BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN.

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

MAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

EVALUASI SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN (Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

ORGANISASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

Manual Prosedur Safety Health

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah.keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan bagi tenaga kerja.menurut Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. (1-3) Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 164 menyatakan upaya kesehatan ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat, dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk oleh pekerjaan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya akibat bencana, dan potensial bahaya salah satunya adalah rumah sakit. Menurut WHO, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.rumah (4, 5) sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Prasarana rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta kesehatan dan keselamatan kerja penyelenggaraan rumah sakit. Prasarana yang dimaksud meliputi instalasi air, instalasi mekanikal dan elektrikal, instalasi gas medik, instalasi uap, instalasi pengelolaan limbah, pencegahan dan penanggulangan kebakaran, petunjuk standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat, instalasi tata udara, sistem informasi dan komunikasi, dan ambulan. Saat ini di Indonesia penegelolaan rumah sakit bersifat padat modal, padat karya, dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal rujukan medik, rumah sakit juga diandalkan untuk memberikan pusat rujukan, untuk pusat-pusat layanan yang ada di bawah wilayah kerjanya. (6) Menurut US Department of Health and Human Services pada tahun 1990 bahwa sebagai konsekuensi dari fungsi rumah sakit maka potensi munculnya bahaya kesehatan dan keselamatan

2 kerja tidak dapat dihindari seperti bahaya pemajanan radiasi, bahan kima toksik, bahaya biologis, temperatur ekstrim, peledakan, kebakaran, dan lain-lain. Hasil laporan National Safety Council(NSC) tahun 1988 menyebutkan bahwa angka kecelakaan di Rumah Sakit 41% lebih besar daripada pekerja di industri lain. (7) Rumah sakit dengan segala fasilitas dan peralatannya apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bahaya keselamatan dan kesehatan yang potensial.oleh karena itu, penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit perlu diperhatikan.dampak dan (8, 9) potensi bahaya dari rumah sakit tidak bisa dihindari, salah satunya adalahkebakaran. Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, menyebutkan bahwa 4 faktor yang perlu diperhatikan yaitu keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.salah satu persyaratan keselamatan gedung adalah kemampuan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran.oleh karena itu, setiap bagunan gedung harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi aktif dan pasif kebakaran.menurut Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit disebutkan bahwa diperlukan persyaratan teknis yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran seperti petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat. Persyaratan tersebut harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan (10, 11) dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit. Berdasarkan data dan laporan National Fire Protection Association (NFPA), dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, 13% dari seluruh kasus kebakaran bangunan di Amerika disebabkan oleh kegagalan listrik yaitu sebanyak 47.000 kasus kebakaran yang mengakibatkan 418 orang meninggal dunia, 1.570 orang mengalam cidera. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran menduduki posisi ke 4 dari 20 bencana yang ada di Indonesia yaitu (12, 13) sebesar 11,1%. Kebakaran di Rumah Sakit pernah terjadi di Rumah Sakit Yarmouk di Ibu Kota Irak, Baghdad pada Agustus tahun 2004 mengakibatkan 11 bayi prematur meninggal, 7 anak dan 29 wanita dipindahkan ke rumah sakit lain. Kebakaran di Rumah Sakit Arab Saudi pada 24 Desember tahun 2015 menyebabkan 25 orang tewas dan 107 orang terluka. Terbakarnya rumah sakit di bagian timur India pada bulan Oktober 2016 yang menyebabkan19 orang meninggal dunia.

3 Kebakaran rumah sakit juga pernah terjadi di Indonesia diantaranya kebakaran di Rumah Sakit Umum Dokter Sardjito Yogyakarta pada 6 Agustus 2007, kebakaran di Rumah Sakit Asih Serang, Banten akibat arus pendek listrik pada 29 Juli 2009, kebakaran Rumah Sakit TNI angkatan laut Mintoharjo, Jakarta pada bulan Maret 2016 akibat korsleting listrik yang menyebabkan 4 orang tewas. (14-16) Menurut Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif Kementrian Kesehatan RI Tahun 2012, sistem proteksi kebakaran aktif merupakan kelengkapan penting di rumah sakit yang berhubungan dengan keselamatan bangunan. Setiap rumah sakit harus memiliki sistem proteksi kebakaran aktif seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sistem deteksi dan alarm kebakaran, hidran, dan sistem springkler otomatis yang berguna untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Sistem proteksi kebakaran mempunyai peranan penting dalam mencegah jatuhnya korban dan kerugian material akibat kebakaran. Penelitian yang dilakukan oleh Mirza Sanjaya Ulfa (2015)mengenai evaluasi sarana dan prasarana rumah sakit dalam menghadapi bencana kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, kelengkapan sarana dan prasarana penanggulangan bencana yang sebagian besar telah sesuai dengan standar. Terdapat beberapa unsur yang perlu ditingkatkan seperti penambahan detektor asap dan APAR, pemerataan springkler, jalur evakuasi untuk lantai atas, perbaikan jalur kelauar dan papan nama titik berkumpul.selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fison Hepiman di Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Palembang pada tahun 2009 didapatkan hasil rancangan dan tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran di Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar masih memerlukan banyak perbaikan. Belum dibentuknya regu khusus penanggulangan kebakaran, sarana penanggulangan kebakaran yang tersedia hanya APAR, dan jumlah serta pemasangan APAR yang ada juga tidak sesuai standar yang berlaku, frekuensi pelatihan dan simulasi penanggulangan kebakaran jarang dilakukan, belum adanya peta dan petunjuk jalur evakuasi. Rumah Sakit Stroke Nasional(RSSN) Bukittinggi adalah sebuah rumah sakit negeri kelas Bdan satu-satunya rumah sakit khusus stroke yang berada di Pulau Sumatera.Rumah sakit ini umumnya sibuk karena setiap tahun rata-rata melayani sekitar 48.530 pasien.dibanding rata-rata rumah sakit lainnya, RSSN Bukittinggi memiliki 4.300 lebih banyak pasien dari rumah sakit tipikal di Sumatera.Dengan tingginya aktivitas yang dilakukan oleh RSSN Bukittinggi maka bahaya kebakaran juga mungkin timbul di RSSN Bukittinggi yang bisa menyebabkan kerugian

