapat tumbuh paling optimum, sedang, dan kurang optimum di dataran rendah (KP Banjarasari) dan 3.2.2 di dataran tinggi (KP Tlekung) seperti pada Lampiran tabel Sedangkan pada gambar 3.2.3 dibawah ini plasma nutfah tanaman jeruk manis yang dapat tumbuh paling optimum, sedang, dan kurang optimum di dataran rendah (KP Banjarasari) dan 3.2.4 di dataran tinggi (KP Tlekung) yang didapat Tabel 1. Keragaan pertumbuhan tinggi tanaman (15 Varietas jeruk keprok yang ditanam pada dua ketinggian yang berbeda ( KP Tlekung 950 m dpl dan KP Banjarsari 15 m dpl) No. Varietas KP Tlekung Tinggi tanaman (cm) KP Banjarsasi 1 K. Madura 60,99 28,70 2 K. Maga 35,99 16,42 3 K. Selayar 45,69 35,40 4 K. Maseh 40,16 25,48 5 K. Pachuan 33,40 27,61 6 K. Tai Ayam 49,87 31,30 7 K. Chokun 50,04 26,64 8 K. Grabag 58,70 26,93 9 K. Berkerah 42,44 21,74 10 K. Siompu 30,31 31,49 11 K. Kinabalu 50,33 26,16 12 K. Freemon 49,55 20,31 13 K. Komun 66,35 29,55 14 K. Blinyu 47,58 24,16 15 K. Gayo 43,75 31,43 907

Dari gambar 3.2.1 diatas, menunjukkan bahwa tanaman jeruk keprok yang pertumbuhannya paling optimum di dataran rendah (KP Banjarsari) adalah Keprok Komun, yaitu 66,353 cm ditinjau dari rata-rata diameter batang bawah, diameter batang atas, tinggi tanaman, dan tajuk. Untuk yang pertumbuhannya sedang adalah Keprok Blinyu, yaitu 47,578 cm dan yang kurang optimum adalah Keprok Siompu yaitu 30,54 cm. Pada gambar 3.2.2 dibawah ini yang memiliki pertumbuhan optimum, sedang, dan kurang optimum secara berurutan yaitu Keprok Selayar (35,4 cm), Keprok Grabag (26,933 cm), dan Keprok Maga (16,42 cm). Sehingga gambar tersebut menunjukkan bahwa jeruk keprok mempunyai perbedaan yang cukup jauh antara dataran tinggi dan dataran rendah kecuali pada Keprok Siompu yang memiliki nilai pada grafik cukup stabil. Hal ini sesuai pendapat (Webber dan Swingle, 1967a). Bawa varietas jeruk keprok mampu hidup di dataran tinggi maupun dataran rendah karena mampu hidup di daerah kering, namun lebih optimum tumbuh di dataran rendah. Varietas jeruk keprok mampu tumbuh di daerah Subtropis seperti Indonesia dan juga di daerah tropis (Davies dan Albrigo, 2003). Begitu juga dengan varietas jeruk manis yang tumbuh optimum di dataran rendah, namun masih bisa tumbuh di dataran yang lebih tinggi (Webber dan Swingle, 1967b). 908

Tabel 2. Keragaan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (7 Varietas jeruk Jeruk Manis yang Ditanam Pada Dua Ketinggian yang Berbeda ( KP Tlekung 950 m dpl dan KP Banjarsari 15 m dpl) Varietas Tinggi Tanaman (cm) No. KP Tlekung 1 Manis Pineaple 44,24 18,693 2 Manis Shagz Bonanza 54,88 28,847 3 Manis Thomson Navel 55,16 27,273 4 Manis Moo 57,72 34,88 5 Manis Robinson Navel 59,793 27,613 6 Manis Jemari Taji 63,42 26,113 KP Banjarsasi 7 Manis Laukawar 64,947 30,673 909

