Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 03 Nomor 03 Tahun 2015,

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA KELAS XI SMA ISLAM BRAWIJAYA, SMA TARUNA NUSA HARAPAN, DAN SMA TAMAN SISWA DI KOTA MOJOKERTO

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA PROGRAM IPA DAN SISWA PROGRAM IPS KELAS XII DI SMA NEGERI 1 LAMONGAN

TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SMP NEGERI 2 KREMBUNG DAN SMP NEGERI 2 SIDOARJO. Bayu Sri Widodo.

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA SMPN 1 SAMBENG DENGAN SISWA MTs 45 ASSA ADAH KANDANGAN

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013,

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA KELAS VI YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMA NEGERI 2 BOJONEGORO (Studi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Bojonegoro)

SURVEY TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA BARU PENJASKES STKIP-PGRI PONTIANAK TAHUN 2013

IDENTIFIKASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWI SMK WIDYA KARYA TAHUN AJARAN (studi pada siswi SMK Widya Karya, Kabupaten Sidoarjo)

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 05 Nomor 01 Tahun 2017, 44-48

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA MAHASISWA PENDIDIKAN OLAHRAGA DENGAN MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER FUTSAL DI SMAN 2 LAMONGAN DAN SMKN 1 LAMONGAN

Jurnal Kesehatan Olahraga Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015,

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA BERDASARKAN POLA TRANSPORTASI KE SEKOLAH YANG BERBEDA (Studi Pada Kelas VIII SMP Negeri 3 Sampang)

HUBUNGAN KEMAMPUAN MOTORIK DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KLATEN

PROFIL KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS XI PROGRAM IPA DAN PROGRAM IPS DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 GRESIK

TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV, V DAN VI SD NEGERI DELEGAN 2 KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN KESEGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWI SMK NEGERI 1 SURABAYA KELAS X TAHUN AJARAN

Abstrak. Kata kunci: Kebugaran jasmani, sepakbola gawang bergerak, permainan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Tingkat Kesegaran Jasmani...(Said Erwan Susanto)1

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 SURABAYA DAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 36 SURABAYA

TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2014/2015 SKRIPSI

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TINGKAT KESEGARAN JASMANI PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI MTS HASYIM ASY ARI PIYUNGAN TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN STATUS GIZI DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 05 AIR TAWAR BARAT KECAMATAN PADANG UTARA JURNAL

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SMPN 4 DEPOK BERDASARKAN PRESTASI BELAJAR

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan komparatif. Menurut Ulber (2005)

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:

Aggi Riyan Pamungkas

SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X, XI DAN XII SMAN 3 NGANJUK

TINGKAT KESEGARAN JASAMANI SISWA KELAS V SDN 011 AIR EMAS KECAMATAN SINGINGIN JURNAL. Oleh DADANG SETIAWAN

Keywords: The level qf physical fitness, elementary school Group IV Donokerto Turi. Tingkat Kesegaran Jasmani...(Tri Harti)1

HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH

Kata Kunci : Persepsi, Pembelajaran Guru pendidikan jasmani dan Sekolah Negeri dan Swasta

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri

SURVEI PERBEDAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMPN 4 LAMONGAN DAN SMPN 1 SOLOKURO LAMONGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Futsal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SURVEI TINGKAT DAYA TAHAN JANTUNG PARU MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Sekolah Sman, MAN Dengan SMKN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA DI SMPN 1 BATU BERSURAT

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI II NAWANGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULU TANGKIS DI MTs NEGERI YOGYAKARTA 2 TAHUN AJARAN 2016/2017

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN SISWA EKSTRAKURIKULER PENGEMBANGAN DIRI DI MTs MA ARIF PARE SKRIPSI

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SMA PUTERA KELAS X (Study Pada SMA PGRI 1, SMA Negeri 2 dan 3 Jombang) Alamsyah Permana Putra

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

SKRIPSI. Oleh: TRI SANDI ADI PANGESTU NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

Kata kunci: kemampuan motorik kasar, anak tunagrahita, SLB Negeri Pembina Yogyakarta.. ABSTRACT

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002:138). Sedangkan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 81 85, Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi belajar penjasorkes

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:

SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VII, VIII DAN IX SMPN 5 SIDOARJO (Studi pada siswa Kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 5 Sidoarjo)

