BAB 1 PENDAHULUAN. lalu dan masa sekarang. Begitu banyak hal yang dapat dipelajari dari masa lalu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. Kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom), dan lokal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyatakan,

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berperan di masa yang akan datang. Menurut Slameto (Baharuddin &

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai peran. Kemampuan seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal sholeh)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

2014 KORELASI PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah suatu lembaga formal yang merupakan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat,

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Moh Dendy FB,2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun 2015 sebagai penanda mulainya pasar bebas ASEAN atau disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaban suatu bangsa tidaklah terlepas dari masa lalu, karena keberadaan masa kini terbentuk oleh peradaban masa lalu. Peradaban masa sekarangpun akan membentuk peradaban masa yang akan datang. Maka dapat disimpulkan bahwa masa lalu merupakan sebuah pelajaran yang harus dipelajari, masa sekarang merupakan hal yang harus dijalani sebaik mungkin,dan masa depan merupakan penerapan hasil pembelajaran dari masa lalu dan masa sekarang. Begitu banyak hal yang dapat dipelajari dari masa lalu salah satunya adalah kearifan lokal. Masyarakat sunda, atau dalam hal ini masyarakat etnis atau suku bangsa sunda, merupakan bagian dari masyarakat suku bangsa - suku bangsa lainnya yang hidup di bumi nusantara. Pada umunya masyarakat sunda hidup pada daerah pegunungan sehingga tidak jarang masyarakat sunda di sebut orang gunung. Pegunungan merupakan salah satu pilar dari alam yang memiliki tatanan dan ragam tersendiri dari sebuah kehidupan. Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alam sekitarnya. 1

2 Masyarakat sunda umumnya sangat menjaga lingkungan sekitar yang di dalamnya memiliki nilai-nilai kearifan lokal berupa anjuran dan larangan yang dijadikan suatu landasan dalam pembentukan karakter daerah atau bangsa. Menurut Alwasilah (2006, dalam sudjana & Sri Hartati, 2011, h. 14), revitalisasi dari sebuah kebudayaan dapat didefinisikan sebagai upaya yang terencana, sinambung, dan diniati agar nilai-nilai budaya itu bukan hanya dipahami oleh pemiliknya, melainkan juga membangkitkan segala wujud kretivitas dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Di era globalisai ini banyak masyarakat yang lupa akan budaya lokal sendiri bahkan tidak tahu, ketidak tahuan mereka dikarenakan acuh terhadap budaya sendiri atau tidak mau tahu akan kebudayaannya sendiri, sehingga lambat laun akan menghilang. Dari ketidak tahuan ini semakin banyak permasalahan-permasalahan lingkungan, khususnya di tatar pasundan yang terkenal dengan karakter kesundaannya. Padahal orang sunda terkenal akan kehidupan selaras dengan alam, alam yang memenuhi kebutuhan kehidupan manusia sehingga terjadi timbal balik positif antara manusia dengan alam. Pada kenyataannya di zaman modern ini alam yang selalu dirugikan oleh manusia, manusia mengekploitasi yang berlebihan untuk kepentingan pribadi atau golongan yang menjadikan alam ini semakin rusak dan kritis.

3 Dengan memperkenalkan kembali anjuran dan larangan yang menggunakan istilah-istilah dalam bahasa sunda di SMA N 9 Bandung yang diimplementasikan kedalam pembelajaran keanekaragaman hayati kelas X diharapkan dapat menimbulkan minat lebih dalam nilai-nilai budaya sunda yang menjaga kelestarian alam. Menurut Sari (2009, dalam Muh.Nasir, 2013, h. 11), minat diartikan sebagai perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu. Hal serupa diperkuat oleh Slameto, Menurut Slameto ( 2003, dalam Muh.Nasir, 2013, h. 11) yang menyatakan bahwa mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Sebagaimana kebijakan menteri lingkungan hidup dan menteri pendidikan nasional (2010 dalam A.W.Subiantoro et all, 2013, h. 42) tentang pendidikan lingkungan hidup, salah satu tujuan kebijakan ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan wawasan serta kepedulian lingkungan hidup siswa dan masyarakat, yang ditempuh melalui pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Dengan pembelajaran pengenalan kearifan lokal anjuran dan larangan dapat melestarikan budaya sunda yang semakin hari semakin pudar, dan

