BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, objek penelitian yang digunakan adalah potensi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN. 1. Berdasarkan hasil dari indeks ketahanan perbankan Syariah (Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penentuan Periode Guncangan Perbankan Syariah. Dalam mengembangkan Syariah banking robustness index (SBRI),

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian ex-post facto yaitu

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang mengguncang Asia. Krisis ekonomi tersebut menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Periode yang diteliti 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia investasi, selalu ada risk-return trade-off dalam pasar

BAB I PENDAHULUAN. merasakan akibat dari krisis. Dengan adanya globalisasi, pengaruh tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ardian Agung Witjaksono (2010) Sunariyah, (2006: 20-22).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

I.PENDAHULUAN. digunakan untuk kebutuhan mereka dimasa depan. Bentuk investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJKN) menyebutkan. sebagai motor penggerak perekonomian yang didukung oleh kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. berinvestasi, maka investor tersebut harus memperhatikan resiko-resiko yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pasar modal merupakan tempat diperjual belikanya berbagai instrument

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Global terhadap Return Saham

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi. Investor dapat dengan mudah memperoleh informasi pasar modal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. jika IHSG naik, maka secara umum saham-saham yang diperjual belikan di BEI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. usaha suatu perusahaan (sebagai hasil kerja bertahun-tahun sebelum go public)

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk pengumpulan data dan informasi bulan Januari 2014.

PENGARUH PERUBAHAN HARGA EMAS DUNIA DAN KURS RUPIAH PADA RETURN PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Imbas the U.S. subprime mortgage crisis ke perekonomian negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara berkembang (Sumandi dkk, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

Abstrak. Kata kunci : IHSG, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

BAB I. Pendahuluan. yang berbeda. Sebuah studi menyatakan bahwa pada tahun 1990, hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Pasar modal merupakan. yang bersangkutan (Ang,1997). Pasar Modal memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. (Fahmi, 2012).Kemajuan suatu negara antara lain ditandai adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. kali perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu krisis pasar saham di Indonesia pada tahun 2006M01-2016M12. Subjek penelitian ini menggunakan inflasi, suku bunga, indeks dow jones (DJIA) dan indeks hang seng (HSI). Beberapa variabel ekonomi dan indeks pasar modal dunia digunakan sebagai reference series karena mampu memberikan penilaian terhadap krisis pasar saham di Indonesia melalui penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG). B. Jenis Data dan Sumber Data Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan non parametrik. Penelitian dengan menggunakan pendekatan non parametrik merupakan penelitian ilmiah yang sistematis dengan menekankan data penelitian berupa angka-angka. Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh peneliti dari buku, jurnal, badan pusat statistik, literature, dokumen maupun dari berbagai lembaga seperti organisasi, perusahaan dan kantor pemerintah yang berkaitan dengan penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data time series bulanan dari tahun 2006M01-2016M12. 42

30 20 10 0-10 -20-30 -40 IHSG Sumber : www.finance.yahoo.com data diolah, 2016 Gambar 3.1 Volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2006-2016 Pemilihan periode yang digunakan berdasarkan keadaan ekonomi Indonesia dan indeks bursa dunia sebelum dan sesudah krisis subprime mortgage 2007/2008, karena pada masa itu kondisi pasar modal Indonesia yang tercermin dalam indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami volatilitas yang tinggi. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembaga publikasi data yaitu: Bank Indonesia (BI) dan www.finance.yahoo.com. 43