Sedang untuk Jeruk manis menunjukkan bahwa pertumbuhan paling optimum, sedang, dan kurang optimum antara dataran rendah dan dataran tinggi secara berurutan pada gambar 3.2.3 yaitu Manis Laukawar (64,947 cm), Manis Moo (57,72 cm), dan Manis Pineapple (44,24). Sedangkan pada gambar 3.2.4 yaitu Manis Moo (34,88 cm), Manis Robinson Navel (27,613 cm), dan Manis Pineapple (18,693 cm). Dari hasil tersebut terlihat jeruk dengan varietas Manis Moo mampu tumbuh cukup baik di daerah dataran tinggi dengan optimum dan dataran rendah cukup optimum hal yang sama menurut Davies dan Albrigo (2003) jeruk manis mampu tumbuh di daerah subtropis. Hasil T-Test plasma nutfah jeruk keprok seperti pada Lampiran 1, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan dataran tinggi dan dataran rendah pada beberapa varietas jeruk keprok antara lain Keprok Madura dengan nilai 0,05, Keprok Grabag (0,05), Keprok Kinabalu (0,05), dan Keprok Komun (0,01). Sedangakan yang memiliki perbedaan pertumbuhan secara tidak signifikan adalah Keprok Gayo, Keprok Blinyu, Keprok Freemont, Keprok Siompu, Keprok Maseh, Keprok Pachuan, Keprok Berkerah, Keprok Chokkun, Keprok Thay Ayam, Keprok Maga, dan Keprok Maga. Pada hasil data statistik 7 varietas jeruk manis seperti pada Lampiran 2, didapat hasil varietas manis beserta nilai signifikan yang memiliki perbedaan signifikan yaitu Manis Jemari Taji (0,01), Manis Pineapple (0,05), Manis Shagz Bonanza (0,01), dan Manis Moo (0,04). Sedangkan Pada jeruk Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, dan Thomson navel memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Dari 15 varietas jeruk keprok yang mudah terkonservasi adalah yang tidak memiliki nilaii perbedaan signifikan anata dataran tinggi dan dataran rendah. Munculnya perbedaan tersebut terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah karena adanya perbedaan kontur atau kondisi lahan penanaman yang akhirnya mempengaruhi gengen yang bekerja saat pertumbuhan, sehingga karakteristik vegetatif tanaman antara tanaman yang berada di dataran rendah (KP Banjarsari) dan dataran tinggi (KP Tlekung) berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Mangoendidjojo (2003), faktor lingkungan (cekaman, kondisi lahan, maupun organisme pengganggu) mempengaruhi pola pewarisan sifat dari karakter KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis 15 varietas jeruk keprok dan 7 varietas jeruk manis di dataran tinggi (KP Tlekung) dan dataran rendah (KP Banjarsari), didapatkan beberapa kesimpulan, Bahwa 15 varietas jeruk keprok yang memiliki keragaan paling optimum di dataran tinggi (Kebun Percobaan Tlekung) secara berurutan adalah Keprok Selayar, Keprok Grabag, dan Keprok Maga, pada 7 varietas jeruk manis adalah: Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, Manis Pineapple. Sedangkan yang memiliki keagaan optimum di dataran rendah (Kebun Percobaan Banjarsari-Probolinggo) adalah Keprok Komun dan Manis Moo. Hasil data statistik menunjukkan bahwa Keprok Gayo, Blinyu, Freemont, Siompu, Maseh, Pachuan, Berkerah, Chokkun, Thay Ayam, Maga, dan Selayar adalah plasma nutfah jeruk keprok yang mudah terkonservasi karena memiliki nilai perbedaan yang tidak signifikan antara dataran tinggi dan dataran rendah. Sedangkan varietas jeruk manis yang mudah terkonservasi adalah Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, dan Manis Thomson DAFTAR PUSTAKA Balitjestro, 2014a. KP Banjarsari. [online] http://balitjestro.litbang.deptan.go.id /id/banjarsari.html. Diakses pada 30 Juni 2014. Balitjestro, 2014c. KP Punten. [online] http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/ punten.html. Diakses pada 30 Juni 2014. Balitjestro, 2014d. Profil Balitjestro [online] http://balitjestro.litbang.deptan. go.id/id/tlekung. html. Diakses pada 26 Juni 2014.E Budiyati E, 213. Potensi Pengembangan Varietas-Varietas Jeruk Unggul Indonesia Sebagai Subtitusi Impor, Poceding semnas Perhorti 2013. Halaman 141-150 BPTP Sumatera Selatan, 2011. Plasma Nutfah. [online] http://sumsel.litbang. deptan.go. id/index.php/plasma-nutfah. Diakses pada 26 Juni 2014. Davies, Frederick S. dan Albrigo, L. Gene. 2003. Citrus. UK : University Press. Cambridge. Halaman 23-30. Karsinah, Sudarsono, Setyobudi, Lilik., Aswidinnoor, Hajrial. 2002. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Jeruk Berdasarkan Analisis Penanda RAPD. Jurnal Biologi Pertanian Vol 7, No.1, pp. 8-16. 910

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta : Kanisius. Halaman 56. Diakses dari http://www.google.co.id/books? id=bom_enk4gqkc&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 3 Juli 2014. Webber, H.J. dan Swingle, W. T. 1967a. The Citrus Industry. University of California : United States of America. Halaman : 442. Webber, H.J. dan Swingle, W. T. 1967b. The Citrus Industry. University of California : United States of America. Halaman : 490. 911