4 terhadap manusia maupun peralatan. Oleh karena itu RSSN Bukittinggi telah memiliki sistem proteksi kebakaran aktif seperti APAR, hidran, sistem deteksi dan alarm kebakaran,dan springkler. RSSN Bukittinggi sudah mengadakan dua kali simulasi kebakaran untuk melatih para pegawainya dalam tanggap darurat dan penggunaan sistem proteksi kebakaran aktif seperti APAR. Simulasi tersebut dilakukan karena di rumah sakit ini banyak sekali potensi kebakaran, disamping daerahnya rawan bencana alam seperti gempa bumi. Menurut hasil wawancara dengan petugas, untuk pengecekan atau inspeksi dari sistem proteksi kebakaran aktif meminta bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bukittinggi. RSSN Bukittinggi memilik sebanyak 40 buah tabung APAR dengan ukuran 4-6 kg berjenis dry chemical namunmasih ada APAR yang tidak mempunyai tanda pemasangan. Sedangkan jumlah hidran yang dimiliki oleh rumah sakit ini sebanyak 12 titik hidran gedung dan 3 titik hidran halamanserta 1 titik sambungan siamesse, tetapi terdapat 1 titik hidran gedung yang tidak dapat difungsikan. RSSN Bukittinggi juga memiliki alat proteksi kebakaran lainnya seperti sistem deteksi dan alarm kebakarandan springkler. Jumlah sistem deteksi dan alarm kebakaranyang dimiliki RSSN Bukittinggi adalah 78 titik, 33 titik diantaranya berada di kamar VIP.Springkler berguna untuk pemancar air dalam pemadaman kebakaran yang berada di dalam sebuah ruangan.rssn Bukittinggi memiliki 33 titik springkler yang berada di kamar VIP dan belum merata ke seluruh ruangan yang ada.meskipun RSSN Bukittinggi telah memiliki sistem proteksi kebakaran aktif, tetapi masih terdapat beberapa hal pada sistem proteksi kebakaran aktif tersebut yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Bukittinggi tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Bukittinggi?

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Kota Bukittinggi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis input yang meliputi kebijakan, tenaga, dana, dan sarana penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Kota Bukittinggi. 2. Menganalisis proses yang meliputi penempatan, penggunaan, pemeliharaan, dan pengawasan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Kota Bukittinggi. 3. Menganalisis output yaitu terselenggaranya penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Kota Bukittinggi. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi RSSNKota Bukittinggi, dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi rumah sakit dalam menerapkan sistem proteksi kebakaran aktif. 2. Bagi institusi pendidikan, dapat memberi masukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangakan keilmuan khususnya kesehatan dan keselamatan kerja serta tersedianya data bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat tentang penerapan sistem proteksi kebakaran aktif. 3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisa sistem proteksi kebakaran aktif di RSSNKota Bukittinggi, serta dapat mengaplikasikan ilmu selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 bertujuan untuk menganalisis mengenai input, proses dan output penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Bukittinggi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer di dapat dari hasil wawancara mendalam dengan pihak rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap penerapan sistem proteksi kebakaran aktif.selain itu, observasi juga dilakukan terhadap penerapan sistem proteksi kebakaran aktif di RSSN Bukittinggi. Focus

6 Group Discussion (FGD) dilakukan kepada 6 orang staf RSSN Bukittinggi dari masing-masing bidang.data sekunder didapatkan dari dokumen-dokumen yang ada di RSSN Bukittinggi.