BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. (BBLR) atau Low Birth Weight (LBW) sebagai bayi dengan berat badan lahir yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BUKU REGISTER PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi yang berarti tingkat risiko kematian terhadap anak yang lahir hidup sebelum ulang tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Berat lahir rendah dapat terjadi karena kurang bulan, IUGR (intrauterine growth

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pneumonia merupakan penyebab kematian tersering. pada anak di bawah usia lima tahun di dunia terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB IV METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi masyarakat yang menderita alergi. Suatu survei yang dilakukan oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak. Manifestasi klinis dapat

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat. Meskipun prosentase bayi lahir hidup yang mengalami rawat inap ulang sulit didapatkan karena seringnya rawat inap ulang bisa terjadi pada seorang bayi dalam awal kehidupannya sejak perawatan saat kelahirannya (Martens et al., 2004). Rawat inap ulang yang tidak direncanakan pada bayi setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics (AAP) merupakan indikator potensial dari penilaian yang inadekuat pada saat bayi akan dipulangkan dari perawatan. Indikator yang harus dinilai antara lain kesiapan fisiologis bayi yang akan dipulangkan, persiapan keluarga untuk merawat bayi, adanya dukungan lingkungan sosial dan sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan yang tersedia (AAP, 2010). Pada beberapa penelitian menyebutkan rawat inap ulang pada bayi yang berat lahir rendah lebih tinggi daripada bayi yang berat lahir cukup (OR: 1,95, 95% CI: 1,16-3,28) (Oddie et al., 2005). Dalam penelitian Marten et al., (2004) didapatkan bayi berat lahir rendah yang mengalami rawat inap ulang 4,66% dari keseluruhan bayi yang mengalami rawat inap ulang di rumah sakit. Pada penelitian Simiyu et al., didapatkan diagnosis saat masuk pada rawat inap ulang adalah sepsis, ikterus, pneumonia, omphalitis, dehidrasi, serangan apnoe,

2 hipotermia (Martens et al., 2004). Sedangkan pada penelitian Escobar et al., penyebab utama rawat inap ulang pada usia 2 minggu pertama kehidupan bayi adalah ikterus neonatorum (34,3%) dan penyebab lainnya adalah kesulitan pemberian minum, sepsis (Escobar et al., 2005). Menurut UNICEF tahun 2011, di Negara berkembang 15% bayi atau lebih dari 1:7 mempunyai berat lahir kurang dari 2500 gram. Menurut data dari RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) di Indonesia tahun 2013 persentase bayi berat lahir rendah 10,2% dari seluruh bayi yang lahir lebih rendah daripada tahun 2010 (11,1%). Persentase bayi berat lahir rendah tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,9%) dan terendah di provinsi Sumatera Utara (3,99%) dari seluruh kelahiran bayi hidup. Bayi berat lahir rendah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2004 sekitar 1,35%, tahun 2005 sekitar 3,4% dan tahun 2006 sekitar 3,99% (Walikota DIY, 2007). Berat lahir rendah dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi. Pada penelitian oleh McIntire et al pada tahun 1999, tingkat kematian meningkat dari 0,03 persen pada berat lahir cukup menjadi 0,3 persen pada bayi berat lahir rendah. Insidensi skor Apgar 3 pada menit ke lima dan ph 7,0 menjadi 2 kali lipat pada bayi lahir rendah. Insidensi intubasi saat lahir, kejang selama hari pertama kehidupan, dan sepsis juga meningkat secara bermakna bayi dengan berat badan lahir rendah (McIntire et al., 1999). Penyebab utama bayi berat lahir rendah yang meninggal kurang dari 24 jam sejak masuk ke rumah sakit adalah sepsis, pneumonia dan hipotermia (Martens et al., 2004). Berat lahir bayi salah satu faktor penting untuk bertahan hidup, pertumbuhan dan perkembangan

3 selanjutnya. Berat bayi lahir rendah mempunyai risiko 3 kali lipat untuk memiliki gangguan perkembangan dan neurologis dan kelainan kongenital daripada bayi yang berat lahir normal (Singh et al., 2009). Pertumbuhan janin terhambat (PJT) merupakan penyebab utama bayi berat lahir rendah di Negara berkembang, sementara di Negara maju dikarenakan prematuritas (Gowen et al., 2011; Kliegmann et al., 2007). Bayi berat lahir rendah terutama yang umur kehamilan kurang bulan karena prematuritasnya lebih tinggi morbiditasnya. Rerata rawat inap ulang dari beberapa penelitian bervariasi. Tomashek et al., (2006) menyebutkan rerata rawat inap pada bayi kurang bulan 43 per 1000 dan 27 pada bayi cukup bulan. Escobar et al., (2005) menyebutkan 10-37 per 1000 pada usia 2 minggu setelah perawatan pertama dan Meara et al., (2004) menyebutkan 10-15 per 1000 pada 10 hari pertama setelah keluar dari perawatan pertama. Usia konsepsi Faktor prediktor terjadinya rawat inap ulang pada bayi dibagi dua faktor yaitu ibu dan bayi. Menurut penelitian Paul et al., faktor ibu adalah ras asia dan pasifik, usia ibu < 30 tahun, primipara, ibu berpendidikan perguruan tinggi, mempunyai jaminan asuransi pemerintah, ibu yang tidak pernah melakukan antenatal care (ANC) bermakna meningkatkan risiko rawat inap ulang, ibu dengan diabetes, ibu dengan hipertensi, hipertensi di induksi kehamilan, ketuban pecah dini, kelahiran dengan sectio caesaria, forceps, dan vaccum. Sedangkan faktor bayi adalah jenis kelamin perempuan kurang bermakna dibandingkan laki-