4 meningkatkan minat dan cinta akan budayanya sendiri serta peserta didik dapat mengimplementasikan dalam kehidupannya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999, dalam Muh.Nasir, 2013, h. 10) bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk mencapai proses maksimal guru dituntut harus berusaha lebih inovatif dalam kegiatan pembelajar sehingga dapat meningkatkan minat siswa serta pemahaman siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan Latar Belakang masalah di atas Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Menerapkan Kearifan lokal menggunakan anjuran dan larangan untuk menganalisis konsep ekosistem pada siswa kelas X SMA N 9 Bandung B. Identifikasi Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah tidak semua peserta didik bisa berbahasa sunda dan bukan berasal dari suku sunda sehingga pendidik perlu memberi pemahaman, agar mudah dimengerti oleh peserta didik yang bukan berasal dari suku sunda, serta kurangnya pengetahuan peserta didik yang berasal dari suku sunda akan budaya anjuran dan larangan yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati yang berada di suku sunda.

5 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana kemampuan siswa dalam menganalisis konsep keanekaragaman hayati menggunakan pembelajaran anjuran dan larangan? D. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini agar tidak terjadi permasalahan yang terlalu melebar dan supaya lebih terarah, perlu dibatasi dalam penelitian ini diantaranya : 1. Materi pelajaran yang disampaikan adalah Konsep Keanekaragaman Hayati. 2. Proses yang diteliti adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk menguji kemampuan siswa dengan menggunakan Posttest yang di ujikan yaitu jenjang, Menyebutkan (C1), Menjelaskan (C2), Menentukan (C3), Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5), dan Menciptakan (C6). 3. Untuk Anjuran berupa Kudu sapapait samammanis, sabagja cilaka berupa anjuran yang berisikan kekeluargaan, dalam suka dan duka,

6 manusia itu harus peduli terhadap lingkungan sekitar dengan menjaga dan merawatnya untuk kelangsungan hidup bersama. Sedangkan pengertian Herang caina beunang laukna berupa keadilan mencari solusi secara baik tanpa merugikan yang lain. 4. Untuk Larangan berupa Dikungkung teu diawur, dicancang teu diparaban yang artinya dikurung tidak dirawat, diikat tidak diberimakan yang memiliki makna tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan diri sendiri. 5. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X di SMAN 9 Bandung. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan dengan menerapkan kearifan lokal anjuran dan larangan siswa dapat menganalisis konsep keanekaragama hayati. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru : a. Menambah referensi dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. b. Melestarikan kebudayaan lokal (sunda) dengan memasukan kearifan lokal ke dalam kegiatan belajar mengajar.

7 c. Menambah kreatifitas bagi pengajar. 2. Bagi siswa : a. Mendapatkan pengalaman belajar yang baru dengan model kearifan lokal. b. Pembelajaran dengan menggunakan model kearifan lokal dapat mengembangkan kemampuan hasil belajar siswa. c. Semakin cinta akan budaya lokal yang dimilikinya. 3. Bagi peneliti : a. Memberi kesempatan bagi peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran kearifal lokal. b. Memberi informasi tentang meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan model pembelajaran kearifan lokal.

8 G. Kerangka Pemikiran Budaya lokal Materi ajar Dimensi Pengetahuan Dimensi proses kognititf Lingkungan sekitar Guru Pengetahuan Metode pembelajaran Anjuran dan Larangan Pembelajaran Hasil belajar siswa Gambar 1.1 Bagan konsep Sebuah Negara memiliki budaya dan ciri khas yang berbeda dengan Negara lain, yang di dalamnya memiliki aturan dan norma yang berlaku pada daerah atau negara tersebut. Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya dan suku bangsa yang setiap daerahnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain.

9 Salah satu dari budaya Indonesia adalah budaya Sunda yang berada di daerah tanah Sunda yang berada tepatnya di daerah jawa barat. Seiring dengan kemajuan teknologi dan budaya yang berada di Indonesia salah satunya budaya sunda lambat laun mulai dilupakan oleh masyarakat sunda itu sendiri. Masyarakat sunda terkenal dengan nilai-nilai luhur terhadap lingkungan sekitar, karena masyarakat sunda kehidupannya tergantung kepada alam sekitar. Di dalam melestarikan lingkungan sekitar masyarakat sunda memiliki nilainilai yang harus ditaati masyarakatnya. Dalam penelitian ini untuk melestarikan lingkungan sekitar menggunakan nilai-nilai sunda yang berupa anjuran dan larangan untuk menganalisis konsep keanekaragaman hayati dalam pembelajar serta mengenal dan melestarikan lingkungan sekitar, tujuan penelitian ini bertujuan untuk melestarikan budaya sunda yang sudah mulai dilupakan oleh masyarakatnya sendiri. Anjuran dan larangan tersebut dimasukan kedalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk menganalisis konsep keanekaragaman hayati dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan model Discovery Inqueri yang di sisipkan Anjuran dan Larangan di harapkan siswa dapat menganalisi dalam konsep keanekaragaman hayati untuk menarik minat siswa mengetahui tentang keanekaragaman hayati sehingga memiliki karakter budaya sunda pada diri siswa tersebut. Menurut Suhartini (2009, h. 207) Kearifan lokal tidak hanya