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA MENENGAH PERTAMA NEGERI DAERAH PESISIR (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Tuban dan SMPN 6 Tuban)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DAYA TAHAN JANTUNG DAN PARU-PARU DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TARIK TAHUN AJARAN

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

THE DIFFERENCE OF CARDIORESPIRATORY ENDURANCE LEVEL BETWEEN STRIKERS AND DEFENDERS OF FOOTBALL EXTRACURRICULAR AT SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

Pengaruh Model Mastery Learning Terhadap Efektivitas Pembelajaran Passing Bawah Bolavoli

ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107

PERBANDINGAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA SISWA SMAN, SMKN, DAN MAN (Studi Pada Siswa SMAN, SMKN, dan MAN Se Kec Sampang Kab Sampang)

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

Perbandingan Pelaksanaan PPL Tahun 2013 Dengan PPP Tahun 2014 Mahasiswa FIK Unesa

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

Perbandingan Motivasi Belajar PJOK SMP Negeri Dan SMP Swasta

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 03 Nomor 03 Tahun 2015,

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

EVALUASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI STKIP PGRI TRENGGALEK

Oleh : Reny Antasi A

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Tingkat Kemampuan Renang... (Muhammad Noviantoro Sholikhin) 1

Transkripsi:

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANTARA SISWA KELAS VIII REGULER DAN KELAS VIII UNGGULAN (Studi Pada Siswa MTsN Ngawi kelas VIII Tahun Ajaran 2014/2015) Edwin Setyawan Wicaksana Mahasiswa S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya, edwinsetyawan.ed@gmail.com Sapto Wibowo Dosen S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas VIII reguler dan kelas VIII unggulan di MTsN Ngawi serta untuk mengetahui manakah yang lebih baik tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas VIII reguler dan kelas VIII unggulan di MTsN Ngawi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas VIII reguler dan siswa kelas VIII unggulan di MTsN Ngawi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian perbandingan (comparative research). Penelitian ini dilakukan di lapangan MTsN Ngawi yang beralamatkan di Jalan Kenari No.38 Beran, Kabupaten Ngawi dan dilaksanakan selama 2 minggu. Penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling dalam teknik pengambilan sampel yaitu peneliti bukan memilih individu melainkan kelompok atau area. Pemilihan kelas sampel dilakukan secara acak dan diambil 2 kelas yaitu 1 kelas diambil dari kelas reguler dan dari kelas unggulan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Uji T dua kelompok berbeda adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi atau uji hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti kelas reguler dengan kelas unggulan. Siswa yang mengikuti kelas reguler memiliki tingkat kebugaran jasmani yang sama-sama berkategori sedang terhadap siswa yang mengikuti kelas unggulan dengan nilai rata-rata sebesar 15,83, dengan demikian selisih nilai rata-rata hanya sebesar 1,7. Kata Kunci : Tingkat Kebugaran Jasmani, Reguler, Unggulan Abstract The purpose of the study was to determine the difference between the physical fitness level of class VIII regular and class VIII excellent in MTsN Ngawi and to know which is better of physical fitness level among class VIII regular and class VIII excellent in MTsN Ngawi. The hypothesis of this study is that there are differences in the physical fitness level among class VIII regular and class VIII excellent in MTsN Ngawi. This study is a comparative research. This research was conducted in the field MTsN Ngawi are addressed in Kenari Street 38, Beran, Ngawi and held for 2 weeks. This study used cluster random sampling technique in a sampling technique that researchers not choose individual but group or area. The selection of a random sample class and taken two classes: 1 class is taken from regular class and excellent class. Data collection was performed by using Indonesian Physical Fitness Test. T test two different groups is a statistical technique used to test the significance or the hypotheses. Based on the results of the study, showed that there is no difference between the physical fitness levels of students who take regular classes with excellent class. Students who take regular classes have the same level of physical fitness are both on middle categorized as being of the students who take excellent class with an average value of 15.83, thus the difference in the average value of only 1.7. Keywords: Level of Physical Fitness, Regular, Excellent PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mempersiapkan para siswa dalam menghadapi kehidupannya dimasa mendatang. Depdiknas (2003), dalam Muhari (2004: 40) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 Tahun 2003) dalam Moh. Uzer Usman (2011) tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4, disebutkan bahwa 752

