HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

APLIKASI METODE DISKUSI DAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 2 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Oleh: QONITAH HAPPY EXACTA A

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE TEAM QUIZ DAN LEARNING CELL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

PENGARUH PENGGUNAAN CROSSWORD PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

Pengaruh Penggunaan Media Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Terong (Solanum melongena) Fahruddin

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DOMINO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

PENERAPAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 BANGUNTAPAN

PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Pengertian Belajar. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

HARIO WIJAYANTO A

Dosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

PENERAPAN STRATEGI MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

Eko Margono F

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PROSES PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Mike Akta Buana. Absatrak. Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI TEKNIK PICK UP CARDS GAME DI SDN KEBONSARI 04 KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu

ANGKATAN 2009 NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : BAKHTIAR NUGROHO A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

Keefektifan Manajemen Layanan Khusus Sekolah dan Pengaruhnya terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri Se Kota Malang

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh: ARDHITA WULAN SORAYA F. 100 060 140 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 0

1

2

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA BATIK 1 SURAKARTA Ardhita Wulan Soraya Partini Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Prestasi belajar siswa rendah dipengaruhi oleh ketidakmampuan siswa dan faktor guru yang kurang efektif dalam penggunaan metode, guru bersifat monoton dalam mengajar, sehingga tidak menarik siswa untuk mengikuti pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Cara guru mengajar dapat dipersepsikan secara positif maupun negatif oleh siswa sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang cara mengajar guru dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. (2) Untuk mengetahui tingkat persepsi siswa tentang cara mengajar guru. (3) Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta yang berjumlah 334 orang. Jumlah tersebut diperoleh dari 8 kelas, masing-masing kelas berjumlah 38 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian tidak diambil semua, sampel penelitian diambil hanya dua kelas X, yang berjumlah 76 siswa. Alasan sampel hanya 76 siswa, karena jumlah 76 siswa sudah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis data. Pemilihan subjek ini menggunakan teknik cluster random sampling, artinya subjek penelitian mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala persepsi tentang cara guru mengajar dan dokumentasi prestasi belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametric. Hubungan antara persepsi siswa tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta dapat diperoleh suatu kesimpulan, yaitu: (1) Tidak ada hubungan antara persepsi tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar pada kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil korelasi product moment diperoleh hasil r sebesar 0,127 dengan p = 0,285 (p > 0.05). (2) Hasil kategori persepsi tentang cara guru mengajar tergolong sedang dengan rerata empirik (ME) sebesar 121,493 dan rerata hipotetik (MH) sebesar 117,5. (3) Hasil kategori prestasi belajar rendah dengan rerata empirik (ME) sebesar 79,315 dan rerata hipotetik (MH) sebesar 85,5. Kata kunci : Persepsi Siswa tentang Cara Guru Mengajar, Prestasi Belajar 3

PENDAHULUAN Pemerintah telah menetapkan sebuah aturan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan nilai minimal tertentu yang ditentukan pemerintah. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya dan kualitas siswa di Indonesia pada khususnya. Oleh sebab itu, seorang siswa dituntut untuk lebih giat dalam belajar agar dapat mencapai nilai standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melanjutkan pendidikan. Nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh pemerintah menunjukkan hasil prestasi belajar siswa di sekolah. Winkel (dalam Nasution, 2000) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Fungsi prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar. Membawa perubahan yang nampak dan tersembunyi dari siswa tentang suatu hal yang pernah dipelajari. Prestasi belajar dapat menimbulkan kebanggaan dalam diri siswa. Pada kenyataannya prestasi belajar siswa di berbagai wilayah rendah. Berdasarkan hasil perolehan data sekunder prestasi belajar siswa kelas X selama dua semester tahun 2012 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran matematika termasuk rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Dari hasil rata-rata nilai keseluruhan siswa kelas X pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 untuk mata pelajaran matematika sebesar 6,4 dan pada semester genap menurun menjadi 5,9. Nilai rata-rata mata pelajaran ini termasuk rendah, karena belum memenuhi standar nilai matematika yang harus dicapai siswa sebesar 6,5. Sesuai data yang diperoleh dalam wawancara pra penelitian dengan guru bidang studi matematika dapat diketahui bahwa nilai rendah siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh ketidakmampuan siswa pada mata pelajaran matematika dan pelajaran matematika banyak ditakuti oleh 1