C. Definisi Operasional Dalam penelitian ini menggunakan variabel mampu menggambarkan krisis pasar saham di Indonesia berdasarkan penelitian terdahulu dan teori yang digunakan dalam meneliti krisis pasar saham yaitu: 1. Stock Market Vulnerability Index (SMVI) diproxykan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan kumpulan dari seluruh harga saham yang telah listing di Bursa Efek Indonesia. Menurut (Wira, 2017) fungsi IHSG yaitu penanda arah pasar, pengukuran tingkat keuntungan dan tolak ukur kinerja portofolio. Rumus untuk menghitung IHSG : P adalah harga saham di pasar regular. Q adalah bobot atau jumlah masihmasing saham. Nd adalah nilai dasar, yaitu nilai yang dibentuk berdasarkan jumlah saham yang tercatat dalam suatu waktu. Nilai tukar (kurs) merupakan nilai merupakan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kurs tengah IDR/USD. Dalam menghitung kurs tengah yaitu dengan cara kurs jual ditambah kurs beli dibagi dua. 44

Rumus secara matematis kurs tengah adalah sebagai berikut: Kurs tengah = Rumus secara matematis membuat Stock Market Vulnerability Index (SMVI): Dimana: IHSGt = ) KURSt =( SMVI = Stock Market Vulnerability Index IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan KURS = Nilai Tukar 2. Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga secara umum dan bergerak terus menerus yang terjadi pada barang dan jasa. Kenaikan inflasi disebabkan jumlah uang beredar (JUB) lebih tinggi dibandingkan barang dan jasa yang tersedia. Variabel dapat diproxykan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Rumus menghitung inflasi: Inflasit = 45

Inflasi diperoleh dengan cara menghitung selisih IHK tahun sekarang dengan IHK tahun sebelumnya dibagi dengan IHK tahun sebelumnya dan dikalikan 100%. 3. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga BI Rate. BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan ke publik (Bank Indonesia, 2017). Bi Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur Bulanan. Bank Indonesia akan menaikan BI Rate apabila sasaran inflasi diperkirakan melebihi sasaran, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila sasaran inflasi dibawah sasaran yang telah ditetapkan. 4. Dow Jones Industrial Average (DJIA) merupakan indeks pasar saham yang terdapat di Amerika Serikat yang digunakan untuk mengukur performa komponen industri dipasar saham Amerika. Indeks dow jones terdiri dari 30 saham perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang sudah go public. Rumus untuk menghitung indeks dow jones (DJIA) yaitu: P adalah harga saham. Nd adalah nilai dasar, yaitu nilai yang dibentuk berdasarkan jumlah saham yang tercatat. Jadi, 30 saham perusahaan yang telah masuk ke indeks dow jones di asumsikan memiliki bobot yang sama. 46

5. Hang Seng Index (HSI) merupakan indeks pasar saham yang terdapat di Republik Rakyat Tiongkok. Indeks hang seng digunakan untuk mendata dan mendata dan monitoring perubahan harian dari perusahaan-perusahaan terbesar di hongkong. Indeks hang seng terdiri dari 45 perusahaan yang mewakili 67% dari kapitalisasi Hong Kong Stock Exchange. Rumus menghitung indeks hang seng (HSI): P(t) = harga pada hari perhitungan P(t-1) = harga penutupan pada hari (t-1) IS = issued shared FAF = Freefloat disesuaikan faktor, yaitu antara 0 dan 1 (disesuai 6 bulan) CF = cap faktor, yang adalah antara 0 dan 1 (disesuaikan 6 bulan) D. Metode Analisa Penelitian ini menggunakan Microsoft Excel sebagai alat bantu analisis dan metode analisis data menggunakan pendekatan sinyal krisis pasar saham model sinyal. 47