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Viii Reguler Dan VIII Unggulan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Mulyasa, 2011). Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka pengajaran pendidikan jasmani di madrasah menggunakan pendekatan keseluruhan yang mencakup semua aspek baik organik, motorik, kognitif, maupun afektif (Ateng, 1992: 2). Tujuan pendidikan salah satunya diaplikasikan pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Penjasorkes memegang peranan yang sangat vital dalam perkembangan jasmani siswa. Sejak bayi, kanak-kanak hingga dewasa, perkembangan gerak sangat mempengaruhi perkembangan secara keseluruhan baik fisik, intelektual, sosial, dan emosional (Nurhasan dkk, 2005:1). Sementara itu, kemajuan teknologi membawa dampak perubahan sikap hidup manusia dari banyak gerak kepada sikap diam atau sedikit gerak. Hal ini menyebabkan terjadinya penururan kerja organ-organ tubuh dan otot yang dapat mengakibatkan gangguan proses metabolisme tubuh sehingga terjadi penurunan kebugaran jasmani, kesehatan, keterampilan dan bahkan mempengaruhi kapasitas, kreatifitas, dan kecerdasan seseorang. Pada akhirnya juga dapat menimbulkan penyakit hipokinetik yaitu, penyakit yang timbul karena kurang gerak seperti jantung koroner, hipertensi, obesitas, kecemasan, depresi, persendian, dan tulang. Penjasorkes yang diajarkan di madrasah memiliki peran yang sangat penting, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Pengalaman belajar itu diarahkan untuk meningkatkan kualitas fisik, mental, sosial, dan emosional sekaligus membentuk atau meningkatkan kebugaran jasmani (Ateng, 1992: 3). Salah satu sasaran evaluasi penjasorkes yang tercantum dalam PP. No 19 tahun 2005 tentang standar isi pendidikan nasional, Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi pendidikan nasional, dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan adalah aspek kebugaran jasmani. Tujuan mata pelajaran pendidikan olahraga untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa yang diamanahkan di jenjang pendidikan. (Mahardika, 2009: 82). Kebugaran jasmani merupakan kondisi tubuh seseorang yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan atau aktivitas sehari-hari. Setiap individu perlu memiliki tingkat kebugaran jasmani yang ideal, sesuai dengan tuntutan tugas dalam kehidupannya masingmasing. Menurut Nurhasan dkk (2005: 17) kebugaran jasmani adalah kemampuan melakukan kegiatan seharihari dengan penuh vitalitas dan kesiagaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih cukup energi untuk beraktivitas pada waktu senggang dan menghadapi hal-hal yang bersifat darurat (emergency). Pengertian yang sejalan dengan pernyataan tersebut bahwa, kebugaran jasmani adalah suatu keadaan saat tubuh mampu menunaikan tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan tubuh masih memiliki tenaga cadangan, baik untuk mengatasi keadaan darurat yang mendadak, maupun untuk menikmati waktu senggang dengan rekreasi aktif (Sudarno, 1992: 11). Secara umum siswa MTsN Ngawi memiliki tingkat kebugaran jasmani yang berbeda-beda, ini dapat dilihat dari aktifitas sehari-hari. Menurut Cooper dalam Sudarno, (1992: 6), seseorang yang hidup sehari-harinya lebih aktif akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hidup sehari-harinya kurang aktif. Pengertian hidup aktif adalah seseorang yang dalam sehari-harinya melakukan aktifitas aerobik (daya tahan) minimal berolahraga selama 25-30 menit. Sedangkan pengertian hidup kurang aktif adalah seseorang yang dalam kesehariannya kurang melakukan kegiatan aktifitas aerobik. MTsN Ngawi adalah madrasah tsanawiyah negeri yang mempunyai progam kelas reguler dan kelas unggulan. unggulan adalah kelas yang mempunyai program dengan pelajarannya dari jam 06.45 sampai 15.30 WIB, diberlakukan pada hari senin sampai hari kamis panjangnya waktu belajar itu, dikarenakan ada jam mata pelajaran tambahan, sehingga kegiatan sehari-hari lebih banyak digunakan untuk belajar di madrasah yang berupa pelajaran di kelas, sehingga waktu untuk melakukan aktivitas fisik dan istirahat cukup sedikit untuk dilakukan. Untuk hari kamis sampai hari sabtu kelas reguler dan kelas unggulan jam mata pelajaran http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive 753