siswa, sehingga saat pelajaran matematika siswa kurang aktif. Selain itu, faktor guru matematika kurang efektif dalam penggunaan metode, guru bersifat monoton dalam mengajar, sehingga tidak menarik siswa untuk mengikuti pelajaran matematika. Sementara hasil dari pra survey penelitian, dapat diketahui bahwa cara guru dalam mengajar mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan Saskia (17 tahun) siswa kelas X yang mengatakan bahwa guru ketika mengajar di kelas seharusnya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, misalnya ketika guru sedang menerangkan pelajaran bisa menyelipkan cerita-cerita lucu yang menyegarkan sehingga suasana belajar menjadi tidak begitu tegang. Selanjutnya siswa lain, yaitu Doni (18 tahun) juga siswa kelas X mengatakan bahwa cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas kebanyakan dengan menggunakan metode ceramah sehingga menimbulkan kejenuhan bagi siswa, apalagi pada saat jam pelajaran sudah masuk siang hari. Tidak jarang banyak teman-teman yang mengantuk di kelas sehingga berakibat menurunnya konsentrasi belajar siswa. Temuan lain dari pra survey yang dilakukan, diperoleh keterangan dari Rian (17 tahun) siswa kelas X bahwa guru dalam mengajar kurang mampu menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas. Ada juga guru yang galak sering memarahi siswa, sehingga siswi kurang simpatik. Dari tiga kutipan hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui bahwa guru dalam mengajar kurang kreatif dalam menggunakan metode, metode yang digunakan guru bersifat monoton menimbulkan kejenuhan siswa. Guru dalam mengajar kurang mampu menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas. Guru kurang memiliki sikap simpatik, karena guru sering memarahi siswa. Adanya sikap guru dalam mengajar kurang kreatif dalam menggunakan metode, kurang memiliki sikap simpatik berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pelajaran kurang antusias, sehingga memungkinkan siswa menghindar dari kegiatan belajar di sekolah, seperti siswa akan membolos atau malas mengerjakan tugas yang 2

diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Penjelasan tersebut memberikan pemahaman bahwa guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2003) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intrinsik, seperti siswa kurang minat dan perhatian terhadap pelajaran dan faktor ekstrinsik yaitu guru. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Sudjana (2002) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian yaitu kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38%, dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Guru yang kurang memiliki kemampuan dalam mengajar dapat menimbulkan persepsi yang kurang baik bagi siswa. Guna menghindari persepsi yang kurang baik terhadap guru dalam mengajar, pihak guru harus berusaha keras agar siswa memiliki persepsi yang baik mengenai guru dalam mengajar. Persepsi yang baik akan terwujud apabila guru memberikan ilmu yang dimiliki dan siswa membutuhkan ilmu yang diberikan guru. Persepsi menurut Walgito (2004) merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Melalui persepsi, siswa mengadakan penilaian dan penginterpretasian guru mengajar di kelas. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik. Dalam suatu proses pendidikan manusia memperoleh bimbingan, pengalaman, pengertian serta pandangan yang menyebabkan seseorang berfikir lebih maju. Pemberian bimbingan, kecakapan, dan pengetahuan kepada siswa-siswa merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan metode tertentu. Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif, 3

efisien, dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Zain, 2006). Cara guru mengajar adalah sikap guru dalam mengajar yang ditunjukkan dengan roman muka, ketenangannya dan kesabarannya, berdiri di kelas saat pembelajaran, pandangan mata meluas, suara sedang atau berirama, dan kewibawaan dalam mengajar (Ahmadi, 2005). Guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Jika ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Dengan demikian, prestasi belajar siswa pun juga akan meningkat (Djamarah dan Zain, 2006). Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara persepsi siswa tentang cara mengajar guru dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta, (2), tingkat persepsi siswa tentang cara mengajar guru, dan (3) tingkat prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. Dari tujuan penelitian tersebut, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi Kepala Sekolah, sebagai informasi tentang pentingnya hubungan persepsi terhadap cara guru mengajar dengan prestasi belajar siswa, sehingga Kepala Sekolah dapat mengontrol dan mengawasi cara guru mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagi guru, sebagai informasi untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Bagi peneliti lain dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu 4

yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi. LANDASAN TEORI Menurut Azwar (2002), prestasi belajar adalah prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Menurut Tu u (2004), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Aspek-aspek prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan cara memberikan tes sebagai alat untuk mengukurnya. Ada tiga tes untuk pengukuran prestasi yaitu tes diagnotik digunakan untuk memenuhi kelemahankelemahan anak, tes formatif untuk mengetahui sejauh mana anak telah terbentuk setelah mengikuti suatu program, dan tes sumatif untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan oleh guru. Keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang variatif, suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin penting bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran. Sudjana (2002) menjelaskan bahwa prestasi belajar dapat dipersepsikan melalui aspek-aspek guru dalam mengajar, yaitu merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, dan menilai kemajuan proses belajar mengajar. Selanjutnya cara mengajar tersebut dipersepsikan oleh siswa melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Melalui kognitif siswa mampu memperoleh informasi dan menilai tentang cara guru mengajar. Cara guru mengajar dapat dipersepsikan oleh siswa secara positif dan negatif. Daviddof (dalam Walgito, 5