Tahapan-Tahapan Early Warning System (EWS) dengan Sinyal 1. Model Nonparametrik pendekatan Sinyal (Signal Approach) Model ini dikembangkan oleh Kaminsky., dkk., (1998) untuk memantau indikator-indikator ekonomi atau keuangan yang kemudian memberikan sinyal berbeda dan sistematis apabila akan terjadi krisis atau biasa disebut model pendekatan sinyal (signal approach model). Sinyal-sinyal tersebut akan muncul ketika indikatorindikator yang digunakan melebihi ambang batas penyebab terjadinya krisis. Dalam penelitian ini menggunakan standar deviasi sebesar 1,5 mengacu penelitian sebelumnya Kusuma (2009) dan sesuai penelitian yang dilakukan Lestano., dkk., (2003). Indikator-indikator ekonomi dan indeks bursa dunia yang telah dihitung dalam satu indeks komposit digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya krisis dalam periode waktu 24 bulan kedepan. Sinyal krisis yang lebih lama (24 bulan) memberikan waktu yang lebih kondusif dibandingkan dengan jangka waktu 18 dan 12 bulan, hal ini berkaitan dengan persiapan yang lebih matang dalam mengambil kebijakan untuk menyesuaikan langkah-langkah yang tepat sasaran sebelum terjadinya krisis. 48

a. Menghitung Stock Market Vulnerability Index (SMVI) Pada bagian ini, khusus pada krisis pasar saham terlebih dahulu akan digambarkan definisi yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan krisis pasar saham dengan meggunakan Stock Market Vulnerability Index (SMVI) yang menunjukkan perhitungan besarnya nilai indeks. Dalam membuat SMVI di proxykan variabel IHSG dan nilai tukar. Hal ini desebabkan ketika nilai tukar terdepresiasi akan meningkatkan biaya impor bahan baku dan peralatan emiten. Selain itu banyak emiten di Bursa Efek Indonesia yang memiliki hutang luar negeri, sehingga terdepresiasinya nilai tukar menyebabkan membengkaknya beban hutang yang ditanggung emiten (Jayanti, 2015). Menurut Darwanti dan Santoso (2015) terdepresiasi nilai tukar akan menyebabkan penurunan kinerja saham dan perekonomian. Dibawah ini adalah rumus SMVI yang digunakan, yaitu sebagai berikut: Dimana: IHSGt = ) KURSt =( SMVI = Stock Market Vulnerability Index IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan 49

KURS = Nilai Tukar Untuk membangun Stock Market Vulnerability Index (SMVI) perlu memilih indikator, bobot dan threshold sama dengan indeks tekanan pasar asing untuk krisis mata uang atau indeks tekanan pasar uang untuk krisis perbankan. Bobot yang dipilih merupakan dua komponen indeks yang sama dengan volatilitas sampel. Perekonomian dikatakan krisis jika SMVI melebihi rata-rata ditambah dengan standar deviasi yang ditentukan, misal sebesar m. Dalam penelitian ini besarnya m ditentukan sama dengan 1,5 mengacu pada penelitian Kusuma (2009) dan sesuai penelitian yang dilakukan Lestano., dkk., (2003). Jika SMVI merupakan rata-rata indeks SMVI dan SMVI menunjukkan standar deviasi indeks SMVI-nya, maka dikatakan krisis pasar saham (stock market crisis). b. Mendefinisikan Sinyal dan Krisis Pasar Saham Dari penjelasan sebelumnya, dapat di jabarkan bahwa jika μsmvi adalah rata-rata dari Stock Market Vulnerability Index (SMVI) dan mσ SMVI adalah standar deviasi dari Stock Market Vulnerability Index (SMVI), maka krisis pasar saham dapat didefinikan dengan persamaan model matematika sebagai berikut : Langkah selanjutnya adalah menentukan indikator apa saja yang berperan penting terjadinya krisis. Setiap indikator akan dianalisa terpisah dengan pendekatan univariate untuk memprediksi krisis. Setiap indikator akan dilihat apakah mengalami 50