sama. reguler adalah kelas yang mempunyai program dengan pelajarannya dari jam 06.45 sampai 13.45 WIB, memiliki waktu untuk melakukan kegiatan aktivitas jasmaniah yang bisa berupa, istirahat atau menjaga kondisi tubuh, aktivitas bermain, melakukan aktivitas sepakbola, dan cabang olahraga lain yang bisa memberikan peningkatan kebugaran jasmani. Mata pelajaran penjasorkes antara kelas reguler dan kelas unggulan tidak ada perbedaan dari segi materi, metode, jam pelajaran, intensitas, dll. Tetapi di luar pembelajaran penjasorkes yang membedakan antara kelas reguler dan kelas unggulan yaitu, kelas unggulan jam madrasah senin sampai rabu pelajarannya dari jam 06.45 sampai 15.30 WIB. Sedangkan untuk kelas reguler pelajarannya dari jam 06.45 sampai 13.45 WIB. Berangkat dari ulasan masalah di atas, maka dilakukan penelitian mengenai Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa VIII Reguler dan Unggulan (Studi pada siswa MTsN Ngawi kelas VIII Tahun Ajaran 2013/2014). METODE Jenis penelitian perbandingan (comparative research) yaitu dengan membandingkan siswa yang mengikuti program sekolah kelas unggulan dengan siswa yang mengikuti program sekolah kelas reguler berdasarkan tingkat kebugaran jasmaninya. Penelitian ini dilakukan di lapangan MTsN Ngawi yang beralamatkan di Jalan Kenari No.38 Beran, Kabupaten Ngawi. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas VIII MTsN Ngawi sebanyak 7 kelas (VIIIA s/d VIIIG) yang terdiri dari 5 kelas regular (VIIIC s/d VIIIG) yang setiap kelas berjumlah 40 siswa, sehingga semuanya berjumlah 200 siswa. Sedangkan untuk kelas unggulan terdiri dari 2 kelas (VIIIA dan VIIIB) yang setiap kelasnya berjumlah 40 siswa. Jadi banyaknya populasi adalah 280 siswa. Dalam penentuan sampel pada penelitian ini, penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling peneliti bukan memilih individu melainkan kelompok atau area. Berdasarkan teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan cluster random sampling dengan cara mengundi, dan dengan menggunakan keseluruhan siswa dalam kelas pada kelas yang dijadikan kelas sampel, dimana pemilihan kelas dilakukan secara acak, dan diambil 2 kelas yaitu 1 kelas diambil dari kelas reguler dan 1 kelas lagi diambil dari kelas unggulan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes TKJI. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Cluster Random Sampling pada kelas VIII. Tes yang digunakan adalah TKJI untuk anak usia 13 s/d 15 tahun yang terdiri darites lari cepat (sprint), tes angkat tubuh (pull up), tes baring duduk (sit up), tes loncat tegak, dan tes lari jauh. Adapun pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Rangkaian Tes Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 13 s/d 15 tahun terdiri dari: a. Tes lari cepat (sprint) Tes lari cepat (sprint) ini diadakan dengan lintasan sejauh 50 meter untuk siswa putra maupun putri dan kemudian dicatat waktu perolehannya. b. Tes angkat tubuh (pull up) Tes angkat tubuh (pull up) dilakukan selama 60 detik untuk siswa putra kemudian dicatat perolehannya. Untuk siswa putri dapat dilakukan dengan menggelantung pada tiang saja selama waktu yang sama. c. Tes baring duduk (sit up) Tes baring duduk (sit up) dilakukan selama 60 detik baik untuk siswa putra maupun putri, kemudian dicatat perolehannya. d. Tes loncat tegak Tes loncat tegak dilakukan sebanyak 3 kali loncatan baik untuk siswa putra maupun siswa putri, kemudian dicatat tinggi loncatan yang dicapai dalam raihan tertinggi. e. Tes lari jauh Tes lari jauh juga dilakukan oleh semua siswa baik siswa putra maupun siswa putri. Jarak lintasan yang ditempuh antara siswa putra dan putri dibedakan, yaitu: 1) Lari 1000 meter, untuk siswa putra. 2) Lari 800 meter, untuk siswa putri. 2. Kegunaan Tes Tes Kebugaran Jasmani Indonesia digunakan untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani remaja diantaranya pada kelompok umur 13 s/d 15 tahun. 3. Ketentuan Tes a. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia ini merupakan satu rangkaian tes. Oleh karena itu, semua butir harus dilaksanakan secara terus menerus dan tidak terputus putus. b. Urutan pelaksanaan tes sebagai berikut: Pertama : Lari (sprint) 50 meter Kedua : 1) Gantung angkat tubuh (pull up), 60 detik, untuk putra 2) Gantung siku tekuk, untuk putri Ketiga : Baring duduk (sit-up), 60 detik Keempat : Loncat tegak (vertical jump), 3 kali loncatan 754