2004) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu. Pengertian yang hampir sama dinyatakan oleh Sobur (2003) bahwa persepsi merupakan suatu proses diterimanya suatu rangsangan (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai suatu rangsang tersebut disadari atau dimengerti sehingga individu mempunyai pengertian tentang lingkungannya. Aspek-aspeknya terdiri dari merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, dan menilai kemajuan proses belajar mengajar. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin positif persepsi tentang cara guru mengajar, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin negatif persepsi tentang cara guru mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi cara guru mengajar adalah karaktersistik intelektual guru, kecakapan ranah karsa guru, karakteristik ranah rasa guru, usia guru, jenis kelamin guru, dan kelas sosial guru, pengalaman mengajar, siswa, sarana-prasarana, dan lingkungan. HIPOTESIS Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. Artinya apabila persepsi siswa tentang cara guru mengajar tinggi, maka prestasi belajar siswa juga tinggi, begitu pula sebaliknya apabila persepsi siswa tentang cara guru mengajar rendah, maka prestasi belajar siswa akan rendah. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta yang berjumlah 334 orang. Jumlah tersebut diperoleh dari 8 kelas, masing-masing kelas berjumlah 38 siswa. 6

Jumlah sampel dalam penelitian tidak diambil semua, sampel penelitian diambil hanya dua kelas X, yang berjumlah 76 siswa. Alasan sampel hanya 76 siswa, karena jumlah 76 siswa sudah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis data. Pemilihan subjek ini menggunakan teknik cluster random sampling, artinya subjek penelitian mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala persepsi tentang cara guru mengajar dan dokumentasi prestasi belajar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametric. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan linearitas. Kedua uji asumsi tersebut merupakan syarat-syarat yang harus terpenuhi untuk dapat digunakannya rumus korelasi product moment. Alasan digunakan rumus korelasi product moment, selain mencari hubungan dalam penelitian, alasan lainnya dalam penelitian ini hanya ada dua variabel, yaitu persepsi tentang cara guru mengajar dan prestasi belajar. PEMBAHASAN Hasil penelitian dengan rumus korelasi product moment diperoleh koefisien r sebesar 0,127 dengan p = 0,285 (p > 0.05). Artinya tidak ada hubungan antara persepsi tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hamzah dan Abdullah (2009), bahwa cara guru mengajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Alasannya, pelajaran matematika penting, tetapi sulit untuk dipelajari. Matematika menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis, dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah. Pada kenyataannya, khususnya di kalangan para pelajar, matematika masih merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Siswa sulit untuk memahami matematika secara baik, apalagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Salah satu faktor untuk menarik minat siswa terhadap mata pelajaran matematika sehingga dapat 7

mengurangi rasa kurang senang tersebut adalah faktor intrinsik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartono (dalam Tu u, 2004) bahwa faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor intrinsik, antara lain kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motif, cara belajar. Hamzah dan Abdullah (2009) menjelaskan bahwa dalam pelajaran matematika fungsi guru adalah memotivasi siswa untuk menimbulkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Apabila siswa sudah memiliki minat dan termotivasi untuk belajar matematika akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Syah (2006) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yaitu : (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi jasmani, kognitif, minat, dan rohani siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor internal kognitif yang dimiliki siswa memiliki peran besar dalam pembelajaran. Kognitif siswa rendah berpengaruh terhadap prestasi belajar juga rendah. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki kognitif rendah kesulitan dalam memahami pelajaran, sehingga kurang mampu menyelesaikan ulangan dengan benar. Faktor intrinsik yang lainnya yang memiliki peran besar terhadap prestasi belajar siswa yaitu minat. Siswa yang kurang berminat terhadap pelajaran matematika kurang termotivasi untuk belajar matematika, akibatnya siswa akan memperoleh nilai buruk dalam pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, siswa yang memiliki kognitif rendah dan kurang berminat terhadap pelajaran matematika perlu perhatian agar siswa termotivasi untuk belajar, maka guru perlu memberikan sikap simpatiknya kepada siswa tersebut. Contohnya, guru memberikan masukan dan bimbingan mengenai strategi dan metode yang dapat digunakan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Syah (2006) mengatakan bahwa para guru yang selalu 8

menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin, khususnya dalam hal belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Setiap siswa memiliki tanggapan tersendiri terhadap gurunya. Salah satunya adalah perasaan senang atau tidak senang terhadap guru. Bila guru mampu menimbulkan perasaan senang dalam benak siswa, misalnya dengan menciptakan suasana yang menarik, akan mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar. Pendapat tersebut dibuktikan oleh Olatunde (2009) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa sikap yang baik dan positif dari guru terhadap pengajaran matematika di sekolah menengah mampu mempengaruhi minat siswa untuk belajar matematika. Oleh sebab itu, guru matematika secara psikologis siap untuk mengajar mata pelajaran di sekolah. Guru penting memahami psikologis siswa, sehingga guru dapat membangkitkan minat kepada siswa untuk menyenangi pelajaran matematika dan menimbulkan keinginan siswa untuk belajar matematika. Adanya sikap guru dalam mengajar kurang memiliki sikap simpatik berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pelajaran kurang antusias, sehingga memungkinkan siswa menghindar dari kegiatan belajar di sekolah, seperti siswa akan membolos atau malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Selain itu. meskipun cara guru mengajar sudah baik namun jika siswa kurang memiliki minat terhadap pelajaran matematika, maka prestasi belajar siswa juga akan rendah. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa persepsi cara guru mengajar tidak berhubungan dengan prestasi belajar dapat terjadi. Alasannya, prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika dipengaruhi bukan dari cara guru mengajar, melainkan cara guru dalam membangkitkan rasa senang siswa terhadap pelajaran matematika. Guru mampu menimbulkan rasa senang pada siswa mempengaruhi perilaku untuk melakukan perintah atau saran guru, dalam hal ini siswa melakukan tindakan rajin belajar. Siswa yang rajin belajar memungkinkan untuk memperoleh prestasi belajar tinggi. 9

Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika. Oleh sebab itu, guru dituntut kemampuannya untuk dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Perboyo (2012) menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipengaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi, penyaji materi, pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar. Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah strategi pembelajaran aktif, yaitu suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2009) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Zaini, dkk., (2007) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis beroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah. Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat 10

dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru. Tidak adanya hubungan antara persepsi tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar siswa dibuktikan dari hasil rerata atau kategori persepsi tentang cara guru mengajar dan prestasi belajar bertolak belakang. Hasil kategori persepsi tentang cara guru mengajar tergolong sedang, hasil kategori prestasi belajar melalui tes formatif tergolong rendah. Hasil kategori persepsi tentang cara guru mengajar tergolong sedang. Hal ini dapat diketahui melalui hasil frekuensi jawaban siswa kelas X-3 dan X-9 SMA Batik Surakarta pada kategori sedang sebanyak 55 frekuensi atau 75,4% dari 73 siswa. Hasil tersebut didukung hasil wawancara dengan 6 siswa dapat diketahui bahwa tiga siswa menjawab guru matematika galak dan kurang jelas dalam menerangkan materi. Sedangkan tiga lainnya menjawab bahwa pelajaran matematika sulit. Dari jawaban siswa tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi tentang cara guru mengajar berasal dari guru dan siswa. Dijelaskan oleh Marleviandra (2010) bahwa faktor persepsi tentang cara guru mengajar dapat dipengaruhi oleh guru dan siswa. Faktor guru berhubungan dengan cara guru mengajar seperti menggunakan metode yang monoton, menjelaskan materi kurang jelas, atau sikap guru yang kurang mampu mengontrol emosinya, sehingga guru sering marah dengan siswa. Faktor dari siswa berasal dari bakat, sehingga timbul kesenangan siswa terhadap pelajaran matematika. Selain itu dari faktor siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan kognitif siswa, sehingga siswa merasa kesulitan dalam pelajaran matematika. Hasil kategori prestasi belajar melalui tes formatif tergolong rendah Nilai matematika siswa kelas X-3 dan X-9 termasuk rendah dapat diketahui melalui pengelompokkan hasil tes untuk tingkat rendah sebesar 57 frekuensi atau 78,1%. Frekuensi tersebut lebih banyak dibandingkan dengan kategori lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan enam siswa 11