4 laki, umur kehamilan 35-36 minggu, berat lahir rendah, skor apgar 8 pada menit pertama dan menit ke- 5 (Paul et al., 2006). Beberapa prediktor rawat inap ulang juga diteliti oleh Marten et al., adalah faktor ibu: umur ibu 19 tahun, tinggal di daerah pedesaan, tingkat ekonomi rendah, dan faktor bayi antara lain: lahir kurang bulan, tidak ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, lahir dengan operasi Caesar. Sedangkan pada penelitian oleh Escobar et al., prediktor yang meningkatkan rawat inap ulang adalah ibu dengan ras Asia dan bayi berjenis kelamin laki-laki, kecil masa kehamilan, umur kehamilan 34-36 minggu tanpa masuk perawatan NICU (Neonatal Intensive Care Unit), dilakukan kunjungan rumah setelah pulang 72 jam. Maka pada penelitian ini akan meneliti tentang beberapa prediktor pada bayi berat lahir rendah yang mengalami rawat inap ulang sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi. Dengan faktor prediktor dari faktor ibu dan faktor bayi. Selain prediktor, penyebab klinis saat datang rawat inap ulang juga akan diteliti. I.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Rawat inap ulang berat bayi lahir rendah merupakan isu penting untuk mengetahui morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah. 2. Bayi berat lahir rendah dapat meningkatkan risiko rawat inap ulang sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi.

5 3. Belum ada penelitian tentang prediktor rawat inap ulang pada bayi berat lahir rendah sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi di Indonesia. I.3. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui prevalensi penyebab rawat inap ulang bayi berat lahir rendah sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi dan mengetahui faktor prediksi rawat inap ulang bayi berat lahir rendah dan besar konstribusi masing-masing faktor tersebut. I.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Bidang Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang cukup bagi perjalanan klinis bayi berat lahir rendah dan faktor prediksi terjadinya rawat inap ulang bayi berat lahir rendah sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi. 2. Bidang Pengabdian Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orangtua bayi berat lahir rendah. Beberapa manfaat juga diperoleh baik para dokter, perawat, maupun petugas kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan bayi berat lahir rendah dan perawatan lanjutan sehingga dapat mencegah rawat inap ulang pada bayi berat lahir rendah. 3. Bidang Pengembangan Penelitian

6 Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan penelitian yang lain, yang berhubungan dengan prognosis bayi berat lahir rendah.

7 I.5. KEASLIAN PENELITIAN Dari penelusuran secara manual di perpustakaan pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tidak ditemukan artikel mengenai prediktor rawat inap ulang bayi berat lahir rendah sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi. Sepanjang yang kami ketahui, belum pernah dilakukan penelitian mengenai prediktor rawat inap ulang bayi berat lahir rendah sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi di Yogyakarta atau di Indonesia. Dari penelusuran kepustakaan tahun 1950 2013 melalui elektronik (internet) melalui Medline (Pubmed) dengan kata kunci readmission, low birth weight, 44 weeks conception, predictors, didapatkan 3 artikel berupa penelitian yang kesemuanya dilakukan di luar Indonesia, yang meneliti tentang prediktor rawat inap ulang bayi berat lahir rendah sejak perawatan pertama saat dilahirkan sampai 44 minggu usia konsepsi. No Peneliti (Tahun) 1. Martens et al., (2004) Judul (Tempat) Predictor of Hospital Readmission of Manitoba Newborns Within Six Weeks Postbirth Discharge : A Population- Based Study Subjek (Metode) Subjek: 68.881 bayi yang lahir antara 1 Januari 1997-31 Desember 2001 dan keluar dari perawatan RS Manitoba masih hidup. Kemudian dianalisis prediktor Hasil Proporsi bayi yang mengalami rawat inap ulang dalam umur 6 minggu awal kehidupannya 3,95% (2.716 bayi) dengan penyebab utama gangguan sistem pernapasan (22,3% dari keseluruhan rawat inap ulang). Bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mengalami rawat inap ulang 4,66% dari keseluruhan subjek.