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Viii Reguler Dan VIII Unggulan Kelima : 1) Lari jarak sedang 1000 meter, untuk putra 2) Lari jarak sedang 800 meter, untuk putri 4. Petunjuk Umum a. Peserta Adapun petunjuk umum yang harus dipenuhi peserta ketika mengikuti tes TKJI adalah sebagai berikut: 1) Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes 2) Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes 3) Memakai sepatu dan pakaian olahraga 4) Melakukan pemanasan (warming up) 5) Mamahami tata cara pelaksanaan tes 6) Jika tidak dapat melaksanakan salah satu komponen tes, maka tidak akan mendapatkan nilai (gagal). b. Petugas Adapun petunjuk umum yang harus dipenuhi petugas ketika akan dan sedang mengadakan tes TKJI adalah sebagai berikut: 1) Mengarahkan peserta untuk melakukan pemanasan (warming up) 2) Memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat petugas 3) Memberikan pengarahan kepada peserta tentang petunjuk pelaksanaan tes dan mengizinkan mereka untuk mencoba gerakan gerakan tersebut. 4) Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktu. 5) Tidak memberikan nilai pada peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes atau lebih. 6) Mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau per butir tes.. Kategori Kebugaran Hasil setiap butir tes yang telah dicapai oleh peserta dapat disebut sebagai hasil kasar. karena masing- masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu, ulangan gerak, dan ukuran waktu. Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dengan satuan yang sama yaitu nilai. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai, maka dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kebugaran jasmani remaja. Setelah data terkumpul selanjutnya data akan dianalisis. Tujuan analisis adalah untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut: 1) Deskripsi Data a) Mean Mean adalah angka yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai-nilai dengan jumlah nilai individu. X = X : Rata- rata sampel X : Jumlah skor dalam sampel N : Jumlah individu b) Variansi Variansi adalah teknik analisis yang dipergunakan untuk mengetahui nilai varian populasinya. S 2 S 2 : Variansi sampel X : Rata-rata sampel N : Banyak sampel c) Standart Deviasi Standart deviasi adalah penyimpangan suatu nilai dari mean yang merupakan akar dari jumlah deviasi kuadrat dibagi banyaknya individu dalam distribusi. SD = SD N : Standart deviasi : Jumlah kuadrat deviasi : Jumlah individu (Maksum, 2009: 28) 2) Uji Hipotesis Uji T 2 kelompok berbeda adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi. (M (M http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive 755