10 berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang memedomi manusia dalam bersikap dan bertindak. Dengan demikian siswa dapat menguasai bagaimana cara memecahkan soal atau masalah sekitar teori itu. Dengan penguasaan itu kemampuannya dapat ditransfer ke dalam berbagai situasi sehubungan dengan teori yang dipelajarinya. Menurut Slameto (2010, dalam Juairiah et, all, 2014, h. 85) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Kasa (2011, dalam Cristian Damayanti et al, 2013, h 275) the important of local wisdom must also be considered as one of supporting efforts of a decreasingly natural environment. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya kearifan lokal juga harus dipertimbangkan sebagai salah satu pendukung upaya lingkungan yang semakin menurun alami, oleh sebab itu di sekolah perlu ada pelajaran yang memuat materi berbasis kearifan lokal untuk mencegah hilangnya kearifan lokal suatu daerah.

11 H. Definisi Operasional Definisi operasional yang akan dijadikan landasan pokok dalam penelitian ini yaitu : 1. Kearifan lokal adalah budaya daerah yang terbentuk karena adanya interaksi lingkungan dan kehidupan manusia. Dalam penelitian ini menggunakan anjuran dan larangan. Anjuran berupa Kudu Sapapait samamanis, sabagja cilaka yang artinya harus sama manis bersama dalam bencana. Berupa sikap kebersamaan bahwa manusia itu harus peduli terhadap lingkungan sekitar dengan menjaga dan merawatnya untuk kelangsungan hidup bersama. Herang caina benang laukna Ungkapan ini berartikan mencari solusi secara baik tanpa merugikan yang lain. Larangan berupa Dikungkung teu diawur,dicangcang teu diparaban. Dikurung tidak dirawat, diikat tidak diberi makanan. Berupa sikap tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan diri sendiri. dalam budaya sunda terdapat nilai-nilai pengetahuan tentang kelestarian alam dan kehidupan sosial dengan mengunakan peribahasa, berupa anjuran dan larangan. 2. Model pembelajaran merupakan proses informasi (information-processing model) menekankan cara-cara dalam meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia (sense of the world)

12 dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah-masalah dan menghasilkan solusi yang tepat, serta mengembangkan konsep. 3. Kemampuan analisis adalah kemampuan memproses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lain yang menghasilkan sebuah solusi. 4. Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman organisme yang menunjukan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem yang merupakan dasar kehidupan di bumi. Digunakan berupa lingkungan sekitar siswa, bahwasannya keanekaragaman merupakan faktor penting dalam sebuah lingkungan, sebagai dasar terciptanya lingkungan yang dinamis. Dengan menggunakan atau mengartikan peribahasa sunda yang berkaitan dengan lingkungan siswa lebih paham untuk menghargai sebuah keanekaragaman dan melestarikan budaya sunda itu sendiri. I. Struktur Organisasi Skripsi 1. Pada bab I berisikan tentang apa yang mendasari dari judul skripsi serta masalah yang akan timbul di dalam penelitian skripsi yang memerlukan sebuah kerangka pemikiran agar terbentuknya pola pembuatan skripsi.

13 2. Pada bab II terdapat kajian teori yang berisikan variable yang digunakan dalam penelitian serta sumber referensi yang mendukung dalam penelitian skripsi yang di buat. 3. Pada bab III terdapat Metode, Desain dan instrument yang digunakan dalam penelitian skripsi,untuk mengetahui hasil dari penelitian skripsi. 4. Pada bab IV membahas hasil penelitian dari bab III yang telah dilakukan atau diberikan kepada Objek. 5. Pada bab V berupa kesimpulan dari seluruh isi penelitian skripsi dan saran.