deviasi dari perilaku normal melebihi pagu ketentuannya (beyond the threshold). Jika indikator melebihi batas pagu ketentuannya maka dikatakan ada isu sinyal (to issue a signal) terjadinya krisis. Menurut Kusuma (2009), definisi sinyal sebagai berikut: Jika X dinotasikan untuk menunjukkan indikator, maka Xt, j adalah nilai indikator j pada periode t. Sehingga, sinyal untuk indikator j didefinisikan dengan: c. Membangun Kerangka Matrik Tabel 3.1 Matrik Sinyal Indikator Realisasi Indikator (model) Krisis Tidak ada krisis Sinyal Krisis A (BP) B (PP) Tidak ada sinyal krisis C (PN) D (BN) Sumber : Boonmana, Jacobsa dan Kupera (2013) 1. A = Kategori pengamatan dimana model sinyal krisis yang benarbenar terjadi: sinyal baik (BP: benar positif) 2. B = Kategori pengamatan dimana model sinyal krisis tidak mengalami gangguan (tidak terjadi krisis dalam kurun waktu 24 bulan) : sinyal palsu (PP: positif palsu) 51

3. C = Kategori pengamatan dimana model tidak menunjukkan sinyal krisis, namun dalam kurun waktu 24 bulan berikutnya terjadi krisis. (PN: palsu negatif) 4. D = Kategori pengamatan dimana model tidak menunjukkan sinyal krisis dan dalam kurun waktu 24 bulan berikutnya tidak terjadinya krisis. (BN: benar negatif) d. Permodelan Krisis Sesudah menentukan aturan signaling windows dan threshold krisis, dilanjutkan dengan menyusun model, dengan leading indicators yang memiliki probabilitas >50% selanjutnya diolah dalam estimasi model logit. Hal ini adalah langkah kedua untuk melihat konsistensi dari variabel-variabel yang memiliki probabilitas terjadinya krisis, sehingga pada akhirnya diperoleh leading indicators yang berpengaruh kuat terhadap terjadinya krisis pasar saham di Indonesia. Pengukuran dari kinerja setiap indicator ini sangat konsisten dalam beberapa penelitian terdahulu, seperti oleh Kaminsky dan Reinhart (1999); Kaminsky., dkk., (1998); Edison (2003); Golstein., dkk., (2000). Beberapa penelitian yang sudah dilakukan ternyata menunjukkan peringkat setiap indikator tidak berubah banyak, jika diukur dengan pengukuran kinerja berbeda. Dalam penelitian ini pengukuran kinerja indikator dipusatkan pada: 52

1. Noise to Signal Ratio (NSR) =. Rasio ini didefinisikan dengan noise-to-ratio = mengukur/membandingkan jumlah sinyal yang salah (kesalahan tipe 2) terhadap jumlah sinyal benar (kesalahan tipe 2) terhadap jumlah sinyal benar (kesalahan tipe 1), sehingga semakin kecil NSR, maka semakin baik untuk digunakan sebagai indikator. 2. Proportion of Obs. Correctly Called = merupakan probabilitas seluruh pengamatan yang menunjukkan tepat dalam peringatan krisis. Semakin tinggi proporsi kriteria ini, maka semakin baik untuk dijadikan leading indicator. 3. Proportion of Crises Correctly Called = merupakan ukuran memperlihatkan seberapa tepatnya suatu indikator dapat mengisyaratkan suatu sinyal dapat memberikan respon terjadinya krisis secara tepat. Semakin besar respon benar dalam peringatan krisis, maka semakin baik sebagai indikator system peringatan dini. 4. Proportion of False Alarms Of Total Alarms = merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah false alarm dalam dominasi total alarm. Semakin kecil % false alarm, semakin baik indeks komposit indikator sebagai system peringatan dini. 53

5. Proportion Prob of crisis given an alarm (PC) = merupakan ukuran terjadinya krisis ketika sinyal dikeluarkan. Semakin tinggi peluang terjadinya krisis, semakin baik indeks komposit indikator sebagai system peringatan dini. 6. Proportion prob of crisis given no alarm = merupakan ukuran yang memperlihatkan terjadinya krisis ketika sinyal tidak muncul. Jadi semakin kecil peluang terjadinya krisis saat sinyal tidak muncul, maka semakin baik indeks komposit indikator sebagai sistem peringatan dini. 54