t = : mean distribusi pada sampel I : mean distribusi pada sampel II : nilai varian pada distribusi sampel I : nilai varian pada distribusi sampel II : Jumlah nilai individu pada sampel I : Jumlah nilai individu pada sampel II (Maksum, 2009: 42) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data a. Data Kebugaran Jasmani Siswa Reguler Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui jumlah kebugaran jasmani siswa kelas reguler seperti dalam tabel berikut : Tabel 2. Data Kebugaran Jasmani Siswa Reguler Kelompok N M Var D Min Mak 40 17,53 4,59 1,90 14 22 Reguler Berdasarkan tabel 2 di atas yang menunjukkan jumlah siswa yang mengikuti kelas reguler sebanyak 40 siswa, maka dari hasil analisis didapat rata-rata kebugaran jasmani siswa yang mengikuti kelas reguler adalah 17,53 yang merupakan klasifikasi sedang dengan nilai varian sebesar 4,589 dan standart deviasi sebesar 1,894 Nilai terendah 14 dan tertinggi 22. b. Data Kebugaran Jasmani Siswa Unggulan Bedasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui jumlah kebugaran jasmani siswa kelas ungulan seperti dalam tabel berikut: Tabel 3. Data Kebugaran Jasmani Siswa Unggulan Kelompok N M Var D Min Mak 40 15,83 5,926 2,206 11 21 Ungulan Berdasarkan tabel 3 di atas yang menunjukkan jumlah siswa yang mengikuti kelas ungulan sebanyak 40 siswa, maka dari hasil analisis didapat rata-rata kebugaran jasmani siswa yang mengikuti kelas ungulan adalah 15,83 yang merupakan klasifikasi sedang dengan nilai varian sebesar 5,926 dan standart deviasi sebesar 2,206. Nilai terendah 11 dan tertinggi 21. c. Kategori Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Reguler dan Unggulan Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui jumlah presentase dari kategori kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti kelas reguler dengan kelas unggulan yaitu: kurang, sedang, baik, baik sekali. Tabel 4. Kategori Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa yang Mengikuti Reguler dan Unggulan Kategori Reguler Unggulan Jml (%) Jml (%) Kurang sekali 0 0 0 Kurang 0 0 5 12,5 Sedang 21 52,5 26 65 Baik 18 45 9 22,5 Baik Sekali 1 2,5 0 0 Jumlah 40 100 40 100 Dari penghitungan pada tabel 4 tentang hasil kebugaran jasmani siswa kelas reguler dapat disimpulkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori kurang sekali tidak ada, siswa yang masuk dalam kategori kurang tidak ada, siswa yang masuk dalam kategori sedang sebanyak 21 siswa (52,5%), siswa yang masuk dalam kategori baik sebanyak 18 siswa (45%), dan siswa yang masuk dalam kategori baik sekali sebanyak1 siswa (2,5%). Sedangkan hasil kebugaran jasmani siswa kelas unggulan dapat disimpulkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori kurang sekali tidak ada, siswa yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 5 siswa (12,5%), siswa yang masuk dalam kategori sedang sebanyak 26 siswa (65%), siswa yang masuk dalam kategori baik sebanyak 9 siswa (22,5%), dan siswa yang masuk dalam kategori baik sekali sebanyak 0 siswa (0%). 2. Uji Hipotesis Untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya dilakukan pengujian perbedaan rata-rata dengan mengunakan Statistical Program For Solution Science (SPSS) For Windows evaluations 17.0, yang nilainya disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Uji beda Kebugaran Jasmani Siswa yang Mengikuti Reguler dan Unggulan Perban-dingan N Mean SD Uji t Sig. Reguler 40 17,53 1,90 3,70 0,06 Unggulan 40 15,83 2.21 Berdasarkan perhitungan mengunakan rumus uji t diperoleh nilai rata-rata siswa kelas reguler 756