8 No Peneliti (Tahun) Judul (Tempat) Subjek (Metode) Hasil (Manitoba, Kanada) penyebab rawat inap ulang sampai umur 6 minggu kehidupannya (cross-sectional) Prediktor rawat inap ulang adalah lahir kurang bulan (Adjusted Odds Ratio (AOR): 2,02; interval kepercayaan (IK) 95%: 1,55-2,10), tingkat ekonomi rendah (AOR: 2,02; IK 95%: 1,77-2,32), tidak ASI eksklusif (AOR: 1,32; IK 95%: 1,20-1,44), lahir dengan operasi Caesar (AOR: 1,30; IK 95%: 1,19-1,32), umur ibu kurang dari < 17 tahun (AOR: 1,32; IK 95%: 1,10-1,55), 18-19 tahun (AOR 1,30; IK: 1,09-1,44), tinggal di daerah pedesaan (AOR: 1,25; IK 95%: 1,1,14-1,36). Bayi berat lahir rendah bermakna pada analisis univariat (Crude Odds Ratio: 1,88; IK 95%: 1,63-2,16; AOR: 1,17; IK 95%: 0,98-1,18). 2. Escobar et al., (2005) Rehospitalisati on after birth hospitalisation : pattern among infant of all gestations (California, Amerika Serikat) Subjek : 33.269 bayi yang lahir antara 1 Oktober- 31 Maret 2000 dan keluar dari perawatan di 7(tujuh) Program Perawatan Medis Kaiser RS masih hidup. Kemudian dianalisis prediktor yang menyebabkan rawat inap ulang pada 2 minggu setelah pulang dari saat kelahiran. (cohort retrospective) perawatan Rerata rawat inap ulang dalam 2 minggu setelah keluar 738 bayi (1,5%) Penyebab utama adalah ikterus neonatorum(34,3%). Penyebab lainnya kesulitan pemberian minum, sepsis. Faktor prediktor yang meningkatkan rawat inap ulang adalah ras Asia AOR: 1,49; IK 95%: 1,22-1,82), jenis kelamin laki-laki (AOR: 1,28; (IK 95%: 1,11-1,49), kecil masa kehamilan (AOR: 1,76; IK 95%: 1,07-2,91), umur kehamilan 34-36 minggu tanpa masuk perawatan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) (AOR: 3,10; IK 95% 2,38-4,02), kunjungan rumah setelah pulang 72 jam (AOR: 1,94; IK 95%: 1,32-2,84).

9 No Peneliti (Tahun) Judul (Tempat) Subjek (Metode) Hasil 3. Paul et al., (2006) Preventable Newborn Readmissions Since Passage of the Newborn and Mother s Health Protection Act (Pennsylvania, Amerika Serikat) Subjek : 407.826 bayi yang rawat inap ulang dari tahun 1998-2002 dengan umur kehamilan > 35 minggu. Kasus: 2.540 bayi rawat inap ulang karena ikterus, dehidrasi, gangguan pemberian minum dan keluhan lainnya dalam usia 10 hari pertama hidupnya. Kontrol: 5.080 bayi yang tidak mengalami rawat inap dalam 10 hari setelah lahir. Analisis prediktornya dengan analisis multipel logistik regresi. (cohort prospective) Rerata waktu rawat inap ulang adalah 111,4 ±37,8 jam sejak lahir dan 61,9 ±38,1 jam setelah pulang dari perawatan saat lahir. Diagnosis saat datang 91,5% dikarenakan ikterus, sedangkan sisanya dikarenakan dehidrasi, kesulitan makan, abnormalitas elektrolit. Faktor prediktor rawat inap ulang pada usia 10 hari pertama kehidupan bayi dibagi faktor ibu dan faktor bayi. Faktor ibu adalah ras Asia dan Pasifik OR: 1,60; IK 95%: 124-2,06), usia ibu < 30 tahun (OR: 0,85; IK 95%: 0,77-0,93), primipara (OR: 1,7; IK 95%: 1,59-1,93), ibu berpendidikan perguruan tinggi (p < 0,0001), mempunyai jaminan asuransi pemerintah (OR: 0,78; IK 95%: 0,70-0,88). Ibu yang tidak pernah melakukan antenatal care (ANC) bermakna meningkatkan risiko rawat inap ulang (p = 0,001), dan ibu dengan diabetes (OR: 1,88; IK 95%: 1,47-2,41), ibu dengan hipertensi (OR: 1,67; IK 95%: 1,03-2,35), hipertensi di induksi kehamilan (OR: 1,67; OR: 1,33-2,09), ketuban pecah dini (OR: 2,03; IK 95%: 1,61-2,57), kelahiran dengan sectio caesaria (OR: 0,37; IK 95%: 0,31-0,43),

10 No Peneliti (Tahun) Judul (Tempat) Subjek (Metode) Hasil dengan forceps (OR: 1,60; IK 95%: 1,25-2,07), dengan vaccum (OR: 2,64; IK 95%: 2,28-3,07). Faktor bayi adalah jenis kelamin perempuan kurang bermakna dibandingkan laki-laki (OR: 0,75; IK 95%: 0,68-0,82), umur kehamilan 35-36 minggu (OR: 5,96; IK 95%: 4,96-7,16), berat lahir rendah (OR: 1,60; IK 95%: 1,43-1,79), skor apgar 8 pada menit pertama (OR: 1,19; IK 95%: 1,08-1,31), skor apgar 8 pada menit ke- 5 (OR: 1,39; IK 95%: 1,14-1,70).