(5 Juli 2013) dapat diperoleh jawaban untuk 3 siswa menjawab nilai matematika buruk karena siswa kurang suka dengan pelajaran matematika, sehingga siswa malas untuk belajar. Sedangkan jawaban 3 siswa lainnya diperoleh jawaban bahwa siswa senang dengan pelajaran matematika, sehingga siswa berusaha untuk memperoleh nilai tinggi pada pelajaran matematika dengan cara belajar. Selain itu, dijelaskan oleh guru Matematika (Wawancara 5 Juli 2013) bahwa prestasi belajar merupakan nilai kognitif yang diperoleh dari nilai-nilai ulangan tiaptiap Kompetensi Dasar (KD), yang belum tuntas dilakukan remidi sampai tuntas. Sedangkan persepsi cara guru mengajar merupakan sikap siswa terhadap guru bukan kognitif. Sikap siswa dimasukan dalam penilaian afektif, sedangkan prestasi belajar dimasukkan dalam penilaian kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2002) bahwa penilaian hasil diklasifikasi menjadi 3 ranah yaitu: (1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. (3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan tentang hubungan antara persepsi siswa tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta dapat diperoleh suatu kesimpulan, yaitu: 1. Tidak ada hubungan antara persepsi tentang cara guru mengajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Batik 1 Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan hasil korelasi product moment diperoleh hasil r sebesar 0,127 dengan p = 0,285 (p > 0.05). 2. Hasil kategori persepsi tentang cara guru mengajar tergolong sedang dengan rerata empirik (ME) sebesar 121,493 dan rerata hipotetik (MH) sebesar 117,5. 3. Hasil kategori prestasi belajar rendah dengan rerata empirik 12

(ME) sebesar 79,315 dan rerata hipotetik (MH) sebesar 85,5. Dari hasil kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan kepada pihak terkait yaitu Bagi Kepala Sekolah, mengingat hasil penelitian prestasi belajar kategori rendah, maka kepala sekolah perlu meningkatkan prestasi belajar siswa. Cara yang dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah, yaitu memutuskan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika, seperti memberikan opini bahwa pelajaran matematika termasuk pelajaran yang menarik. Kepala sekolah dapat menentukan kebijakan pada setiap tahun dilakukan lomba antar kelas dalam memecahkan masalah matematika dan mengikutlombakan siswa pada lomba pelajaran matematika, baik tingkat antar sekolah atau tingkat daerah. Adanya kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat memunculkan minat siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga secara tidak langsung mampu pula meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Bagi guru, guru disarankan untuk Mengingat salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika yaitu minat siswa, oleh sebab itu guru disarankan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang mampu menarik minat siswa untuk belajar matematika. Disarankan bagi guru untuk menggunakan strategi pembelajaran yang difokuskan pada keaktifan siswa dan menciptakan pembelajaran yang interaktif antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang harmonis dapat merangsang terwujudnya siswa di kelas gemar belajar matematika. Seperti, guru menggunakan strategi dalam susunan tata letak meja dan kursi berbentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Bagi peneliti selanjutnya, Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat lebih mengontrol ruang lingkup penelitian. Misalnya memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini perlu dilakukan mengingat persepsi cara guru mengajar tidak berhubungan dengan 13

prestasi belajar. Oleh sebab itu, peneliti selanjutnya perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yang dapat dijadijadikan variabel bebas. Varibel bebas yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut diantaranya yaitu minat belajar, motivasi belajar, cara belajar siswa, dan lingkungan atau iklim sekolah. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Syaifudin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ahmadi. 2005. Psikologi Umum. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, O. 2003. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo Hamzah, M.S.G. dan Abdullah, S.K. 2009. Teachers Teaching Status and Achievements of Student of Teaching and Learning of Mathematics and Science in English (PPSMI) in Primary and Rudal Secondary Schools. European Journal of Sosial Sciences. Vol. 10. No. 1. Hal. 143-161.. Marleviandra. A. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Guru dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Siswa. http://techonly13.wordpress.co m/2010/10/07/faktor-faktoryang-mempengaruhi-gurudalam-meningkatkan-prosesbelajar-mengajar-siswa/ Diakses tanggal 04 Mei 2012 pukul 16.30 wib. Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara. Olatunde, Y.P. 2009. Relationship between Teachers Attitude and Students Academic Achievement in Mathematics in Some Selected Senior Secondary Shools in Southwestern Nigeria. European Journal of Sosial Sciences. Vol. 10. No. 1. Hal. 364-369. Silberman, Mel. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (Diterjemahkan oleh Rahardjo Kusuma). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 14

Tu u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. 15