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Viii Reguler Dan VIII Unggulan sebesar 17,53. Sedangkan siswa kelas unggulan memiliki rata-rata sebesar 15,83. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas reguler memiliki rata-rata tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik tetapi masih sama-sama berkategori sedang. Untuk mengetahui keberartian koefisien uji beda dua rata-rata antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas unggulan maka dilakukan uji t. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikan (0,063) lebih besar dari nilai alpha (5%) atau 0,05. Sehingga dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas reguler dengan siswa kelas unggulan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa regular memiliki tingkat kebugaran jasmani yang ttidak berrbeda nyata dari pada siswa kelas unggulan dengan selisih hanya rata-rata 1,7. 3. Pembahasan Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian tentang Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa VIII Reguler dan Unggulan, bisa dikatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kebugaran jasmani siswa antara siswa kelas reguler dan kelas unggulan. Dari fakta penelusuran yang nyata di lapangan untuk jam dan materi mata pelajaran penjasorkes di MTsN Ngawi kelas VIII Tahun Ajaran 2013/2014 antara kelas unggulan dan kelas reguler tidak ada perbedaan. Jam mata pelajaran penjasorkes untuk kelas unggulan mulai pukul 06.45-08.15 WIB dan jam mata pelajaran penjasorkes untuk kelas reguler mulai pukul 08.15-09.45 WIB. Sedangkan untuk materi mata pelajaran penjasorkes antara kelas unggulan dan kelas reguler tidak ada perbedaan. Jadi tiap pertemuan siswa kelas unggulan dan kelas reguler melakukan mata pelajaran penjasorkes selama 90 menit. Selain itu, aktivitas di luar kelas yang dilakukan oleh siswa kelas VIII MTsN Ngawi antara siswa kelas unggulan dan kelas reguler adalah relatif sama. Dalam seminggu jadwal ekstrakurikuler cabang olahraga futsal dan bolavoli dilakukan 3 kali. Untuk ekstrakurikuler futsal sendiri dilakukan pada hari senin, rabu dan jumat. Sedangkan untuk ekstrakurikuler bolavoli sendiri dilakukan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Sebagian besar siswa baik dari kelas unggulan dan kelas reguler mengikuti kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga futsal dan cabang olahraga bolavoli. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal dan olahraga bolavoli dilakukan jam 16.00-17.20 WIB. Jadi aktivitas fisik merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang. Walaupun jumlah jam pelajaran berbeda antara kelas unggulan dan kelas reguler, tetapi aktivitas fisiknya relatif sama, maka hal tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap kebugaran jasmani siswa. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka hasil akhir pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti kelas reguler dengan kelas unggulan. 2. Siswa yang mengikuti kelas reguler memiliki tingkat kebugaran jasmani yang sama-sama berkategori sedang terhadap siswa yang mengikuti kelas unggulan dengan nilai rata-rata sebesar 15,83, dengan demikian selisih nilai rata-rata hanya sebesar 1,7. Saran Sesuai dengan data hasil penelitian dan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka diajukan saran sebagai berikut. a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini bukan merupakan kesimpulan secara umum, penelitian masih perlu dikembangkan lagi, sehingga penelitian ini perlu dikaji ulang dengan mengunakan sampel yang lebih banyak sehingga akan didapat hasil yang lebih signifikan. b. Bagi sekolah 1) Perlu adanya sosialisasi kepada kepala sekolah, guru, siswa yang bersangkutan dan terutama sekolah MTsN Ngawi bahwa kebugaran jasmani siswanya penting untuk diperhatikan. 2) Perlu adanya pergantian jam olahraga didahulukan pada pagi hari. 3) Perlu adanya pemahaman tentang pentingnya menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani yang disampaikan guru penjasorkes kepada siswa. 4) Adanya pemberitahuan hasil tes TKJI kepada orang tua siswa, agar orang tua dapat memantau meningkatkan kebugaran jasmaninya dengan melakukan aktifitas olahraga di luar jam sekolah. c. Bagi Siswa Hendaknya siswa lebih memperbanyak aktifitas fisik baik pada saat pembelajaran penjasorkes di sekolah maupun aktifitas fisik di luar sekolah agar memperoleh tingkat kebugaran jasmani yang lebih optimal. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive 757

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ateng, Abdulkadir, H. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 1999. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Remaja Umur 13-15 Tahun. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kebugaran Jasmani Rekreasi. Maksum, Ali. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya: FIK Universitas Negeri Surabaya. Maksum, Ali. 2007. Statistik Dalam Olahraga. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Maksum, Ali. 2007. Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Moh. Uzer Usman. 2011. Menjadi Guru Proesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhari. 2004. Refleksi Pendidikan Masa Kini. Surabaya: FIP Universitas Negeri Surabaya. Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhasan, 2003, Tes dan Pengukuran (Pengantar, Kegunaan Tes danpengukuran Kriteria Tes). Diperbanyak Oleh Perpustakaan Fik Universitas Negeri Surabaya Nurhasan, dkk. 2005. Petunujuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya: Unesa University Press. Sriundi M, I Made. 2008. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Suarabaya: Isori Jawa Timur. Sudarno. 1992. Pendidikan Kebugaran Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. http://health.detik.com/read/2011/01/19/104159 /1549648/766/akibat-tidak-pernaholahraga?l991101755 (di unduh pada 09/11/2014 pukul 14:38). 758